Bab.7 Wake up

18.5K 844 7
                                    

Setelah bernegosiasi dengan satpam dan mengemukankan beberapa alasan akhirnya dengan di dampingi satpam dan pengelola mereka mengantar Hendra kesebuah flat di lantai dua puluh. Di mana sudah satu bulan lebih Bram mengurung diri nya.

Hendra baru mengetahui kondisi Bram, setelah Della menelephonnya dan dengan cemas meminta tolong dirinya untuk membujuk Bram. sebab Bram menurut Della sudah seperti mayat hidup sekarang, kepergian Rere menjadi pukulan yang berat baginya.

Mami dan Della sudah pernah mendatanginya, namun Bram sama sekali tidak bereaksi dia hanya duduk diam memandang jendela apartemen dari kamarnya. Bertingkah seakan - akan Mami dan Della tidak ada di sana. Sampai mami menangis melihatnya.

Namun tidak di sangka - sangka Bram menoleh ke arah mami yang menangis.

"Kenapa menangis mami?" Suara Bram terdengar begitu lembut. Mami menatap Bram tidak percaya akhirnya setelah diam dari tadi Bram bersuara, mami sudah khawatir Bram depresi tadinya.

"Bram.. kamu enggak apa sayang?" Sahut mami sambil memeluk Bram yang masih duduk di samping jendela kamar nya.

Bram melepas pelukan mami nya dan mengulangi lagi pertanyaannya
" kenapa menangis mami?"
"Bukankah sekarang Rere sudah tidak ada di sini sesuai keinginan mami, kenapa mami malah menangis? Seharusnya mami bahagia" suara Bram masih terdengar lembut tanpa emosi.

Namun tiba - tiba saja Bram tertawa keras mengejutkan Mami dan Della. Bram terus saja tertawa sampai berurai air mata.

"Lihat sekarang Rere sudah pergi, kalian pasti bahagia bukan?!"
"Aku juga bahagia, lihat aku tetawa bahagia, hahaha...."

Mami dan Della saling menatap antara takut dan curiga pada Bram. Curiga jika Bram mulai kehilangan akal nya.

"Bram, mami cuma ingin yang terbaik bagi kamu bukan seperti ini?"
"Ya, aku baik - baik saja. Kalian lihat sendiri bukan. Sekarang pergilah jangan pernah kembali kesini lagi" usir Bram sengit. Digiringnya kedua wanita tersebut ke arah pintu lalu dibantingnya pintu dengan keras.

Mendung mulai bergelayut di wajah mami. Della memeluk mami erat.

"Maafkan Della mi. Ini semua salah Della" andai saja dulu dia tidak mengajak mami untuk menjalankan rencana liciknya. Mungkin meskipun masih suka bersitegang dengan mami, Rere masih ada di samping Bram.

Dan disinilah akhirnya Hendra menjawab kecemasan Della. Walaupun sebenernya dia agak menyesal menolak tawaran Della untuk mengambil kunci cadangan apartement. Entahlah Hendra malas bertemu Della perasaannya sudah mati untuk gadis itu.

Tapi ternyata cukup sulit untuk bertemu Bram tanpa kunci serep. Masalahnya dia tidak bisa meminta Bram untuk turun dan dia tidak bisa naik tanpa kunci. Sistem keamanan gedung ini memang benar - benar ketat. Jadi terpaksa meminta tolong satpam dan pengelola untuk mengantarnya ke kantai dua puluh.

####

Hendra mengetuk pintu berulang - ulang, namun sampai berubah menjadi gedoran tidak juga Bram keluar. Bahkan menyahutpun tidak.
Hendra mulai putus asa ketika sebuah suara mengejutkannya.

"Minggir!!" Suara itu terdengar marah dan kesal.
Hendra menatap wanita cantik pemilik suara tersebut dengan terkejut.
Wanita itu begitu saja menerobos dirinya dan membuka pintu apartement lalu masuk ke dalam. Hendra yang masih terkejut buru - buru mengikuti wanita tersebut masuk ke dalam apartemen di ikuti satpam dan pengelola apartement yang penuh ingin tau.

Suasana apartement tersebut sungguh menyedihkan. Sepertinya seseorang mengamuk di ruangan ini. Sebuah sofa terjungkal mungkin di tendang Bram saat dia kesal. Pakaian kotor dan bantal sofa bertebaran di mana - mana. Belum lagi piring kotor dan makanan basi yang membuat bau tidak sedap.

Game of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang