"Taxi!" Teriak Jimin lalu sebuah taxi berhenti di hadapannya dan ia memasuki taxi itu tanpa merasakan sesuatu yang janggal.
"Apartemen Butterfly ya." Ucap Jimin dan perlahan taxi itu membawa Jimin menjauhi area sekolah.
Jimin melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya, hari semakin gelap dan ini sudah satu jam dan ia juga belum sampai di apartement nya. Jimin menggoyangkan kakinya, ia panik. Ia baru menyadari sesuatu,
"U-hm pak, ini bukan jalan untuk ke apartemenku." Ucap Jimin dengan takut-takut.
"Jalan yang biasa kau lalui sedang ditutup karena ada sebuah kecelakaan dan kita harus mencari jalan lain untuk sampai ke apartement mu dan ini membutuhkan waktu yang cukup lama."
"K-kecelakaan?!" Tanya Jimin. Supir itu bungkam, hanya suara radio yang menjawab pertanyaan Jimin.
Karena tak kunjung mendapat respon dari sang supir, akhirnya Jimin mengeluarkan earphone nya dan memutar beberapa lagu kesukaannya. Perlahan ia memejamkan matanya dan tertidur
Jimin merasakan jika tubuhnya menggigil dan perlahan ia membuka matanya. Pertama kali yang dilihatnya adalah sebah ruangan yang sangat asing baginya, tempat ini sangat gelap dan ia baru menyadari jika ia sedang tidak berada di taxi yang ia tumpangi tadi.
Dengan cepat Jimin merogoh saku nya untuk mencari handphone nya, tetapi nihil. Bahkan tas nya pun tak ada.
"Ah, kemana perginya handphone ku." Ucap Jimin frustasi.
'ceklek'
Jimin mendengar suara pintu yang dibuka, jantungnya berdebar dua kali lebih cepat. Suara derap sepatu membuat nyalinya semakin menciut. Perlahan ia mundur menjauhi suara itu sampai punggungnya menyentuh benda yang keras, ups Jimin sudah tersudutkan. Dan ia hanya bisa memejamkan matanya dan berdoa agar Tuhan menyelamatkan dirinya.
"Park Jimin?" Orang asing itu membuka suaranya dan Jimin masih tetap memejamkan matanya.
"Kau mencari ini?" Tanya orang asing itu seraya mengangkat benda itu tinggi-tinggi dan Jimin pun akhirnya memberanikan diri untuk membuka matanya. orang asing itu memegang handphone nya, HANDPHONE NYA.
"A-ah kumohon kembalikan handphone ku.." Ucap Jimin dengan lirih.
"Kau ingin ini?" Tanya orang asing itu dan Jimin mengangguk-anggukan kepalanya sebagai jawaban.
Orang asing itu mengangkat handphone Jimin tinggi-tinggi dan menjatuhkannya begitu saja, sekarang handphone itu telah hancur berkeping-keping. Mulut Jimin terbuka lebar. "H-handphone ku.."
Dan orang asing itu tertawa dengan keras, dan Jimin hanya bisa menundukkan kepalnya.
"Selamat datang datang di black market, Park Jimin."
"B-BLACK MARKET?!?"
"
YOU ARE READING
Black Market
ФанфикJimin lelaki ceroboh dan lugu tak menyadari jika dirinya telah di jual di Black Market, perlakuan kasar dari karyawan Black Market membuat mental Jimin menjadi anak berusia 10 tahun. Bisa kah ia kembali pada kehidupan pertamanya yang bahagia dan men...