Chapter 4 - Siapa Devin?

1.2K 106 15
                                    

Aku diam, bukan karena ingin. Aku diam, bukan karena tak percaya. Aku diam, bukan karena egois. Aku diam hanya karena tidak mau kalian ikut dalam kesedihanku.

***

Marsha berlari tunggang langgang. Dari kejauhan ia sudah melihat bu Beta, guru matematika yang super duper killer keluar dari ruang guru. Pagi ini bu Beta mengisi jam pertama di kelas Marsha.  Marsha harus bisa masuk kelas sebelum bu Beta masuk kesana, bisa mati dia kalo ketahuan masih di luar kelas. Marsha masih sangat sayang kepada kulitnya, karena kalo ketahuan telat masuk kelas, ia pastinya akan dijemur di lapangan sampai jam istirahat. Meskipun Marsha gadis yang pintar, namun peraturan tak mengenal isi otak seseorang.

“Aaaaa!! Ak..hir..nyaaa!!!!” teriak Marsha terengah-engah setelah menginjakkan kakinya dikelas.

“Astaga!! Kaget gue” ujar Ridwan sambil memegang dadanya. Setelah melihat Marsha yang tiba-tiba muncul ke dalam kelas.

“Lebay ah lo Wan” sewot Marsha

“Ya kan gue deg-degan, kirain bu Beta semok yang muncul”

Seisi kelas tertawa mendengar bayolan Ridwan.

“Siapa yang semok Ridwan??”

Kemudian kelas menjadi hening ketika terdengar suara menggelegar seseorang yang berada di depan pintu kelas. Dan ternyata bu Beta sudah berdiri kokoh disana sambil membawa buku pelajaran.

“Emmm.. Anu.. Itu bu.. Anoanya Alif semok” jawab Ridwan gelagapan.

Marsha dan anak-anak lain hanya cengengesan menahan tawa mendengar jawaban Ridwan yang tidak logis itu.

“Sejak kapan gue punya anoa?”

Alif yang namanya disebut ikut berbicara.

“Melihara hamster aja dibuang emak gue” tambahnya yang dihadiahi pelototan oleh Ridwan. Dalam hati Ridwan membatin ‘gak bisa bantuin temen banget sih lo’.

Sontak yang lain kembali tertawa mendengar perkataan Alif.

“Sudah diam!!!” teriak bu Beta.

Marsha yang melihat bu Beta sedang fokus terhadap teman sekelasnya, melangkahkan kakinya perlahan ke tempat duduk, sebelum bu Beta menyadari kehadirannya.

“Dari mana kamu Marsha?”

Gagal deh!’ batin Marsha

Marsha menoleh ke arah bu Beta, “Dari toilet bu hehe” jawabnya nyengir. Untung otaknya masih bisa berpikir jernih untuk berbohong. Maafkan Marsha bu Beta.

“Kenapa gak daritadi sebelum bel kamu ke toiletnya?” tanya bu Beta galak

“Emmm.. Tadi.. Ituu, toiletnya antri bu.” jawab Marsha mencari alasan.

“Ya sudah duduk kamu”

Marsha mengangguk. ‘Huh selamet selamet’ batin Marsha lagi.

Marsha kemudian duduk di bangku samping Zalfa. Zalfa hanya melirik singkat sahabatnya itu, sedangkan Vanya yang duduk dibelakang Marsha, memasang wajah siap untuk mengintrogasi.

“Sha..” bisik Vanya

“Hmmm” gumam Marsha tanpa menoleh ke belakang.

“Marsha..” bisik Vanya lagi tak menyerah

“Apa?” balas Marsha lirih masih tanpa menoleh

“Marsha Kirania Valendra!” teriak Vanya geram. Membuat seisi kelas menoleh ke arah Vanya, tak terkecuali bu Beta yang sedang menulis rumus di papan tulis.

Be My BrofriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang