Naruto POV

823 52 4
                                    

"Karena aku selalu memperhatikan mu, Hinata Hyuga" ucap Naruto pelan sampai sampai hampir tak terdengar.
Warning :gaje, abstrack, typo
---------------------
"Apa?" Tanya gadis yang berada di depan ku ini
"Aah. Tidak ada apa apa. Baiklah, kamu ingin ke kelas? Mari aku antar" tawar ku
"Tidak, terima kasih. Aku bisa sendiri" ucap nya cepat.

Setelah itu, ia langsung berlalu dari hadapan ku. Apa yang salah dari ku? Kenapa ia selalu menghindari ku? Huah. Sudah lah. Aku mulai berjalan menyusuri koridor panjang menuju ke kantin. Aku lapar. Menunggu kemunculan gadis itu membuat ku lelah sebenarnya. Tapi, tak apa. Rasa lelah itu sudah terganti dengan rasa puas yang berlebihan.

Wajah nya. Bukan. Aura nya lah yang entah mengapa membuat ku tertarik sekaligus penasaran akan diri nya. Ia berbeda. Aku tak tahu. Sejak pertama aku masuk ke sini, aku sudah tertarik pada nya. Aku seperti orang bodoh yang jika ia lewat, aku selalu salah tingkah. Walaupun ia tidak pernah memandang ku -karena ia selalu melamun-, aku tetap salah tingkah jika melihat nya.

Dulu, ia selalu bersama lelaki yang aku tahu nama nya. Sabaku No Gaara. Dan aku juga tahu bahwa Gaara adalah kekasih nya. Serta aku pun tahu, Gaara meninggal 3 bulan yang lalu. Beberapa minggu setelah aku masuk ke kampus ini lebih tepat nya. Mulai dari kematian Gaara lah, aku melihat wajah ceria dan ramah tak pernah lagi terhias di wajah nya. Ia selalu terlihat murung, terlihat seakan akan belum merelakan kekasih nya pergi.

Aku jadi ikut merasa sedih. Ya, siapa yang tidak sedih jika ditinggal oleh orang yang kita sayang?
Aku mengakui nya. Aku tertarik oleh Hinata. Aku mencintai nya, sejak pertama kali melihat nya. Tapi aku sadar, aku harus membantu nya merelakan mantan kekasih nya tersebut terlebih dahulu. Biarlah ia melupakan Gaara secara perlahan. Agar tak ada perasaan tertekan di dalam diri nya.

Sanking asik nya dengan lamunan ku, aku tak sadar jika lelaki berambut raven sejak tadi memanggil ku. Ia adalah Sasuke, sahabat ku sejak kami duduk di bangku SMP.
Aku berbalik, melihat wajah dingin nan datar nya yang masih mengamati ku. Walaupun wajah nya dingin dan datar, aku tahu dia tidak marah. Memang wajah nya saja lah yang seperti itu.

"Wajah mu terlihat bahagia. Ada apa?" Tanya nya yang sudah di sebelah ku.
Aku tak menjawab, masih belum siap untuk menceritakan kepada Sasuke jika aku mengalami jatuh cinta.
"Memikirkan seorang wanita, heh?" Tanya nya seakan dapat mengetahui isi kepala ku
"Diam lah kau, teme"
Sasuke hanya mengedikkan bahu. Kemudian melemparkan tatapan tajam pada ku

"Aku harap bukan wanita seperti itu lagi ya, dobe"

Aku tercengang. Sasuke sangat mengganggu ku kali ini. Wanita.... seperti itu? Aku belum berpikir sejauh itu. Apa Hinata wanita yang seperti itu?

Sial!

Aku tidak bisa tenang. Pikiran ku masih melayang jauh di angkasa karena ucapan Sasuke tadi. Aku mencoba berpikir jernih, agar tak ada lagi prasangka buruk yang singgah di hati ku. Rasa lapar ku hilang, terganti oleh rasa cemas, khawatir dan sekaligus bingung.

Beberapa menit kemudian, pikiran ku mulai kembali stabil. Aku tidak ingin memikir yang tidak tidak tentang Hinata. Karena jika dugaan itu salah, aku sendiri lah yang akan terluka.

Aku menatap sekeliling. Kantin sangat sepi dari pengunjung karena di jam ini, mahasiswa biasanya sudah pulang. Tentu saja sudah pulang, hari sudah menjelang sore. Aku tidak menyadari nya. Apakah Hinata sudah benar benar mengendalikan pikiran ku?

Mataku tak sengaja menangkap pemandangan yang sangat indah. Disana, Hinata dan kedua teman nya sedang berbincang bincang dan tak jarang mereka melepaskan tawa mereka. Kecuali Hinata, ia sangat jarang terlihat tertawa. Bahkan senyum pun sangat sangat jarang. Ia seakan akan hanya bertugas untuk mendengar dan menangkap perbincangan kedua teman nya. Sakura dan Ino. Sakura... aku tahu dia. Dia adalah perempuan yang menyukai dan mengejar ngejar teme.
Aku terus memperhatikan mereka sampai salah satu dari ketiga wanita itu menyadari nya.

Dia.

Ia terkejut melihat ku tak melepas pandangan ku dari nya. Ia balas menatap ku. Balasan nya memang tak ramah. Aku menangkap tatapan sinis dari nya. Ingin sekali aku menangkup kedua pipi chubby itu dengan kedua tangan ku. Aku sangat gemas kepada Hinata. Ia berbeda. Dia sangat berbeda dengan wanita lain nya. Ia memiliki tingkat kesetiaan yang tinggi. Aku dapat melihat nya.

Aku tersenyum ramah. Dia tak membalas. Malahan ia memalingkan wajah nya dari ku. Aku terkekeh. Kenapa aku bisa jatuh cinta kepada wanita sinis seperti nya? Ah. Bukan kah cinta itu buta?

"Dobe. Kau sudah memperhatikan nya cukup lama. Sekarang, ayo kita lekas pulang" tidak tahu sejak kapan, Sasuke sudah berada di belakang ku dengan wajah super duper jengkel.

"Baiklah. Tapi, sebelum kita sampai kau harus mentraktir ku ramen dulu" ucap ku dengan penuh harap

"Karena aku sedang berbaik hati. Akan ku traktir kau nanti"

"Kapan kau bisa berbaik hati, teme?"
Tanya ku dengan nada mengejek

"Sekarang" jawab nya singkat dan langsung menarik ku dari kantin.

-----------------------
Mind to vomment?

-acd

Fuyu No Owari Ni (NaruHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang