Chap 4

29 1 1
                                    

Author's POV

Dress selutut berwarna putih berbahan sifon telah membalut tubuh gadis itu dengan sangat manis. Dengan bahu terbuka, lengan baju di atas siku, dan bagian bawah gaun yang mengembang, membuatnya terlihat sangat manis. Rambutnya yang sepunggung ia buat bergelombang. Anting mutiara putih bertengger manis di telinganya. Kalung emas putih berliontin sakura bergelayut manja di lehernya. Jam berwarna putih juga mempercantik kulit mulusnya. Wajahnya ia poles dengan warna-warna yang natural, tak lupa ia memakai warna peach untuk bibirnya. Dia tidak suka warna bibir yang terlalu mencolok. Penampilannya sangat memukau setiap orang yang melihat. Ditambah dengan tingginya yang semampai dihias dengan stiletto berwarna beige dan tas yang berwarna senada.

Tapi gadis itu kebingungan kenapa setiap ia melangkahkan kaki ada saja yang melirik padanya.

"Ma, yakin nih penampilan Reina gak berlebihan?" Reina sedikit berbisik pada Vania.

Vania terkekeh, "Enggak sayang, itu tandanya kamu cantik!" Vania mengerling jahil pada Reina. Dan Reina hanya memajukan bibir sambil memasang wajah cemberut. Pura-pura merajuk.

"Hai Van!" Seorang perempuan berusia sekitar 40-an memanggil Vania.

"Oh, hai Mellysa! Lama gak ketemu yaaaa..."

'Eh? Kok gitu? Bukannya kata Mama ini acara antar rekan kerja ya?' Reina memberi tatapan bingungnya pada Vania.

"Maaf ya sayang, habis kamu susah kalo diajak keluar, makanya Mama bohong sedikit. Tapi memang Mama rencananya mau kerjasama sama mereka ini."

Ya, Vania berkumpul bersama teman-teman lama yang sebentar lagi akan menjadi kliennya.

Reina terkejut. Wajahnya lalu memurung.

"Kamu tenang aja ya Rei, anak temen-temen Mama banyakan perempuan kok," lanjut Vania seakan mengerti dengan kekecewaan Reina.

"Ini anak kamu ya Van? Cantik bangeeeettt! Sini duduk deket Tante aja sayang. Namamu siapa?"

"Reinara." Ia menjawabnya dengan senyum terpaksa.

Selanjutnya, banyak yang para wanita karir itu bicarakan. Tapi Reina seakan tak peduli. Dia hanya berdoa agar pertemuan ini cepat selesai. Hanya itu.

"Nah, itu dia putraku! Hai Vin, di sini! Sini!" Teriakan Melly cukup membuat Reina sadar lagi. Dia, Vania, dan semua temannya menoleh ke arah yang ditunjuk Melly.

Mata Reina seakan mau keluar dari tempatnya. Dia tidak percaya akan kenyataan yang kembali mempertemukannya dengan orang yang paling tidak mau ia temui. Nafasnya tercekat cukup lama sampai seorang lelaki seumurannya menyapanya.

"Hai Re."

Semua mata kini memandang Reina dan lelaki itu secara bergantian.

'Apa-apaan ini Ya Allah? Dia, Calvin, kenapa ada di depan gue lagi?' batin Reina.

"Ekhemmm!" Vania menginterupsi, cukup untuk membuat Reina kembali memalingkan wajahnya dari Calvin. "Kalian udah saling kenal?"

"Kenal di mana?" Kini Melly yang bertanya.

"Hehe..." Calvin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, "Kenal aja sih Ma, Tan,"

'Jir, pede banget gue ngomong gitu.' Calvin merutuki dirinya sendiri.

"Cie ada yang bentar lagi besanan nihhh..." Tiba-tiba seorang teman Vania melontarkan celetukan yang berhasil membuat Reina melotot kesal.

Tanpa sepengetahuan Reina dan Calvin, Vania dan Melly saling tatap dan memberikan senyum lebar yang penuh arti.

Aku, ReinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang