Bagian ke 4

8.1K 951 23
                                    

Ketika (dengan susah payah) aku memasuki loteng pada malam harinya, yang membuatku terpukau adalah cahaya bulan yang masuk dari jendela besar, merambat dan memantul pada cermin tempat Naruto berdiri.

"hai Sasuke," sapanya dan aku melangkah mendekat. Kami berdiri berhadap-hadapan dan aku menjadari jika seandainya kaki kami sejajar, tinggi Naruto bahkan tidak lebih dari daguku. Dalam hati aku bersumpah akan meledek tingginya ketika dia keluar dari jermin. Ya, suatu hari nanti. Pasti.

Naruto berjongkok dan menatap kakiku yang pincang, ia mendongak dan dengan senyum yang menenangkan. " Pejamkan matamu Sasuke.." aku menurut dan memejamkan mataku, dapat kurasakan sesuatu yang hangat menjalar pada kakiku yang pinjang, sedikit menggelitik tapi aku diam saja. "nah sekarang buka matamu."

Naruto kini berdiri di hadapanku cermin masih memisahkan kami,"Cobalah berjalan Sasuke" dengan alis menyatu aku berbalik, berjalan menuju sisi lain loteng, di langkah ketiga aku sedikit limbung, ada yang berbeda dengan kakiku, tidak terasa sakit dan kaku ketika di gerakkan.

Dengan mata yang membulat kaget aku menoleh kearah Naruto, si pirang itu tersenyum memamerkan giginya yang rapi dengan tangan yang membentuk huruf 'V'. Dengan terburu-buru aku berjalan kearahnya dan tanpa kusadari aku memeluknya, memeluk cerminnya lebih tepatnya.

Ketika pelukan itu terlepas dapatku lihat pipi Naruto yang memerah. Tanpa sadar aku tersenyum.

"tetaplah tersenyum seperti itu Sasuke." Kata Naruto, aku terkejut. Kapan terakhir kali aku tersenyum ya? Aku sendiri bahkan tidak dapat mengingatnya.
.
.
.
.
Malam itu juga aku membawa Naruto turun, aku melangkah dengan sangat hati-hati agar cerminnya tidak jatuh. Kami duduk di beranda yang menghadap langsung pada taman belakang, mata biru Naruto berbinar menatap pohon jeruk yang menjulang tinggi.

Aku memetikkan beberapa buah jeruk terbaik dari pohon itu. Dengan kondisi kakiku yang pulih aku bisa mengambil buah manapun yang ku mau tanpa kesulitan.

Naruto terus menerus tersenyum malam itu, ia tertawa sengan pipi yang belepotan buah jeruk, aku berharap bisa membersihkan pipi itu suaru hari nanti.

"kono mama de zutto iraremasu you ni to, hoka no dare mo nai, anata ni negau kara."* Aku berbisik, berharap ia tak mendengar ucapanku.
.
.
.
Hari - hari berlalu dan aku tidak pernah membawa Naruto kembali ke loteng itu. Kami menghabisakan banyak waktu bersama, aku nyaris membawa Naruto ke manapun aku pergi.

Terkadang kami akan duduk di sofa (sebenarnya hanya aku yang duduk di sofa) dan meminum teh untuk menghangatkan diri, atau terkadang Naruto akan mengamatiku merawat pohon jeruk dan tomat-tomat di halaman belakang. Enak sekali dia duduk santai sementara aku yang susah.

Naruto akan menghilang dari cermin ketika pelayan istana datang seminggu sekali dan muncul ketika dia pergi. Aku tidak pernah tau ia bersembunyi di mana di balik cermin itu,dan egoku mencegahku untuk bertanya.

Tanpa kusadari, aku mulai terbiasa dengan keberadaan Naruto dan melupakan hari-hariku yang selalu sendirian.
.
.
Tbc

Magic Mirror (sasunaru ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang