Sembilan: Hari Ini Hujan Turun Lagi

74 4 0
                                    

Tidak ada yang lebih tabah dari daun yang jatuh karena angin, tapi tidak pernah membenci tiap-tiap hembusannya.

Tidak ada yang lebih tabah dari tanah yang terkikis oleh hujan, tapi tidak pernah membenci tiap-tiap tetesannya.

Hari ini hujan turun lagi.

-----

Ini,

Teruntuk kamu wahai sembilanku;

Untuk kamu yang tak pernah protes setiap kali aku mengacak-acak rambutmu, untuk kamu yang terbiasa membiarkan aku membersihkan lensa kacamatamu walau hanya bermodalkan kain kerudungku, untuk kamu yang tak keberatan menyingkirkan ego-mu setiap kali kita bertengkar, meski kita tahu pendapatmu itu benar, tapi kamu tak ambil pusing karena katamu lebih mudah kehilangan argumentasi ketimbang kehilangan aku.

Untuk kamu, wahai sembilanku; yang sebenarnya ingin kucintai lebih banyak dari debar jantungku sendiri. Yang sebenarnya ingin kucintai sampai batas sabar yang kumiliki. Yang sebenarnya ingin kusayangi walau sesederhana ini. Yang akhirnya harus kulepaskan karena rupanya persatuan kita bukanlah hal yang bisa membahagiakanmu.

Pernah kukatakan, "Aku ingin terus bersamamu, melewati sembilan-sembilan selanjutnya, setidaknya sampai kita berdua menua bersama waktu dan lupa bahwa sembilan pernah punya makna."

Tapi kamu, barangkali sudah lupa sebelum sempat menua bersamaku. Kalau begitu, selamat tinggal, meski aku masih ingin sekali mengucap sampai berjumpa lagi.

Hari ini hujan turun lagi.

Tidak ada yang lebih tabah dari tanah yang terkikis oleh hujan, tapi tidak pernah membenci tiap-tiap tetesannya.

Tidak ada yang lebih tabah dari daun yang jatuh karena angin, tapi tidak pernah membenci tiap-tiap hembusannya.

Tidak ada yang lebih tabah dari aku, yang terus disakiti olehmu, tapi tidak pernah lelah mencintai dalam tiap-tiap detak jantung dan desir darahku.

-----

Depok, [sudah lama sampai hampir lupa kapan terakhir mengingatmu].

Antologi Puisi dan Cerpen: Patahan SayapHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin