Part 4 : Gadis Bergaun Merah

63 1 1
                                    

Aku memandangi Laras dengan heran. Entah mengapa ada yang aneh terhadapnya tapi aku tidak tahu mengapa. Ia tampak murung beberapa hari ini lebih memilih untuk mengurung dirinya di kelas atau di perpustakaan. Apa ini berhubungan dengan lokernya. Ah sial gara-gara kejadian itu membuatku gagal untuk melihat isi loker Laras.

Laras tampak menikamati buku yang sedari tadi dibacanya tanpa melirik padaku. Aku hanya memandanginya dalam ,takut menganggunya. Tiba-tiba kelas yang tadinya riuh karena saat ini jam istirahat menjadi hening. Aku yang menyadari keheningan ini mengalihkan pandanganku dari Laras.

Aku melihat seseorang berdiri di pintu kelas tampak beberapa orang gadis mengerumuninya layaknya semut mengerumuni gula. Ada tatapan kagum di dalam mata para gadia itu. Siapa pria itu? Sebelum memperoleh jawaban terhadap pertanyaanku. Pemuda itu berjalan mendekat. Semakin mendekat dan dia mendekat ke arahku?

"Akhirnya aku menemukanmu" pekiknya kegirangan sembari tersenyum lebar

Aku menatapnya bingung. Siapa pemuda ini? Dia bicara pada siapa? Aku atau Laras? "Ehhhh" hanya ucapan itu yang mampu aku keluarkan. Laras mendongkakan kepalanya ia meliahat pemuda itu. Dan lagi-lagi pandangan kagum. Huhhhh...

"Kau tahu. Aku memikirkanmu beberapa hari ini. Bahakan aku sulit tidur karena aku terus memikirkanmu. Aku sampai bedebat dengan Tian bahwa kau salah satu siswi di sekolah ini. Dan sekarang ia harus percaya" ucap pemuda itu tersenyum bangga

"Kau siapa?" Tanyaku heran

Pria itu memandangku heran. "Kau tidak mengenalku?" Tanyanya meyakinkan. Aku menggeleng. "Owwhh... mungkin kau tidak dapat melihat wajahku saat itu karena gelap. Tapi aku bisa melihat wajahmu dengan sangat jelas"

"Kau ini bicara apa?"

"Kau adalah seorang wondergirl kau tahu itu. Saat kau datang menyelamatkan kami kau terlihat keren sekali. Apalagi saat kau merentangkan tangamu dan menghadapi han..."

"Ya aku ingat" ucapku memotong pria ini. Aku ingat sekarang pemuda ini pasti salah satu dari empat pemuda yang aku tolong kemarin. Oh tidak. Bagaimana ini. Penyamaranku terbongkar.

"Kau harus ikut aku sekarang" ucap pemuda tersebut sembari menarik tanganku.

Aku mengikuti pemuda ini yang masih betah menarik tanganku. Kami berjalan di lorong sekolah sekarang dapat aku lihat semua siswa memandang kami dengan heran sekarang. Para siswi memandang sinis kepada kami. Well, lebih tepatnya kepadaku.

Kami menaiki tangga menuju lantai dua. Beberapa siswa yang sedang berdiri di tangga tiba-tiba menghentikan pembicaraan mereka dan memandang kami. Beberapa yang lainnya memberikan kami jalan. Layaknya seorang rakyat biasa memberikan jalan kepada sang raja. Ada apa ini. Pemuda ini benar-benar. Aku betul-betul tidak memerlukan sorotan saat ini. "Sebenarnya kita mau kemana?" tanyaku sembari berusaha membebaskan tanganku dari genggamannya.

Dia berhenti dan membalikan badannya menghadapku. "Tunggu sebentar lagi. Mereka harus melihatmu. Agar mereka sadar bahwa kau itu nyata dan aku sedang tidak delusi" jelasnya sembari meneruskan jalannya.

Kami berhenti disalah satu ruangan paling ujung. Ruangan ini kelihatan ekskulsif dengan ukiran cantik terbuat dari emas yang bertuliskan 'OSIS' diatas daun pintunya. Kami memasuki ruangan itu.

"Lihat. Aku membawanya. Kalian tidak bisa mengolok-ngolok aku sekarang. Gadis ini nyata" ucap pemuda itu. Pandanganku yang tdianya tertuju pada pemuda ini teralih dan melihat sekeliling.

Ruangan ini cukup besar dan terlihat terlalu ekskusif jika hanya sekedar untuk ruangan OSIS. Terdapat sebuah meja yang cukup besar dekat jendela yang terbuat dari kayu kualitas terbaik. Kursinya pun terlihat mewah dengan sulaman emas di setiap sudut kursinya. Dibagian lain terdapat sebuah rak buku kaca yang tertata dengan baik. Tak jauh dari sana terdapat dua buah sofa berwarna biru langit dan sebuah meja kecil ditengahnya.

Story Of The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang