BAB.8 Pertemuan

17.9K 762 14
                                    

Labuan... kota tersebut yang menjadi tujuan mereka. Tempat di mana Rere bersembunyi selama ini, tinggal menumpang di salah satu kerabat dekat nya. Butuh sekitar 4 jam untuk sampai ke kota pesisir pantai tersebut, dengan catatan perjalanan lancar.

Hendra di daulat untuk menjadi supir dalam perjalanan tersebut. Dengan Bram yang setengah melayang jiwanya, duduk di sebelah Hendra. Sedangkan Matilda dan Galang duduk di belakang.

Berkali - kali Bram bertanya pada Hendra tentang kehamilan Rere. Senang dan sedih menyatu dalam hatinya.

"Apa kamu yakin Dra kalo Rere hamil?" Bram bertanya untuk kesekian kalinya.

"Ya ampun mas.. yakinlah aku ini dokter sebelum kasih pernyataan ya di cek dahulu bukan asal tebak"  kesal juga Hendra terus menerus di tanya Bram. Rasanya entah kenapa seperti di teror.

Bram tersenyum lebar mendengar nya.
"Kamu tau betapa kami menunggu hal ini. Rere pasti sangat bahagia saat mendengar hal ini ya..?"

Hendra hanya mengangguk menanggapinya.

Namun tiba-tiba wajah Bram berubah murung dan sedih.

"Ah, tidak... Rere pasti sangat sedih ya ketika mendengar hal ini? Semua karena salahku. Seharusnya aku ada di sisi nya saat itu"

"Tapi dra.. kamu yakin kalo Rere benar - benar hamil??".

Hendra hanya menghela nafas mendengar nya, malas menanggapi. Sudah berkali - kali Bram bertingkah seperti tadi.

Sementara di belakang Galang membuat tanda miring dengan telunjuk tangannya di dahi, yang langsung mendapat sikutan keras di pinggang dari Matilda.

"Aww.." teriak Galang meriñgis kesakitan.

"Mas, sudahlah berhenti bicara! Kamu itu seperti orang tidak waras saja" seru Matilda kesal, yang di barengi tawa tertahan dari Galang.

Matilda langsung memelototinya. Bagaimanapun Bram abangnya, tidak rela rasanya jika ada yang mentertawai nya.  Sedangkan Hendra hanya mengulum senyum mendengarnya.

ya.. sepanjang perjalanan ini Bram berkelakuan seperti orang yang sedikit terganggu jiwanya. Sebentar bentar dia merasa senang saat mengenang Rere, saat membahas tentang kehamilannya, namun tiba - tiba berubah menjadi sedih karena khawatir Rere tidak mau memaafkannya.

"Bagaimana jika dia tidak memaafkan ku? Kesalahanku terlalu besar. Aku memang tidak pantas di maafkan"  tak perduli Bram terus mengulang drama nya.

"Mas sudah jangan khawatir aku bakal bantu mas bicara dengan teh Rere" akhirnya Galang buka suara. Tidak tahan melihat drama di depannya.

"Iya mas, kami semua bakal bantu mas. Jangan khawatir" Hendra ikut menimpali.

"Iya mas, jangan khawatir" Matilda juga ikut menenangkan hati mas nya.

Bram terdiam mata nya menerawang. Dia mengangguk dan dengan sedihnya berkata.
"Jika dia tidak mau memaafkan aku, rasanya hidupun percuma"

Matilda mendengus sebal mendengar nya. Rasanya gemas sekali pada masnya yang terlihat putus asa.

"Galang.." tiba - tiba Hendra bersuara, menyuarakan keheranan dalam hatinya sedari tadi.
"Apa Rere tidak akan membunuh mu, jika tau kamu yang membocorkan tempat persembunyiannya"

Galang tersenyum misterius
"Aku ini kenal baik kakak ku seperti apa, tenang saja semarah apapun dia bisa kutangani. Lagi pula sayangkan, kapan lagi bisa jalan - jalan ke paris gratis"
Dilirik nya Matilda yang mendengus kesal.

"Punya adik penghianat seperti kamu malang sekali nasib  Rere" sindir Matilda

"Tapi jika bukan karena penghianat seperti ku, kalian pasti tidak akan bisa menemukan kakakku" tenang Galang menjawab.

Game of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang