bab 5. Akhir Perjanjian (bag.1)

13.1K 717 9
                                    

Sejak kejadian terakhir itu hubunganku dengan Bram memburuk. Entah kenapa aku selalu emosi jika melihat nya. Emosi ini bukan cuma mempengaruhi jiwaku tapi juga fisikku. Belakangan ini aku mudah lelah dan sering merasa mual. Dan dengan semakin dekatnya batas perjanjian juga membuatku semakin stress. Ya.. jujur saja aku bukan merasa senang tapi justru khawatir akan siapa sebenarnya yang akan tersingkir aku atau Della?.
Apalagi di tambah hubunganku yang semakin buruk dengan Bram, sudah hampir satu bulan ini kami jarang berkomunikasi, aku merasa suamiku sengaja menghindariku mungkin malas karena setiap kali bertemu aku pasti akan mengajaknya berantem, entahlah aku sendiri tidak dapat mengontrol diriku sendiri yang bawaannya benci tiap melihatnya.

Bram pulang semakin malam tiap hari nya saat aku sudah terlelap. Kadang sebenarnya aku bangun dan mendengar dia datang tapi entah kenapa rasanya berat dan malas untuk membuka mata.
####

Tiga hari menjelang akhir perjanjian...

Aku merasa makin gelisah dan aneh nya rumah pun terasa semakin sunyi. Sejak kemarin aku tidak melihat Della ataupun mami bahkan si mbok pun tidak terlihat. Entah apa aku yang memang tidak bertemu mereka karena tiap hari aku berangkat pagi dan pulang malam atau memang mereka tidak ada di rumah.

Hari ini aku memutuskan untuk pulang cepat karena tidak enak badan. Setelah mendapat ijin dari atasanku aku langsung pulang tapi sebelumnya aku mampir dulu ke rumah makan dekat kantorku untuk membeli makanan.

"Mbak Rere ?" Tiba - tiba seseorang menyapaku.

"Hendra?" Kaget tidak menyangka akan bertemu Hendra di sini. Apalagi sejak pernikahan Della dan Bram kami tidak pernah bertemu.

Akhirnya kami memutuskan makan bersama dan saling bertukar cerita. Aku benar - benar kaget ternyata mereka sudah putus satu bulan lalu dan hampir tidak pernah bertemu sejak pernikahan tersebut.

"Della yang memutuskan hubungan kalian ? " tanyaku tidak percaya.

Hendra mengangguk sedih. "Sebenarnya dari awal Della tidak pernah benar - benar mencintai ku mbak. Aku ini hanya pelarian dia dari Bram, dia bilang ini adalah kesempatan nya mendapatkan Bram"

Aku benar benar tidak percaya dengan apa yang ku dengar. Baru ku fahami sikap Della selama ini padaku. Ku rasa mengakhiri perjanjian ini tidak akan mudah, Della pasti akan mempertahankan Bram. Aku menertawakan diriku sendiri yang bodoh, baru kusadari dari awal ini semua hanyalah sandiwara mami dan Della.

Tiba - tiba aku merasa kepalaku berkunang kunang dan pandangan mataku menjadi gelap. Sayup sayup ku dengar Hendra berteriak memanggil namaku.

####

Ketika sadar kudapati diriku di bangsal rumah sakit. pasti hendra yang membawaku ke sini, tapi dimana dia ?.

Seorang perawat datang menghampiri ku. Dia memeriksaku dan menyatakan kondisi ku baik baik saja hanya sedikit kelelahan dan stres. Dia juga mengatakan pesan dari dr. Hendra agar aku menunggu nya.

Aku mengangguk dan mengucapkan terimakasih pada perawat yg ramah itu.

Tidak lama Hendra datang dengan senyum di wajah nya.

"Slamat ya mba" katanya

"Selamat untuk apa?" Tanya ku heran
Senyum semakin merekah di wajahnya menbuatku semakin heran.

"Sudah kuduga mbak belum tau kalo mbak hamil"

"Hamil???"

"Hamil??" Aku mengulang ulang perkataanku tidak percaya. Aku hamil???? Yes.... akhirnya. Rasanya sebuah atsmosfir kebahagian meledak dari dalam diriku.

"Mas Bram pasti senang mendengar berita ini"

Bram.. tiba tiba saja rasanya aku seperti di tarik kedunia nyata yang pahit setelah bermimpi indah. Aku melihat sekelilingku.

"Apa ini di rumah sakit Bram?" Tanyaku hatiku diliputi kecemasan aku tidak ingin bram tau dulu berita ini.

"Bukan ini rumah sakit tempatku bekerja, aku sudah keluar dari RS Bram satu bulan lalu"

"Ada hubungannya dengan Della?" Selidikku

Hendra mengangguk.

"Tolong jangan beritahukan Bram dulu tentang hal ini" kataku lirih

"Kenapa?" Tanya hendra heran "bukan kah ini berita bagus. Perjanjian itu akan berakhir sebentar lagi dengan demikian mas Bram tidak akan meninggalkan mbak"

Aku merasa sedih mendengar perkatan Hendra. "Justru itu masalahnya, aku tidak ingin bayi ini jadi alasannya. Aku ingin keputusan itu tulus dari hati nya. Sekali saja aku ingin Bram memperjuangkanku"

######

Sampai sini dulu ya.. biatlah sedikit sedikit tapi cepet up date dari pada pengen banyak ga update











Game of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang