[Jangan lupa Vote sehabis baca]
------------------------------------------------
"Menjauhlah dariku!" Pekikku tertahan. Tanganku terus berusaha mendorong dadanya. Sia-sia saja, aku terlalu lemas.
"Temani aku, sebentar saja," rayu Phillip dengan suara malas yang ditarik-tarik. Aku semakin bergidik nyeri begitu mencium aroma alkohol sangat dekat dengan wajahku. "Jangan sok jual mahal," sambungnya lagi.
Pandanganku yang semula buram perlahan mulai jelas. Kulihat dia berusaha menarik lepas krey shawl dan mencoba meninggalkan 'jejak' di leherku. Kugigit tangannya sekuat tenaga.
"Aww!!" Jeritnya. Dia mengibas-ngibaskan tangannya sambil menyeringai "kau agresif juga, my wild cat. It's okay, I love it," aku segera bangkit dari sofa mendengarnya.
Sial, lagi-lagi tangan besarnya mencekalku dan menyeretku duduk di sofa. Aku menolehkan kepalaku ke arah lain sementara jari-jarinya menarik daguku agar aku bisa menatapnya.
"Mata yang cantik," desisnya. Bibirnya hanya berjarak beberapa senti lagi dariku sementara aku masih terus memukul-mukul dadanya.
"Reynald!" Pekikku sambil memejamkan mata. Berharap Reynald akan datang menyelamatkanku dari pria ini.
Bau alkohol yang tadinya sudah sangat dekat tiba-tiba menghilang bersamaan dengan bunyi pukulan disusul bunyi berdebam ke lantai.
Bruukk!!
Aku membuka mata dan samar-samar kulihat Phillip sudah terduduk di lantai. Dia berusaha melawan sosok pria 'superhero' di hadapanku yang dibalas dengan pukulan keras sementara aku terisak sambil berusaha memperbaiki krey shawl ku yang hampir robek.
Aku rapatkan diri ke punggung sofa masih dengan air mata yang mengalir sampai tiba-tiba ada yang menggenggam tanganku. Aku terkesiap.
"Ini aku, jangan takut Rhea. Ini aku.. Reynald,"
***
Reynald's POVRasa bersalah terus mencengkeram perasaanku setiap kali melihat puluhan missed call dan SMS dari Rhea. Aku tahu bahwa gadis itu sangat cemas karena biasanya aku memang rajin sekali menghubunginya sekedar menanyakan kabar. Harus kuakui aku memang sangat rindu dengan suaranya, rindu dengan senyumannya, rindu mencium aroma parfum khasnya.
Aku rindu segalanya tentang Rhea.
Tapi situasiku tidak mendukung untuk sekedar berkirim kabar dengannya. Hatiku masih dipenuhi rasa sedih sekaligus amarah.
Flashback on..
Tepat sepulang aku dari apartemen Rhea 4 hari lalu, aku menerima kabar..
"Halo, Reynald?" Sapa suara di seberang sana. Suara kakakku, Kak Natasha.
"Iya Kak, ada apa?" Aku menyalakan handsfree supaya aku bisa fokus mengemudi.
"Chiko, Rey, Chiko.." jawabnya dengan suara terisak. Aku mengernyit bingung.
"Ada apa dengan Dek Chiko? Dia enggak apa-apa kan?"
"Chiko.."
"Kak Nat! Ada apa dengan Chiko?"
Hening, tidak ada jawaban. Hanya ada suara isakan yang semakin menjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Were Here
RomanceBagaimana bisa aku terjebak denganmu, sosok yang lari dari masa lalu gelap nan suram? Pertanyaan itu terus bergema di kepalaku, meski aku tahu bahwa tidak pernah ada alasan khusus untuk seseorang bisa jatuh cinta. Aku senang bisa mengenalmu, yang m...