Please, don't go

1K 55 1
                                    

Setelah lelah menangis, akhirnya Hinata pun tertidur pulas.

Dipagi hari nya, Hinata mendapat telepon dari....

Warning :Typo, gaje, abstrack, pendek
------------------------
Dipagi hari nya, Hinata mendapat telepon dari pihak rumah sakit bahwa kondisi Gaara sedang kritis akibat kecelakaan semalam.

-Flashback On-
Si Sabaku melaju mobil nya dengan kecepatan tinggi karena tak ingin membuat kekasih mungil nya menunggu terlalu lama sampai tak melihat ada truk yang ingin melintas dari arah Timur.
Dengan cepat, kecelakaan itu terjadi dan mobil Gaara terguling. Darah mengucur di sekitar  wajah nya dan penduduk dengan segera mengerumungi area kejadian. Banyak orang yang membantu Gaara untuk keluar dari mobil yang hampir terbakar tersebut.
Tak lama kemudian, ambuance pun datang dan mengangkut tubuh Gaara. Penduduk sekitar keheranan lantaran sedari tadi korban mengucapkan satu nama secara berulang.

"Hinata...."
-Flashback Off-

Hinata dengan sedikit berlari memasuki rumah sakit. Segera menanyakan ruangan dimana Gaara di rawat dan berlari menuju ruang rawat tersebut.

Di dalam sana, sudah ada ayah nya dan kedua orang tua Gaara. Sedangkan di ranjang, terdapat seorang lelaki berambut merah tergulai lemas disana dengan banyak selang dan perban yang dipasang di seluruh tubuh nya. Suara alat pendetak jantung membuat Hinata takut. Takut ditinggal oleh orang yang dicintai nya. Air mata nya langsung berbondong - bondong membasahi wajah nya. Ibu Gaara mendekat dan memeluk Hinata erat.

"Kenapa aku menjadi orang terakgir yang mengetahui berita buruk ini?" Tanya Hinata pelan.

"Kami hanya tidak ingin kau-"

"KALIAN TIDAK TAHU BAHWA AKU MENUNGGU NYA SEMALAM DAN DIA TIDAK DATANG. TERNYATA, TERNYATA..." suara Hinata bergetar, tak sanggup melanjutkan. Tangisan nya semakin pecah.

Tubuh Hinata seketika lemas. Tak sanggup berdiri lagi. Hinata pun duduk di bangku sebelah ranjang Gaara. Sambil menangis sesegukkan dan menggenggam tangan Gaara erat.

"Oh, Kami-sama. Kenapa harus dia yang merasakan sakit ini? Kenapa bukan aku saja... hiks.... hiks... . Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi menjalani hidup ini, saat melihat nya *lebaydikitya* hiks....hiks...hiks.." air mata itu telah membanjiri pipi chubby Hinata.

Melihat Hinata yang terus menangis, sebagai ibu dari Gaara,ia menghampiri Hinata dan menenangkannya.

"Sudahlah Hinata, kita pasrahkan saja semua ini pada Kami-sama" ucap nya menenangkan.
"Tidak. Gaara-kun harus sadar. Dia tidak boleh meninggalkan ku" ucap hinata sambil memancarkan kepedihan dari mata amethsyt nya.
"Dia mungkin akan sadar tapi tidak sekarang. Biarlah Kami-sama yang menentukannya.
"Aku hanya tidak tega melihat nya seperti ini"
"Aku tahu Hinata, aku pun merasakkan hal seperti itu, tapi mau bagaimana lagi kita harus pasrah"

Hari demi hari berlalu, Hinata masih setia menunggu Gaara sadar dari koma. Sampai pada suatu malam, saat Hinata sedang tertidur di bangku sebelah ranjang Gaara dengan tangan sebagai bantalan. Tiba-tiba ada sesuatu yang mengelus rambut Hinata yang membuat si empu terbangun. Setelah dilihat, ternyata lengan Gaara lah yang sedang mengelus rambut nya.

"Gaara-kun, kau sudah sadar?" Tanya Hinata
"Iya, Hinata"
"Oh, Kami-sama. Syukurlah kau sudah sadar. Aku sangat mengkhawatirkan mu. Baiklah, akan ku panggilkan dokter"
"Aku tahu. Tapi aku tak bisa berlama-lama, jadi tolong panggilkan ibu ku saja"
"Apa maksudmu Gaara-kun, aku tidak mengerti?"
"Sudahlah. Aku mohon jangan mengulur waku Hinaga. Tolong panggilkan ibu ku"
"Baiklah" dalam hati Hinata, ia sangat resah dan takut akan terjadi hal-hal buruk. Hinata pun segera menepis rasa itu jauh jauh dan langsung memanggil ibu Gaara.

--------------
Mind to vomment?
-acd

Fuyu No Owari Ni (NaruHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang