6. Speechless

1.5K 84 2
                                    

Biru duduk tepat dibibir lapangan basket sekolah. Hari ini dia sedang tidak mood untuk bermain basket. Memilih mengamati dari pinggir lapangan. Bagas dengan suka rela menggantikan posisinya hari ini. Di tengah lapangan juga ada aji. Tidak, Bagas tidak se–tim dengan aji. Dia memilih jadi tim lawan dan berusaha mengalahkan aji.

" Biru, boleh aku duduk disini?" Biru langsung menoleh dan mendapati Santi yang sedang tersenyum ramah.

" Bolehlah, selagi sekolah ini bukan punya bapak gue. Lo bebas lakuin apa aja" biru pun mengibas-ngibaskan tangannya membersihkan tempat yang akan diduduki santi.

Biru melihat Bagas melambai kearahnya, eh–salah kearah Santi maksudnya. Biru menatap Santi dan Bagas secara bergantian.

" Biru, Bagas itu sahabat baik kamu ya?" Tanya Santi.

" Gue yang sahabat baik Bagas malahan"

" Kamu gak pernah suka atau cinta gitu sama Bagas?"

Biru sempat kaget namun buru-buru dia meminimalisir keadaan. Membuat seolah-olah dia tidak perduli.

" Mana mungkin, gila kalau suka sama sahabat sendiri" ucap biru sambil terkekeh.

Santi mengangguk dan tersenyum, perhatiannya kembali kearah Bagas. Kemudian Santi melambaikan tangannya, Bagas tidak memandang biru kali ini.

Bagas berlari kearah biru dan Santi, dan saat biru menawarkan air mineral. Santi lebih dulu memberikannya tak lupa juga dia memberikan sapu tangan untuk mengelap keringat Bagas. Biru sedikit jengkel, kemudian dia buka botol air mineral yang akan dia berikan kepada Bagas dan langsung menenggak kasar.

Biru langsung beranjak dan berjalan menjauh dari Bagas dan Santi. Panggilan dari Bagas–pun tidak digubris biru.

'apa ini rasa sakit cinta sendirian?' gumam biru.

Rasanya biru ingin pulang saat ini juga, dan sebuah ide cabut sekolah terngiang dikepala biru. Biru berjalan kearah kelas dan mengambil tasnya. Tujuannya sekarang hanya satu, pintu belakang sekolah.

Setelah berhasil keluar dari sekolah, biru langsung berlari. Melewati beberapa gang kecil supaya tidak ada yang bisa melihatnya. Tiba-tiba saat dia melewati gang kedua ada seseorang sedang melakukan transaksi narkoba. Sontak membuat biru menutup mulutnya. Biru langsung lari, cepet banget sampe beberapa kali hampir nabrak ibu-ibu yang sedang lewat digang itu.

Tangan biru mendadak dicekal oleh seseorang. Membuat biru menoleh dan terkejut melihat orang yang mencekal tangannya. Cekalannya tangan itu melonggar, digantikan dengan tatapan keterkejutan satu sama lain.

" K..kak aray"

" Biru" aray langsung memeluk biru, mereka sama-sama menangis.

" Kak aray kemana aja, biru selalu nyariin kakak" 

Biru langsung berhambur kepelukan aray, dengan mencoba menahan tangis namun gagal dan akhirny membuat dia mengeratkan pelukannya.

" Gue kangen banget sama lo bi" aray melepaskan pelukannya.

" Kak, ayo pulang. Ibu pasti seneng"

" Gak bisa, gue gak bisa pulang kerumah"

" Kakak gak rindu ibuk?" Pertanyaan yang sukses menohok hati aray.

" Jauhin gue, gue gak bisa hidup diantara kalian terlalu bahaya bi. Kalian harus aman"

Biru menatap kakaknya itu dengan wajah yang muram, dia tidak menyangka akan jadi seperti ini. Keluarga kecil yang menurutnya adalah keluarga bahagia mendadak berubah menjadi keluarga yang ia benci sekarang.

Langit BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang