A A N H #5 : "I Love You"

4.2K 192 8
                                    

Book 5
Special Pairing NaruHina
Genre : Little Hurt
Rate : T semi M

17+

Enjoy ~

.

Mungkin iya, aku wanita jalang yang rela menukar harga diriku hanya demi uang. Hanya demi uang.

Karena uang, aku mau menikmati permainan gila yang ku lakoni setiap malam bersama sejumlah pria hidung belang demi kepuasan seksual mereka.

Karena uang, diriku yang introvert terpaksa berubah menjadi agresif. Membual dengan rayuan bibir manisku yang mereka kecup berkali-kali.

Tapi sedikitpun, aku tak pernah merasa berdosa karena melakukan semua itu. Jujur saja, aku menikmati permainan mereka ditengah percumbuan kami.

Puk!

Seseorang menepuk pundakku pelan. Aku berbalik, ternyata Konan.

"Hinata, ada seseorang yang akan membayarmu mahal jika kau mau melayaninya malam ini!"

Aku berbinar, seulas senyuman mengembang di wajahku saat ini. Tentu saja aku takkan menolak! Jelas ini memang pekerjaanku. Melayani kepuasan pelanggan.

"Dimana dia, Konan?" tanyaku.

Telunjuk Konan mengarah ke sebuah bar yang berada di sebrang sana. Tubuh kokohnya masih setia menghadap bar, sepertinya dia masih meneguk minuman alkohol pesanannya.

Tapi...

Rasanya rambut kuning cerah itu familiar sekali. Apakah aku pernah mengenalnya?

Konan dan aku berjalan mendekat kearah si pria tadi.

"Hei!" sapa Konan.

Saat dia berbalik, mata kami saling bertemu. Mata lavenderku membola dengan mulutku yang menganga.

"Kau?!"

-

Apa aku sedang bermimpi? Maksudku.. pria itu kan--

"Benarkah kau Hinata?" tanyanya tepat membuatku tertarik dari alam bawah sadarku. Sedikit terkejut, aku menarik nafas untuk menetralkan degup jantungku.

"Ya. Tuan Uzumaki." Balasku, mungkin terdengar angkuh.

Bagaimana aku bisa mengenal pria ini? Ya, tentu aku mengenalnya.

Aku tak sengaja menemuinya di Stasiun Kereta Api tahun lalu. Waktu itu dia terserang demam cukup parah, meringkuk dibangku tunggu disana. Aku melihatnya merasa iba dengan wajah yang memerah karena suhu badannya yang tinggi. Alhasil, aku terpaksa membawanya ke kediamanku.

Memang sejak aku menginjak bangku sekolah menengah, aku sudah tinggal seorang diri. Aku dibesarkan disebuah panti Asuhan, dengan harapan ada sesosok orang tua yang akan mengadopsiku.

Tetapi mungkin itu hanya khayalan semata. Justru semakin lama aku tinggal disana, semakin membuat Ibu panti kesusahan. Aku pun memutuskan untuk pergi dari sana dan memulai hidup baru.

Aku merawat pria bermarga Uzumaki ini sejak saat itu. Masa itu aku masih bekerja paruh waktu di sebuah kedai makanan. Ya, setidaknya cukup membuatku bisa hidup dengan hasil kerjaku, walau keperluan yang lain masih pada tahap belum terpenuhi.

Aku memang bukan seorang dokter yang bisa merawat dengan baik pasiennya. Pria itu tak sadarkan diri kurang lebih dua hari, aku pikir dia mati. Dengan menggunakan handuk kecil yang direndam dalam air dingin, aku hanya bisa mengompresnya.. berharap demamnya akan turun.

Tapi syukurlah dia cepat pulih. Dalam jangka waktu seminggu akhirnya dia bisa sembuh total.

Setiap aku pulang bekerja, dia selalu menyiapkan makan malam untukku.

"Aku hanya ingin membalas jasamu yang sudah merawatku dengan baik," ucapan itu mengiang di indera pendengaranku.

Aku tersenyum. Mengingat waktu itu rasanya begitu manis. Kehangatan mulai menjalar dirongga dadaku, menggetarkan jantungku diatas normal.

"Hinata..."

Ku dengar dia memanggilku. Oh, astaga.. aku hampir lupa jika kali ini dia menungguku untuk melayaninya. Bodoh!

"Kenapa kau melamun? Kau masih ingat padaku bukan?" tanyanya.

Aku mengangguk, "Tentu saja. Aku tak melupakanmu." Balasku.

Dia tersenyum lembut. Entah kenapa debaran yang sekian lama menghilang kini datang kembali.

"Tapi.... kenapa kau menjadi seperti ini Hinata? Apa yang membuat kau beralih dari pekerjaan lamamu?"

Sesaat pandanganku berubah meredup. Ada sedikit rasa ngilu dan sakit didadaku. Kejadian keji yang benar-benar meruntuhkan harga diriku yang ku jaga hampir 20 tahun lamanya.

"Naruto. Sejujurnya aku bukanlah wanita yang kau kenal baik seperti waktu itu. Kau tau? Pekerjaan lamakulah yang berhasil membuatku terjun kedalam dunia malam seperti ini!"

Dia terdiam, mungkin dia ingin lebih tau diriku setelah sekian lama kami tak pernah bertemu.

Aku menarik nafasku, mencoba menahan tetesan air mataku yang siap untuk terjun bebas. Aku tersenyum semanis mungkin, lalu melanjutkan ceritaku, "Tuan Kabuto berhasil membuatku lengah dan terjerat ke dalam jebakannya. Waktu itu dia menyuruhku membuatkan sebuah pesanan, padahal kedai sudah tutup. Dia beralasan ada konsumen yang memesan lewat telepon. Dan terjadilah hal gila itu.."

"Kau tau? Kehilangan sesuatu yang berharga itu sangatlah menyakitkan. Dan yang lebih parahnya lagi, dia membiusku dan membuangku begitu saja setelah dia berhasil menikmati tubuhku!"

Naruto mengangkat telunjuknya dan menempelkan dibibirku, "Cukup, jangan diteruskan lagi!" titahnya dengan nada yang teramat dingin.

Aku terdiam. Baru kali ini aku melihat sisi lain dari Naruto.

Dia menatapku teramat dalam sampai menusuk tepat dijantungku. Mata sebiru lautan itu seakan terluka, begitu kelam dan menyeramkan. Entah kenapa, bulu romaku berdiri. Takut.

"Tak bisakah kau mencari pekerjaan yang lebih baik dari ini, Hi-na-ta?!" pekiknya.

Aku masih terdiam. Mungkinkah dia marah? Kenapa?

"Hinata! Kau bukan jalang! Kau bukan wanita murahan yang bisa dinikmati oleh banyak pria!!"

Aku terkekeh pelan, "Naruto, apa maksudmu? Ini sudah menjadi jalan hidupku. Kau tau? Meskipun begini aku menikmatinya." Balasku enteng.

Matanya begitu marah, seakan ingin menerkamku dan mencabik seluruh tubuhku. Tapi apa yang salah? Dia datang kesini untuk sebuah permainan bukan?

"Sudahla, jangan menasihatiku lagi! Kau datang kesini bukan untuk hal semacam itu bukan? Lepaskan pakaianmu! Kau tak perlu membayarnya jika kau mau!!"

Aku menyerangnya lebih dulu tepat dibibir seksinya. Aku mencumbuinya, tapi dia tak merespon sedikitpun. Dia mulai berontak dan mendorong tubuhku paksa.

Dia menindihku, "Bukan ini yang ku inginkan Hinata!" ucapnya penuh penekanan.

"Lalu apa maumu?"

"Tidakkah kau mengerti?!!!!" teriaknya.

Dia menjauh dariku, tangannya mengusap kasar bibirnya yang basah karena perlakuanku. Aku hanya terdiam, entah kenapa tenggorokanku rasanya tercekik.

Naruto terduduk diujung ranjang, membelakangku. Dia beranjak, lalu berkata "Setidaknya kau mengerti. Sejak awal kita bertemu, pikiranku tak lepas dari dirimu. Aku selalu berharap bisa bertemu denganmu. Aku.... mencintaimu.."

Mencintaimu...

Mencintaimu...

Dia berjalan keluar dan menghilang dari ambang pintu.

"D-dia.... mencintaiku?"

Aku berlari mengejarnya, setitik air mata mulai keluar dari netraku.

"NARUTOOO!!!"

OWARI

A/N : Ini gak ada inspirasi sama sekali, jadi mohon dimaklum atas ketidaksempurnaan chap ini . terimakasih sudah menyempatkan untuk membaca

[ 4 ] Kumpulan Oneshoot NaruHina [ All About NaruHina ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang