Episode 9

321 28 1
                                    

[Jangan lupa Vote sehabis baca]

------------------------------------------------

Rhea's POV

"Kau tahu, kurasa aku suka dengan Reynald,"

Kepalaku mendadak pusing. Aku segera berusaha berpegangan pada ujung meja atau kalau tidak aku bisa pingsan seketika. Hatiku mencelos tidak percaya bahwa dia akan mengatakan hal yang paling kutakutkan. Tanganku tak sengaja menyenggol gelas di sebelahku.

Praanggg!!

"Rhea, are you okay?" Daphne segera berlari menghampiriku.

"Uh.. It's okay. Don't worry. Aku hanya mendadak merasa pusing saja," kilahku sambil memegang dahi.

"I think you should go to the doctor. Or.. wait, let me take a medicine for you," Daphne mencari kotak obat, tapi aku mencegahnya.

"No. Wait. I said it's okay Daphne. I can do it by myself," jawabku. Daphne menghela nafas.

"Okay. If you need a help, you can call me," Daphne mengalah. Aku hanya mengangguk ringan. "Aku kembali dulu, ya. Bye, hope you'll get better soon," aku tersenyum pedih.

Aku menutup pintu dan tubuhku merosot tepat di balik pintu. Aku masih tidak percaya dengan perkataan Daphne. Aku memegang dadaku yang serasa ditusuk pisau..

Hei, perasaan apa ini? Mengapa rasanya sakit sekali saat tau kenyataan ini??

Tanpa sadar, setetes air mata mengalir keluar. Aku mengusapnya kasar. Alih-alih berhenti, air mata ini justru semakin deras mengalir. Aku terisak pelan sampai aku mendengar deru mobil yang amat kukenal di luar sana. Aku segera melihat ke jendela..

Reynald!!

Astaga, kenapa pria ini tiba-tiba datang tepat di saat aku masih memikirkannya??

Aku segera berlari ke wastafel untuk mencuci muka. Aku tidak mau dia melihatku berantakan. Karena terburu-buru, telapak kaki kananku menginjak salah satu pecahan gelas.

"Aaww.. sial!" Dengusku. Aku duduk berusaha mengeluarkan pecahan itu dari kakiku ketika..

Ting tong! Ting tong!

Cepat sekali pria ini. Aku berjalan tertatih menuju pintu membukakan pintu.

"Halo, Beautiful," sapanya dengan senyum sumringah. Aku memaksakan senyum dan mempersilahkannya masuk.

"Sepertinya kamu bahagia sekali, Rey," kataku. Dia berbalik menatapku.

"Iya dong, kan ketemu sama Tuan Putri. Tapi," perkataannya terputus saat melihatku berjalan tertatih menuju dapur untuk menyiapkan minuman. "Astaga! Apa yang terjadi Rhea?!" Pekiknya saat sadar ada noda darah di setiap langkah yang kuambil.

"Eh, enggak kok. Cuman luka biasa," jawabku gugup. Dia mengikutiku ke dapur dan berseru.

"Oh Tuhan! Kamu pasti menginjak pecahannya kan?" Selidiknya. Aku mengangguk lemah.

When You Were HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang