Chapter 8 - What's Happened

887 87 22
                                    

Di chapter ini full nyeritain flashback yaa.. Tentang apa yang terjadi sebenarnya sama keluarga Devin dan Marsha. Jadi alurnya mundur, so jangan bingung bacanya. Happy reading!

***

1 tahun yang lalu..

"Kak Devin, abis ini temenin aku ke panti asuhan Melati yaa! "

Gadis itu begitu ceria pagi ini, dengan menggunakan rok berwarna putih selutut dipadukan dengan kemeja berwarna pink yang membuatnya terlihat begitu cantik.

Gadis itu baru saja turun dari kamarnya di lantai 2, berlari menuruni tangga satu ke tangga lainnya dengan menenteng sebuah tas dan membawa sebuah kado berwarna biru muda dengan pita diatasnya. Ia terlihat sangat buru-buru namun wajahnya sangat bersemangat, membuat keluarganya yang ada di meja makan heran dengan tingkahnya itu.

"Dek, bisa gak sih kalo turun tangga itu pelan-pelan gak usah lari-lari gitu.. ntar kalo jatuh gimana coba?" ucap Devin sebal ketika gadis itu sudah berada di meja makan.

"Iya, kamu tuh kebiasaan" mamahnya yang ada di meja makan ikut menimpali.

"Hehe kan aku lagi seneng hari ini"

Gadis itu menjawab dengan senyum yang tak juga hilang dari wajah cantiknya.

"Jadi gak mau cerita nih adek kakak yang cantik ini lagi seneng kenapa?" tanya Devin

"Abis jadian ya?" tanya Devin lagi dengan nada menggoda

"Tuh mah pah, kak Devin ngajarin pacaran" adu gadis itu kepada kedua orang tuanya.

"Loh Devin kan cuma nanya aja mah pah"

Devin membela diri membuat adiknya malah merengut sebal sambil mengambil irisan roti yang sudah diberi selai dan memasukannya ke mulut.

"Udah2..kalian berdua ini kalo suruh berantem semangat banget"

Papahnya yang daritadi diam ikut bersuara karena tingkah kakak beradik ini.

"Tau tuh kak Devin! Gabisa banget liat Ruth seneng"

Ya. Gadis yang baru lulus SMP itu bernama Ruth. Gadis cantik dengan pipi chubbynya yang begitu menggemaskan, membuat Devin sering memanfaatkan pipi chubbynya itu untuk bahan keisengannya.

Seperti saat ini, Devin sontak mendekat dan mencubit pipi adiknya. Kebiasaan yang paling dibenci Ruth, karena cubitan Devin bisa membuat pipinya merah sampai berhari-hari. Namun, kebiasaan itulah yang juga sering dirindukan Ruth saat ia sedang berjauhan dengan kakaknya.

"KAK DEVIN!!! SAKIT TAUUUUU!! MAH PAH KAK DEVIN NOH NGESELIN!!"

Ruth mengeluarkan suara 8 oktafnya, membuat semua yang ada di meja makan reflek menutup kupingnya. Orang tua Ruth hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak gadisnya itu.

"Gak usah teriak-teriak juga kali dek! Budeg nih kuping kakak" protes Devin sambil mengelus-elus kupingnya

Ruth hanya menjulurkan lidahnya enggan peduli dengan protes kakaknya, lantas kembali melanjutnya kegiatannya mengambil roti tawar yang masih tersisa di piringnya kemudian mengunyahnya.

***

Cuaca di pagi hari ini tidak terlalu mendukung, tidak secerah biasanya. Matahari pun enggan tampak untuk menyinari, bersembunyi entah kemana. Namun, tak memadamkan semangat Ruth untuk bertemu seseorang yang begitu membuatnya berbunga-bunga sejak semalam.

Be My BrofriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang