Chapter 5 - Lo, gue!

1.3K 120 9
                                    

Devin menatap ragu benda yang tergeletak tak jauh dari tempatnya itu. Meskipun tubuhnya berlari kesana kemari dengan mendribble bola ditangannya, namun matanya selalu fokus terhadap sebuah kotak makan pink yang masih enggan ia sentuh sedari pemiliknya meletakkannya disana.

Cewek yang tak henti-hentinya mengganggu Devin, selalu saja membebankan pikirannya. Entah cara apa lagi yang harus Devin lakukan untuk membuatnya menyerah. Apa kurang selama ini Devin menyakitinya? Rasa sayang itu sudah sepenuhnya berubah menjadi rasa benci. Untuk melihatnya saja, ia sudah muak. Dipikiran Devin saat ini, hanya ingin melihatnya menyingkir dari penglihatannya.

Kata-kata pedas yang menurutnya menyakitkan sudah sering ia lontarkan. Bahkan baru kemarin, cewek itu menangis karenanya. Menangis hingga matanya sembab, wajahnya tak karuan saat ia lihat kemarin. Tapi pagi ini, masih berani-beraninya ia menunjukkan wajah ceria itu. Wajah ceria yang Devin rindukan, tapi juga harus ia hapuskan dari hidupnya.

“Weh bro! Betah amat lo pacaran ama bola” teriak Malvin dari pinggir lapangan. Membuyarkan lamunan Devin. Kemudian disusul dengan Bastian dibelakangnya, mereka berdua mendatangi Devin ke tengah lapangan.

“Bukannya masuk kelas malah bolos lo” tambah Bastian.

“Bego lu, kita disini juga bolos oneng.” sahut Malvin.

“Ya beda lah. Kalo bolos itu dari pagi. Kita kan udah ngikut pelajaran pak Slamet tadi” ucap Bastian menerangkan dengan lagaknya.

Malvin hanya memutar bola matanya malas. “Yaelah ngikut pelajaran 15 menit aja bangga lu. Emang dasar orang bego”

“Berasa lo pinter? Nilai matematika lo sama gue aja bagusan gue kemana-mana” ejek Bastian.

“Itu juga karena lo bawa contekkan”

“Enak aje! Gue kaga bawa contekan”

“Terus?”

“Gue ambil lembar jawabannya si Rizky”

“Eh si kampret! Itu lebih parah ego!”

“Berisik amat sih kalian! Ganggu konsentrasi gue aja” seru Devin yang sedari tadi diam berubah kesal karena kedua temannya yang berisik. Ia kemudian meninggalkan mereka, lalu duduk di pinggir lapangan.

“Lo sih! ngambek kan itu si Devin” Malvin menyalahkan Bastian dan pergi menyusul Devin.

“Yee.. Salah siapa bego-begoin temen seenak jidat” mau tak mau Bastian juga ikut menyusulnya.

Saat hendak berjalan menyusul keduanya, Bastian melihat kotak makan yang tergeletak di bangku “Ini punya lo Dev?” seru Bastian sambil mengangkat kotak itu dan mengarahkannya pada Devin.
Devin hanya melirik singkat. Tidak mengindahkan pertanyaan Bastian.

Malvin yang berada di dekat Devin langsung mendekat ke arah Bastian. Ia mengamati kotak makan itu dengan seksama. Lalu mengambilnya dari tangan Bastian.

“Wah..wahh.. Seorang Devin Putra Sanjaya, cowok terkeren sejagad raya. Kotak makannya pink hahahaha” Malvin terkikik geli.

“Cucok ah aa’ Devin” ledek Bastian sambil berlagak seperti wanita.

Devin masih diam, enggan menanggapi candaan temannya yang menurutnya tidak lucu itu. Akhirnya, ia memilih pergi meninggalkan mereka berdua.

“Aa Devin mau kemana atuh?” seru Bastian yang melihat Devin berdiri dari duduknya.

Malvin menatap Bastian jijik karena suaranya yang dibuat-buat itu. Merasa masih memegang kotak makan milik Devin lantas Malvin mengejarnya.

“Ini kotak makannya kenapa gak lo bawa?” tanya Malvin setelah berhasil mensejajari langkah Devin.

Be My BrofriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang