Pagi ini hal pertama yang ingin kulakukan adalah menembak mati burung burung bodoh yang berkicau dengan berisiknya dan mengganggu tidurku. Tapi di sini sepertinya tidak ada senapan, dan aku ingat aku tidak bisa menembak namun aku cukup ahli dalam berpedang.
Aku melangkah dengan malas menuju kamar mandi, kemarin ketika aku memeriksa dapur bersediaan makanan sudah terisi penuh. Setiap seminggu sekali seorang pelayan akan datang kemari membawa persediaan makanan dan kebutuhan lain yang kuperlukan. Mungkin mereka takut salah satu keturunan raja akan mati jika tidak mereka urus, cih! Aku bisa mengurus diriku sendiri.
Sarapan pagi ini adalah dua potong roti yang kutumpuk dengan irisan tomat di dalamnya. Sekilas aku berpikir tomat - tomat ini akan busuk sebelum seminggu kan? Sepertinya aku harus menanam toman di halaman belakang nanti.
Dengan secangkir teh aku mengelilingi rumah tua ini. Lebih luas dari rumahku yang sebelumnya, ada sebuah taman kecil di belakang penuh dengan semak - semak dan tidak terawat. Akan ku bersihkan nanti lalu kutanami tomat. Di lantai satu tidak ada hal yang menarik, namun di lantai dua aku menyadari ada yang aneh dengan atapnya. Ada semuah cetakan berbentuk persegi empat dengan sebuah engsel pintu di ujung kanannya dan ketika ku tarik sebuah tangga menuju lotengpun terbentuk.
"Huh.." Aku mendengus.
Pantas saja atap lantai dua ini rata, sementara rumah ini beratap segitiga yang tinggi. Tangga ini tidak memiliki pegangan jadi aku dan kaki pincangku ini harus melanggkah dengan eksra hati-hati jika tidak ingin terjatuh.
Loteng ini sepertinya berpungsi sebagai gudang tapi tak begitu banyak barang yang dapat kutemui; sebuah lemari reot tanpa isi (aku penasaran bagaimana cara mereka membawa benda itu kemari), sebuah sepeda tua dangan roda belakang yang sudah lepas dan beberapa mainan anak-anak tertumpuk tidak rapi di sudut ruangan.
Onixsku masih mengelilingi loteng merangkap gudang ini untuk kemudian bertumbuk dengan sebuah kain putih yang menutupi sebuah benda berpentuk persegi panjang, cermin. Aku melangkah dengan sedikit tertatih menuju cermin yang tebungkus kain itu. Dari semua benda disini hanya cermin itu yang tertutup kain, mencegah agar tak berdebu.
Deg
Deg
Deg
Tanganku terulur memegang ujung kain, entak kenapa aku merasa segugup ini hei itu hanya sebuah cermin tua Sasuke! Aku membentak diriku senditi seperti orang bodoh.
"KYYAAAAAAAAAAAAA......!!!!!!"
Dan ketika kain putih itu tersibak, aku menyadari bahwa ini bukan hanya cermin biasa.
.
.
Oh! Oh! Jangan mengira teriakan seperti anak gadis itu berasal dariku! Aku memang terkejut namun aku terkejut dengan gaya yang keren! Yah, bagiku mundur tiga langkah kebelakang terlihat lebih keren daripada menutupi dada ehemrataehemmu dengan kedua tangan kan?
"ADA ORANG MESUM DATTEBAYOOUU!!!" gadis(sepertinya) yang ada dalam cermin itu menarik bajunya yang- entah dariman- dengan tangan kanan, sementara tangan yang satunya lagi melempariku dengan berbagai barang yang datangnya entah darimana juga.
Dalam hati aku mendengus, tak ada satupun dari barang itu yang mengenaiku. Bukan karena akunya yang lihai menghindar, namun karena semua benda yang di lemparkan oleh si gadis berambut blonde jabrik itu memantul pada dinding cermin.
Gadis itu kini terengah-engah dengan muka merah yang menggemaskan sementara aku duduk di lantai bersandar pada dinding. Aku benci kaki jelekku yang cepat sekali ngilu jika di ajak berdiri.
""Siapa kau?"" Tanya kami bersamaan.
Aku terdiam dan gadis itu memalingkan wajahnya, sepertinya suasana di antara kami semakin canggung.
"ka.. kau penghuni baru rumah ini?" Ia berkata dengan ekpresi kesal dan malu.
Bukan, aku tukang pos yang kebetulan nyasar ke sini nona.
Sebenarnya aku ingin menjawab seperti itu tapi nanti imange coolku rusak, jadi aku hanya mengangguk. Aku pikir dia akan kembali marah atas sifat cuekku tapi ternyata dia tersenyum lebar. Onixsku membulat, senyum itu senyum seindah mentari di pagi hari. Aku benci mentari di pagi hari karena sinarnya yang benyilaukan.
"ah! Syuukurlah.." ia bertepuk tangan senang. " aku rasanya sudah mau mati bosan di sini, kau tau sudah bertahun tahun rumah ini tidak berpenghuni! Aku senang kau datang! Sekarang kita dapat berbincang setiap hari ttebayou!" ia berujar, nyeroscos lebih tepatnya.
Rasanya aku bisa melihat bunga-bunga kuning kecil berputar-putar di sekitarnya.
"Ah! Namaku Naruto! Uzumaki Naruto datebayou! Senang bertemu denganmu!" ia mengulurkan tangannya meskipun kami sama sama tau aku tidak akan bisa membalas jabat tangannya karena terhalang cermin dan ah.. senyum itu lagi.
Aku menaikkan ujung bibirku keatas -tersenyum menyebalkan- aku yakin senyum ini aku dapat dari keluarga kerajaan yang sombong-sombong itu.
"Sasuke. Senang berkenalan denganmu juga.. Nona."
Yangku bayangkan adalah wajah manisnya yang tersipu karena ketampananku tapi yang kulihat adalah wajah kaget dan err.. horror(?)nya. Kemudian wajah itu memerah bukan, bukan malu ataupun tersipu tapi kemarahan.
Lo? Apa aku ada salah bicara?
"TEMEEEEEE~~!!!! AKU LAKI-LAKIIII!!" aku berani bersumpah lantai di bawahku bergetar karena teriakannya. Tunggu? Dia laki-laki?
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Mirror (sasunaru ver.)
FanfictionSummary : Uchiha Sasuke adalah seorang anak haram raja, di tengah perang yang berkecamuk ia di asingkan ke sebuah rumah tua di pinggir kerajaan. Di sana ia bertemu dengan seorang pemudan yang terperangkap dalam cermin. Perlahan, ia belajar arti kebe...