Menyakitkan, menyesakkan dan sangat menggeramkan. Pria yang sebelumnya ingin meminta maaf, kini mendapat sebuah api dalam serpihan hatinya.
Yah! pria yang tak lain adalah Jung Yunho kini terlihat mendudukkan tubuhnya di atas kursi kerja milik dari Lee Hyun In, Wanita yang sekaligus adalah calon istrinya sendiri. Jemari pria itu tampak mengepal geram diatas meja yang ada di hadapannya. Kepalan itu semakin lama semakin erat dan sangat mengerikan. Dan Didalam genggaman pria itu tenyata terdapat selembar foto yang tak sengaja dilihatnya sebelumnya. Jemarinya terus mengepal hingga membuat selembar foto itu berubah kusut dan tak lagi berbentuk persegi.
Marah???
Yah, siapa yang tidak marah jika calon istrinya tampak mesra dengan seorang pria didalam selembar foto itu, apa lagi pria yang ada didalam foto adalah orang yang akhir-akhir ini mulai berteman dengannya.
Teman??? Tidak! tetapi pria itu adalah lawan baru baginya.
Jung Yunho tak bisa berfikir secara jernih, sangat terlihat jelas wajahnya yang seolah membatu dan menggertakan geraham digiginya, pria itu ingin meluapkan kemarahannya didalam ruangan Lee hyun In saat itu. Hatinya berkecambuk dan tak bisa ia kendalikan.
"BRAAAAK!!!" Pukulan keras mencuat cepat dari genggaman pria itu diatas meja kerja milik kekasihnya. Dan Kembali pada niatnya untuk meminta maaf kepada kekasihnya, hal itu seakan tak ada lagi dibenaknya saat ini.
***
Ditempat lain, tetapi diwaktu yang sama, tampak seorang pria dan seorang wanita muda terlihat tengah keluar dari sebuah rumah duka pemakaman, Kim Jong Woon dan Lee Hyun In. Saat ini kedua orang muda itu tampak berjalan berdampingan dan mengulumkan senyuman kecil dibibir mereka masing-masing.
"Gomawo..." Ucap wanita yang bernama Lee Hyun In sembari melangkahkan kakinya bersama pria disampingnya.
"Heummm...." Terukir senyuman indah dari bibir Jong Woon ketika mendengar ucapan dari wanita disampingnya.
"Karenamu aku bisa merasa lega, dan sepertinya mulai sekarang... aku memiliki seseorang(So Yeon) yang akan setia mendengarkan semua curhatanku"
Kim Jong Woon menatap ocehan wanita disampingnya. "Tsk... Memangnya kau memiliki masalah, hingga kau membutuhkan seseorang yang akan mendengarkan curhatanmu?"
"Tentu!". tungkas Hyun In cepat.
"Bukankah semua orang mempunyai masalah? Lalu kenapa aku tidak?" Celetuk Hyun In dengan nada sedikit sebal.
"Kenapa?? Kau tanya kenapa?" Kim Jong Woon menatap wanita disampingnya seraya menaikkan sisi alisnya meledek.
"............" Lee Hyun In masih tampak sebal dengan racauan pria itu padanya, pria yang bahkan menurutnya dingin ternyata bisa mencair dan membuatnya terhibur dengan setiap katanya. Lee hyun In masih terdiam dan menatap Jong Woon yang menunjukkan wajah Ejekan padanya.
"Kenapa kau bertanya? bahkan kau telah memiliki seorang calon suami, dan kau juga akan memiliki sebuah keluarga yang bahagia sebentar lagi, apa yang kau permasalahkan???" tanya Kim Jong Woon mengerutkan keningnya membenarkan.
"Ahhh... Kau benar! Untuk apa aku membutuhkan seseorang yang akan mendengar curhatanku, sedangkan aku sudah memiliki semuanya" seru Lee Hyun In yang juga membenarkan kalimat dari Kim Jong Woon.
".............." Lee Hyun In memberhentikan langkahnya sejenak, ia terfikir jika keadaannya saat ini sangat berbanding terbalik dengan keadaan Kim Jong Woon yang kini tampak berjalan mendahuluinya.
"Jong Woon ssi" Lee Hyun In mengehentikan langkah pria yang memunggunginya sejenak.
~Jika Kau Bilang seperti itu, mungkinkah saat ini Kau membutuhkan seseorang untuk mendengar curhatanmu???~ Lee hyun In membatin dan tak mengeluarkan suaranya melainkan hanya menatap Jong Woon di depannya teduh.
"Ada apa???" tanya Jong Woon yang menunggu Lee Hyun In bicara.
"Pinjami aku uang!" Seolah menghindari kalimat yang akan membuat pria itu bersedih, Lee Hyun In kini berceletuk membuat Jong Woon menaikkan sisi alisnya terkejut.
"M...mwo???" Jong Woon mengerutkan keningnya heran.
"Yak! Kau yang membawaku kabur kemari tanpa membawa apa-apa, jadi pinjami aku uang untuk menaiki taksi!"
"Ahh...." Akhirnya Kim Jong Woon baru mengerti yang di katakan oleh Lee Hyun In. "Bukankah lebih baik aku yang mengantarmu?" Lanjut Jong Woon sama sekali tak keberatan.
"Tidak! Karena aku tak boleh bergantung padamu" Celetuk Hyun In dan hanya mendapat decakan dari Kim Jong Woon. Dan tak menunggu lama, Akhirnya Jong Woon memberikan beberapa uang untuk wanita dihadapannya.
"Gomawo!" Tungkas Lee Hyun In merebut pelan dua lembar uang kertas yang Jong Woon ulurkan padanya, sedetik kemudian wanita itu terlihat berjalan melewati tubuh Jong Woon dan memunggungi pria itu.
Kim Jong Woon menyunggingkan senyuman singkat ketika melihat wanita yang saat ini mulai akrab dengannya itu. Senang! Dan sangat membahagiakan, walau tak bisa mendekati wanita itu secara lebih dekat, tetapi ia senang melihat wanita itu tertawa dan tersenyum bersamanya. Kim Jong Woon menyunggingkan senyumannya lagi tatkala melihat Lee Hyun In melambaikan tangan selamat jalan saat taksi yang dinaiki wanita itu telah melaju.
***
JUNG OFFICE
Tetap di dalam ruangan kerja Lee Hyun In, Jung Yunho masih setia menunggu kekasihnya datang, bukan untuk membelainya sayang, melainkan untuk mendapat kejelasan atas semua yang terjadi.
Tidak! tetapi Yunho tampak lelah sekarang, kini pria itu terlihat membangunkan tubuhnya kasar dan membuang selembar foto kusut yang digenggamnya di atas lantai ruangan, Gambar didalam foto itu sangat kusut dan tak memperlihatkan gambar didalamnya dengan jelas.
BLAAK~
Tergaris betapa marahnya pria itu, hingga ia menutup ruangan kerja Lee Hyun In dengan kasar.
"Anyyeong haseyo..."
Suara seorang sekretaris pribadi Lee Hyun In tampak menyapa Yunho sebagai atasannya yang telah keluar dari ruangan kerja Lee Hyun In. Tetapi tak memperlihatkan keramahan seperti biasanya, Yunho sama sekali tak menghiraukan para pekerjanya dan berlalu memasuki ruangan kerjanya.
***
Wajahnya berseri, senyuman juga terukir dibibirnya, Lee Hyun In kini terlihat berjalan menyusuri koridor kantor perusahaan Jung dengan tangan kosong. Yah, dia memang pergi tanpa membawa apapun kecuali baju yang dikenakannya. Tetapi berbeda dari sebelumnya jika wajahnya nampak murung, namun saat ini wanita itu tampak menyunggingkan senyumannya dan melangkah bahagia.
Semua keluh kesahnya menghilang dan saat ini hanya tersisa seberkas rasa bersalahnya pada Jung Yunho atas kejadian sebelumnya. Mungkin wanita itu harus meminta maaf agar tak mengenal kelu dihatinya lagi.
"Wakil Direktur!" Suara sekretaris pribadinya membuat langkah wanita itu terhenti sejenak.
"Iya?" Sapanya ramah pada sekretaris.
"Sepertinya direktur utama mencari anda, karena ia masuk dalam ruangan anda, tapi beliau sudah kembali keruangan kerjanya~" balas Sekretaris dengan sopannya.
"Ahhh....." Lee Hyun In menyunggingkan senyuman senangnya, akhirnya Jung Yunho mencarinya, yah! Wanita itu terfikir jika calon suaminya tak marah dan tak salah faham lagi padanya.
"Gomawo" Lanjut Hyun In pada sekretarisnya sembari berjalan dan mengurungkan niatnya memasuki ruangan kerjanya sendiri lalu beralih menuju ke ruangan Jung Yunho.
"Ngiiiiiik~
Pintu ruangan kerja Yunho terbuka, perlahan Lee Hyun In memasuki ruangan calon suaminya itu sangat pelan.
Mata Hyun In menangkap sang kekasih yang berdiri sembari menebar pandangannya pada pemandangan luar dari dalam ruangannya.
"Oppa!" Panggil Lee Hyun In bahagia, sembari menghampiri pria yang masih memunggunginya itu.
"........" Yunho bungkam, pria itu tak manatap wanita yang memanggilnya sayang, melainkan terus menatap pemandangan diluar jendela.
Setelah Lee Hyun In sampai di samping tubuh yunho, bibirnya tak henti-hentinya menyunggingkan senyumannya pada pria dihadapannya.
Namun bukan raut wajah yang diinginkan Lee Hyun In yang datang menatapnya, melainkan kini tatapan tajam dari pria itu yang ditampakan padanya.
"Ada apa???" Tanya wanita itu merasa heran dan cemas menatap pria yang lebih tinggi darinya.
Yunho menatap Lee Hyun In secara tajam dan geram. Pria itu menatap sinis wanita yang terus menyunggingkan senyuman untuknya.
PLAKK!!!
Kasar dan bengis, sesaat tamparan dari telapak tangan Yunho medarat kelu dipipi Lee Hyun In, hingga membuat wajah wanita itu berpaling singkat mengikuti tamparan. Lee Hyun In menutup pipinya cepat. Tatapan matanya mengerjap dan memerah menatap pria yang masih tampak geram padanya.
"Kau???" Lirih Hyun In sangat tak mempercayai hal itu.
".........." Jung Yunho membungkam mulutnya dan terus mengeraskan gerahamnya menatap wanita dihadapannya.
"Yunho Ya???" Seru Hyun In masih tak percaya dengan sikap kekasihnya padanya.
"PERGI!!!" Sentak Yunho dengan nada tinggi.
"Jung Yunho" Lirih Hyun In masih tetap tak percaya dan terus memegang pipi kirinya kelu.
"MENYINGKIR DARIKU!!!" Umpat Yunho seolah menyelah kalimat dari Lee Hyun In.
Tak ada yang dapat dilakukan oleh Lee Hyun In, saat ini wanita itu hanya bisa menyingkirkan tubuhnya dari Yunho sembari berlari dan menutup pipinya yang masih terasa perih karena tamparan kekasihnya padanya.
Dada Yunho terasa sesak, pria itu tampak memukulkan telapak tangannya pada dinding transparan diruangannya, di sisi lain ia merasa menyesal karena telah memukul wanita yang di cintainya, tetapi disisi lain, ia masih sakit hati dengan apa yang dilihatnya.
Yunho kembali memukul-mukulkan telapak tangannya pada dinding ruangannya, dan dengan keras kepalanya kini bersandar menunduk pada dinding itu seraya menatap lantai di bawahnya nanar.
Ia merasa Sakit! dan juga merasa bimbang, apa yang harus dilakukannya.
***
BLAKK!
Lee Hyun In bergegas memasuki ruangan kerjanya dan menutup ruangannya cepat, sekretaris pribadinya yang melihatnya hanya merasa heran dengan sikap atasannya hari itu.
Lee Hyun In tampak menyandarkan tubuhnya pada daun pintu yang telah ditutupnya, telapak tangannya tetap tak beralih dan terus meraba tak percaya pada pipi kirinya.
Sakit???
Tidak! bukan pipi yang terasa sakit dibenak Lee Hyun In, melainkan hatinya yang terasa sakit menggebu.
Seolah perahu menabrak hempasan batu karang, kaki Lee Hyun In tak dapat berdiri lagi. Tubuhnya kini bersandar lemah dan semakin merendah hingga sepenuhnya terduduk tak berdaya dibalik pintu.
Isakan sesaknya terdengar selalu muncul dari bibirnya, dengan bibir yang terus bergetar ia juga sering kali menggelengkan kepalanya, ia masih tak percaya jika calon suaminya melakukan hal semacam itu padanya.
Menangis, menangis dan menangis. Rumput yang mengering seolah akan segar kembali jika air mata wanita itu membasahi rumput kering itu. dan itu menandakan jika air mata yang dikeluarkan Lee Hyun In sangat tak terbendung.
Dadanya kembali sesak, dan wanita itu tampak bersedu-sedu menatap nanar ruangannya. Dalam renungan kesesakan dihatinya, tanpa sengaja mata kabur wanita itu menangkap selembar kertas yang sudah membentuk bulat dilantai ruangan kerjanya.
Humsk~ Lee Hyun In menghirup udara dalam hidungnya sejenak seolah untuk menghilangkan isakan tangisnya, dengan mencoba membangunkan tubuh lemahnya, perlahan wanita itu mulai berdiri dan melangkah beberapa langkah menghampiri kertas kusut itu.
Lee Hyun In mengambilnya, Perlahan jemarinya yang bergetar mencoba membuka kertas itu secara pelan, Dan benar! matanya kini terkejut saat melihat gambar foto ditangannya, Foto Park So Yeon bersama Kim Jong Woon.
Pikiran Lee Hyun In memutar, nafasnya sekarang mulai berhembus normal kembali.
~Wakil Direktur! Sepertinya direktur utama mencari anda, karena beliau masuk dalam ruangan anda, tapi beliau sudah kembali keruangan kerjanya~
Sekilas, Lee Hyun In mengingat jika kata sekretarisnya sebelumnya Yunho telah memasuki ruangan kerjanya, dan dari situlah Lee Hyun In berfikir jika Yunho telah salah faham kembali.
"Tidak! Ini tidak benar Yunho ya~" Lirih Hyun In segera berlari keluar dari ruangannya dan kembali ditempat Yunho bekerja.
Suara derapan sepatu kerja Lee Hyun In memenuhi koridor menuju ruangan Jung Yunho, ia ingin menjelaskan yang sejelas-jelasnya pada kekasihnya, bahwa dalam foto itu bukanlah dirinya.
BLAK~~
"Yunho ya!!!" Lee Hyun In dengan nafas tersenggalnya membuka ruangan kerja Yunho dan berdiri diambang pintu, tetapi ia tak melihat siapapun didalam ruangan dan ia hanya mematung diambang pintu dengan matanya yang memerah.
"Wakil direktur?" kini Suara seorang wanita sekretaris pribadi Yunho yang membawa berkas pekerjaan ditangannya membuat Lee Hyun In memalingkan tubuhnya pelan ke belakangnya seraya menutup ruangan kerja dari Jung Yunho.
"apa anda mencari Direktur? beliau baru saja keluar"
Nafas Lee Hyun In menggebu.
BRAAAK~~~
Sesaat barang yang dibawa sekretaris Yunho kini berserakan dilantai karena Lee Hyun In yang berlari, tiba-tiba menubruk sekretaris wanita itu.
"Mwo ya?" Gumam Sekretaris yang merasa kaget dan menatap tubuh Lee Hyun In yang berlari gopoh dikoridor untuk mengejar Jung Yunho.
Hufhss Hufshh~~~ Tubuh Lee Hyun In telah sampai dan berdiri diluar lobby, matanya memutar mencari pria yang dimaksud. dan sekilas ia melihat mobil milik Yunho yang baru saja keluar dari tempat parkir mobil. Tak disia-siakan Lee Hyun In, Wanita itu dengan bergegas kembali berlari mengejar mobil yang mulai melaju.
"OPPA!!"
"OPPA!!!!"
Suara pekikkan Hyun In sangat lantang memanggil orang didalam mobil yang telah melaju.
Yunho mendengarnya, Tetapi ia sudah terlanjur sakit hati saat ini. Dan dengan kesal pria itu melajukan mobilnya kencang tak menghiraukan Lee Hyun In yang juga mencoba mengejarnya.
TES~~~
Manik-manik kembali keluar dari pelupuk mata Lee Hyun In, saat ini ia hanya berdiri mematung dihalaman perusahaan dan menatap mobil Yunho dengan nanar.
"Kau salah paham Yunho ya~" Lirih Lee Hyun In menangis dalam tunduknya.
***
Kembali murung dan kembali merasakan sesak didadanya. Lee Hyun In kembali terduduk lemas dikursi taman perusahaan seperti hari-hari sebelumnya.
Wanita itu kembali menatap rerumputan yang layu dibawah kakinya. Namun tak seperti sebelumnya, jika ia sempat berbicara sendiri pada rerumputan dibawahnya itu, dan sekarang wanita itu hanya diam termangu memikirkan cara untuk memperbaiki hubungannya dengan calon suaminya.
***
Diwaktu yang sama dan tempat yang tak jauh dari posisi Lee Hyun In saat ini, seorang pria muda terlihat baru saja keluar dari perusahaan JUNG.
Pria yang biasa di panggil Jong Jin itu melangkahkan kakinya bersemangat, Yah! pria muda itu memang menjadi salah satu pegawai KJW yang berperan didalam perusahaan JUNG.
karena Perusahaan KJW saat ini belum sepenuhnya putus hubungan dengan perusahaan JUNG, dan masih berada di atas ambang. Dan karena hal itulah, Kim Jong Jin yang juga pegawai KJW tetap mengirimkan berkas file kepada perusahaan JUNG di setiap harinya.
Sangat pagi benar Kim Jong Jin sudah mengantarkan berkas pada perusahaan JUNG. kini dengan semangat jiwa mudanya, pria itu tampak menuruni beberapa anak tangga yang ada didepan perusahaan Jung.
Ujung bibirnya terangkat singkat ketika melihat seorang wanita yang membuat perasaannya selalu bersemangat akhir-akhir ini.
"Noona!!!" Sapa pria muda itu dan menghentikan langkah salah satu pegawai Jung yang berjalan menaiki anak tangga di hadapannya.
".........." Pegawai Jung yang dikenal dengan nama Lee Dong Sun terdiam dan dengan langkah sinis, ia mulai melewati tubuh pria yang mencoba menyapanya itu.
"Noona!!!" pekik Jong Jin lagi.
dan pekikannya itu membuat langkah Lee Dong Sun akhirnya berhenti sembari menatapnya tajam.
"Kenapa kau kemari lagi??? Bukankah sudah ku bilang! Aku tak suka melihat wajahmu!" umpat Lee Dong Sun pada Pria yang memang selama ini selalu mengikutinya.
"Aku hanya melakukan tugasku" Jawab Kim Jong Jin sangat polos.
"Tapi~" Kalimat Jong Jin terhenti sejenak "Kenapa selalu itu yang Noona ucapkan padaku??? Noona tak lihat ketulusan dalam hatiku?" lanjutnya menaikan sisih alisnya.
Tsk.... Dong Sun berdecak sinis. "Aku tak suka dengan anak kecil sepertimu! Jadi pergilah! Karena yang kau lakukan tetap tak akan mengubah pendirianku!" ungkap Dong Sun seraya memalingkan sinis tubuhnya memasuki gedung.
"Noona!!!" Umpat Jong Jin sembari menggapai lengan Lee Dong Sun cepat.
"LEPASKAN! AKU SUDAH TERLAMBAT!" Umpat Dong Sun melepas genggaman Jong Jin kasar dan bergegas berlari memasuki perusahaan.
Kim Jong Jin menatap punggung wanita yang telah memasuki gedung dengan nanar, bahkan wanita itu adalah wanita yang pertama kalinya membuat perasaan pria muda itu merasa janggal. Dan itu tetap tak mengubah pendirian Kim Jong Jin jika ia tak akan menyerah untuk mengejar wanita itu.
Kim Jong Jin memalingkan tubuhnya pelan untuk kembali dengan perasaannya yang kosong, mungkin dengan itu ia dapat merasakan bagaimana perasaan saudaranya sebelumnya.
"Hufffhhsss.... jadi ini yang kau rasakan dulu hyung???" Batinnya tetap menguatkan diri.
Tetapi apapun yang terjadi padanya, ia tak akan hanyut seperti saudara tuanya, Dan dengan langkah tegapnya pria muda itu mulai memunggungi gedung perusahaan JUNG dan akan meninggalkan tempat itu.
Derap langkah Jong Jin terhenti kembali, tanpa sengaja mata pria muda itu menangkap seseorang wanita yang terduduk sendirian dikursi taman yang ada disamping perusahaan.
"Hyun In Noona???" Gumamnya kecil, Dan mendekati wanita yang memang dikenalinya.
"Noona???" Suara Kim Jong Jin membuat kepala wanita yang bernama Lee Hyun In mengarah pada pria itu.
"........" Hanya sekilas Hyun In menatap Jong Jin, Dan kembali berpaling dari pria muda itu.
Jika biasanya Lee Hyun In selalu tersenyum pada pria muda itu, tetapi saat ini dan detik ini ia tak dapat tersenyum pada pria itu melainkan terus menatap rerumputan dibawah kakinya nanar.
"Kau kenapa Noona?" Tanya Jong Jin kembali membuka percakapan dan mematung disamping kursi taman.
".........." Lee Hyun In membungkam mulutnya rapat tak menjawab Kim Jong Jin.
"Apa ada masalah?" tanya Jong Jin lagi dan tetap berdiri di samping kursi yang digunakan Lee Hyun In.
".........." Lee Hyun In tetap berdiam.
Tak ada satu kalimat yang keluar dari bibir wanita itu, hingga hal itu membuat Kim Jong Jin mendudukkan diri disamping tubuh wanita itu.
"apa kau butuh seseorang yang akan mendengar curhatanmu?" Kim Jong Jin kembali mencoba menghibur Lee Hyun In, tetapi sama saja, Lee Hyun In tetap tak menjawab dan memalingkan muka dari pria disampingnya.
Kim Jong Jin kembali tak mendapatkan respon dari Lee Hyun In, Pria itu hanya bisa menarik nafasnya berat.
"Hufffthhh...." Nafas Jong Jin berderuh berat, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Di saat pria itu mencoba menenangkan dirinya sendiri, tanpa sengaja matanya menangkap selembar kertas digenggaman Lee Hyun In yang berpangku diatas lutut, Saat itu mata Kim Jong Jin menangkap sebuah foto yang sepertinya memang pernah dilihatnya.
~~"Bukankah itu foto So Yeon Noona dan Hyung?" Batin Jong Jin berfikir.
Sttt!
"Apa ini?" Kim Jong Jin tanpa sopan tiba-tiba merebut selembar foto dari tangan Lee Hyun In. Dan sama sekali tak merasa bersalah, Kim Jong Jin hanya menyunggingkan senyuman tak berdosanya ketika melihat foto itu.
"Jong Jin ah~" Sela Lee Hyun In ingin merebut foto itu kembali.
Dan Kim Jong Jin yang tak tahu menahu masalah yang datang pada Lee Hyun In, ternyata mencoba memberi candaan pada wanita disampingnya agar wanita itu tersenyum.
Kim Jong Jin terus menjauhkan foto yang akan diambil Lee Hyun In dari tangannya.
"Kau masih menyimpan foto ini?" Celetuk Jong Jin seraya terus menjauhkan foto itu dari posisi Lee Hyun In.
"Tidak! Noona hanya"
"Aku kira kau akan memberikan ini pada Hyung ketika bertemu di Namsan tower dulu" Sela Jong Jin lagi.
Lee Hyun In menunduk sekilas, ia mengingat ketika di namsan tower, memang ia memberikan foto itu pada Kim Jong Woon, tetapi di saat kembali pulang ternyata ia mengambilnya kembali dan menyimpan foto itu.
".........." Lee Hyun In masih tetap diam tak menghiraukan pria disampingnya.
"Kenapa Nona menyimpannya"
"........" Lee Hyun In tetap bungkam.
"AKU MENYESALINYA!" Sesaat, tiba-tiba suara Hyun In meninggi dan memalingkan wajahnya cepat dari Kim Jong Jin untuk menyembunyikan butiran manik-manik matanya yang mulai menetes diatas pipinya.
"Noona? maafkan aku, aku tak bermaksud menyinggung perasaanmu, tapi aku hanya ingin menghiburmu, kenapa Noona menjadi seperti ini?"
"Pergilah" Lirih Hyun In tanpa memandang laki-laki disampingnya.
"Tapi???"
"Noona bilang pergi!" Lirih Hyun In lagi.
Kim Jong Jin menghela nafasnya sejenak, Ia yang seolah merasa diusir tampak sangat bersedih, lelaki muda itu perlahan membangunkan tubuhnya berdiri dan meletakkan foto yang dipegangnya sebelumnya di atas kursi yang ia duduki sebelumnya.
Kim Jong Jin sepenuhnya telah meninggalkan Lee Hyun In sendirian, Dan Lee Hyun In masih tetap memalingkan wajah dari arah Kim Jong Jin pergi.
"Semua ini karenamu.... Maafkan Noona, Noona hanya tidak ingin kau menjadi pelampiasanku saat ini~" Lirih Hyun In seolah menyembunyikan masalahnya sendirian.
***
The Evening
Angin bersemilir ditengah-tengah sore itu, tampak sedikit butiran-butiran salju yang turun dibumi korea.
Sore itu Kim Jong Jin dengan langkah tak bersemangat tampak memasuki perusahaan kakaknya, Dalam seharian pria itu baru saja datang di tempatnya bekerja, Ia merasakan lelah dihari itu, Bukan lelah mungkin ia sedih dengan semua yang seolah tak menginginkannya.
~"Apa salahku?"
~"Kenapa mereka enggan menatap wajahku?"
Kim Jong Jin terus melamun dalam langkahnya memasuki perusahaan.
"Kim Jong Jin!" Suara yang sangat-sangat tak asing terdengar memekik memanggil lelaki muda itu, dan hal itu sontak membuat kepala Jong Jin menatap orang yang memanggilnya datar.
"Kemana saja kau seharian?" Tanya orang yang juga saudara kandung dari Kim Jong Jin.
"........" Jong Jin hanya diam.
"Yak! hari ini pergilah ke kafe(Mouse rabbit RED), Karena Appa meminta data perkembangan untuk perusahaan kita"
".............." Kim Jong Jin terus terdiam tak menjawab, melainkan berjalan dan berlalu melewati saudaranya.
"Yakkk! ada apa dengamu???" Seru Pria tampan yang dikenal dengan nama Kim Jong Woon, Ia merasa heran pada sikap adiknya yang tak pernah seperti itu sebelumnya.
"......." Kim Jong Jin terus diam dan berjalan gontai memunggungi sang kakak.
"Apa dia ada masalah?" Gumam Jong Woon sembari menggedikkan pundaknnya tak mengerti.
Kim Jong Woon mengalah, Ia tak tega jika memerintahkan adiknya yang saat ini tampak bermasalah. Dan akhirnya dengan berlapang dada, Kim Jong Woon memutuskan jika dia lah yang akan pergi ke kafe miliknya menemui ayahnya. Dengan senyuman yang tersungging indah, Kim Jong Woon mulai menghampiri mobilnya dan menaiki mobil mewahnya untuk pergi.
***
SEOUL STREET AT EVENING
Keramaian sore hari dijalanan Seoul sedikit membosankan, karena hari itu jalanan Seoul tampak macet dari biasanya. Dan diantara semua mobil pribadi dijalan raya Seoul itu, Kim Jong Woon menjadi daftar dalam orang yang mengikuti kemacetan hari itu.
"Aghh!" Desisnya sedikit kesal seraya memukul batang setirnya pelan.
Tak ada yang bisa dilakukan pria itu, Rasa penat dalam benaknya ia mencoba untuk tenang dan tetap menunggu hingga jalanan tak macet lagi. Tetapi tetap saja, Jong Woon bahkan tak bisa menahan kepenatan itu Hingga ia memutuskan untuk membanting setir dan beralih pada jalan lain.
Bukan arah ke kafe yang Jong Woon tuju, melainkan arah makam dari Park So Yeon, baru saja ia pergi di pemakaman So Yeon sebelumnya, tetapi tetap tak merasa bosan, ia lebih memilih menatap makam kekasihnya dari pada harus menatap mobil yang membulat di matanya.
***
Kim Jong Woon telah menuruni mobil mewahnya, Dengan kemeja Cream yang ia kenakan, Kedua kakinya mulai berjalan dan memasuki pemakaman dari Park So Yeon,
Senyuman di bibir pria itu kembali tersungging indah, menandakan jika permasalahan hidupnya telah berkurang akhir-akhir ini.
Langkah kaki Kim Jong Woon semakin memasuki ruangan bagian makam, tetapi sesaat langkahnya terhenti ketika mendengar gumaman seseorang didalam makam Park So Yeon.
"Maafkan aku, aku datang lagi padamu"
Sekilas suara seorang wanita terdengar berdesus dalam telinga Kim Jong Woon, dan secara perlahan Kim Jong Woon yang sedikit mengendap-endap akhirnya melihat seorang wanita didalam ruangan.
Lee Hyun In?
Yah, wanita yang masih mengenakan baju kerjanya itu tampak menunduk dengan kondisi pundak yang naik turun, sepertinya wanita itu telah menangis. Dan Hal itu membuat Kim Jong Woon mengurungkan niatnya untuk memasuki pemakaman.
Jong Woon membisu, pria itu kini berdiri tepat dibalik dinding pemakanan, dan tubuhnya tampak mendarat pelan seraya bersandar pada dinding dibelakangnya. Sekaligus telinganya mendengar lirihan dan juga rintihan wanita yang berada didalam ruangan.
"Aku tak punya keberanian menceritakan keluh kesahku pada seseorang, dan aku hanya ingin kau yang mendengarkannya"
"So Yeon ah~"
".............???" Hyun In menghentikan kalimatnya dan tersenyum miris pada gambar yang terus tersenyum dihadapannya.
"Aku ingin bertanya satu hal padamu"
"apa Dia(Jong Woon) pernah menyakitimu???"
Kim Jong Woon yang berdiri di luar ruangan hanya bisa mengerjapkan matanya termangu dengan lirihan Lee Hyun In pada So Yeon. Dan ia tahu jika Hyun In menanyakan hal tentangnya pada Park So Yeon.
"Pasti pernah bukan? Jika kau melakukan kesalahan pasti dia menyakitimu kan?"
"Jawab So Yeon ah!!!" Lee Hyun In terus mengumpat sendiri, wanita itu seolah ingin menghibur dirinya sendiri dengan racauannya itu.
"Rasanya sangat sakit So Yeon ah~" Bibir Lee Hyun In bergetar seraya menggenggam dadanya yang sesak.
"apa yang harus ku lakukan"
"Dia(Yunho).... kenapa dia berburuk sangka padaku"
"Aku tak bisa melakukan apa-apa So Yeon ah~~~" Tangisan Hyun In menyeruak tak terbendung didalam ruangan.
"Kau lihat ini???" Tangan Lee Hyun In terlihat mengulurkan foto kusut didepan gambar tersenyum Park So Yeon.
"Itu kau, itu kau So Yeon ah~ dan bagaimana bisa aku menjelaskan semua padanya???"
Hiks~ isakan Hyun semakin menjadi dan wanita itu hanya bisa menggeram sakit hatinya meluapkan semua tangisannya disana.
"Hhuuuffshhhh" sekilas, terdengar desahan yang muncul disamping tubuh Lee Hyun In. Dan perlahan Lee Hyun In menatap sejenak seseorang yang tiba-tiba mendudukkan diri disampingnya seraya bersila menghadap gambar dari Park So Yeon.
Kim Jong Woon! Pria itu tampak menyunggingkan senyuman manis ketika Lee Hyun In tengah menatapnya nanar.
Mata sembab Lee Hyun In tak dapat membohongi tangisannya dari pria itu, melainkan bibir wanita itu semakin bergetar hebat dan menunduk dalam tangisannya seraya menggenggam erat foto kusut yang ada ditangannya.
Jong Woon melihatnya, pria itu melihat foto yang ada ditangan Lee Hyun In, dan ia tahu didalam foto itu bergambarkan dirinya dan seorang wanita, tapi itu bukan Lee Hyun In melainkan Park So Yeon, dan saat itu Jong Woon mengingat jika foto itu digunakan untuk melabraknya dulu ketika berada di namsan tower. Pria itu hanya diam dan menatap uraian rambut wanita yang terus menundukkan kepalanya menangis.
"Maafkan aku~~" Lirih Jong Woon singkat dan tak melepas pandangannya dari Lee Hyun In.
Lirihan pria itu membuat kepala Lee Hyun In menatapnya sendu.
"Maafkan aku~ seharusnya aku tak datang dalam kehidupan bahagiamu" lirih Jong Woon lagi seraya menundukkan kepalanya menyesal.
".........." Lee Hyun In bungkam, ia hanya bisa mengerjapkan matanya berfikir.
"Tidak" Kalimat Lee Hyun In keluar lirih. dan hal itu membuat Kim Jong Woon kembali menatap wanita disampingnya.
"Tanpa perantara darimu, mungkin aku tak akan pernah memanggil seseorang dengan sebutan 'Eomma'" Balas Hyun In menunduk dan kembali menyembunyikan tangisannya lagi.
Kim Jong Woon kembali manatap sendu pundak Hyun In yang naik turun tak karuan.
Sekilas jemari Jong Woon ingin sekali menggapai wanita itu, namun tidak.... Ia tak jadi melakukan hal itu dan ia selalu bimbang saat akan menyentuh wanita itu, bahkan ia bukan siapa-siapa bagi Lee Hyun In, dan itulah yang membuatnya ragu untuk menyentuh wanita itu walaupun hanya satu sentuhan.
"Kesakitan yang ku buat, bukan akibat dari seseorang" Lirih Lee Hyun In masih tetap menunduk dan terisak, dan Lagi jemari Jong woon tetap bimbang saat ingin menyentuh wanita itu.
"Ini salahku... Aku yang membuatnya marah, aku yang membuatnya sakit hati, dan aku yang........"
Dalam sekejap, tubuh Lee Hyun In kini mendarat didalam rengkuhan Kim Jong Woon. Tak tahan rasanya melihat rintihan wanita itu, hingga akhirnya membuat Jong Woon untuk meraih tubuh Lee Hyun In dalam pelukan hangatnya. Wangi rambut dari Lee Hyun In kini menyeruak didalam tulang pembau Kim Jong Woon, dan kali itu Jong Woon merasakan jika ia tengah menghibur seorang wanita yang sama seperti kekasihnya.
Tidak! Itu tidak lagi, Saat ini Kim Jong Woon menghibur wanita itu tetap sebagai Lee Hyun In dan bukan Park So Yeon. Dengan belaian lembutnya, Kim Jong Woon meraba pelan anak rambut dari Lee Hyun In, ia ingin menenangkan wanita itu agar tak bersedih lagi.
"Jangan salahkan dirimu sendiri" Lirih Jong Woon tetap mendekap tubuh Lee Hyun In erat.
Tak ada jawaban dari Lee Hyun In, melainkan hanya isakanlah yang menjadi jawaban untuk Kim Jong Woon.
Wanita didalam pelukan Jong Woon semakin menangis dan terisak tak terbendung, ia meluapkan semua kesedihan di atas dada pria itu.
"Sebisa mungkin aku akan membantumu menjelaskan semuanya..."
Dan saat itu, Lee Hyun In tersadar di tengah isakannya, mata nanarnya yang berada didalam dekapan Jong Woon, kini menangkap gambar Park So Yeon didepannya yang tetap tersenyum.
Dan sekejap itu pula, Lee Hyun In melepas pelukannya dari dekapan Kim Jong Woon, ia merasa tak enak pada So Yeon, karena telah memeluk kekasih saudaranya.
Dan secepat kilat, Lee Hyun In pun mencoba mengusap air matanya singkat.
"So Yeon! Mianhae! Aku tidak bermaksud seperti itu!" Seru Lee Hyun In tiba-tiba. Wanita itu tampak menunduk dan merasa bersalah pada Park So Yeon.
Tsk..... Sikap Lee Hyun In membuat kim Jong Woon berdecak singkat dan tersenyum geli pada wanita itu.
Dengan mata sembabnya, Lee Hyun In menatap Jong Woon tak mengerti.
"Kenapa kau tersenyum?" tanya Hyun In lirih dan tak mengerti.
"Tidak apa-apa" Tungkas Jong Woon singkat.
"Jangan lakukan seperti ini lagi, itu akan membuat So Yeon marah padamu" Lirih Hyun In mengingatkan pria disampingnya.
Jong Woon kembali tersenyum dengan lirihan Hyun In padanya. "So Yeon tak akan seperti itu, karena aku yakin dia ingin jika seseorang menghiburmu, Karena kau saudaranya"
"Benarkah????" lirih Lee Hyun In menatap nanar gambar saudaranya didalam bingkai.
"Jika kau yang disana, dan So Yeon yang disini, apa kau mau So Yeon menangis karenaku dan saat itu Yunho menghiburnya? Apakah Kau akan marah dengan hal itu???" tanya Jong Woon seakan memberikan teka-teki pada Hyun In.
"Tidak! Selama orang yang ku sayangi tersenyum, aku akan tersenyum juga disana"
Jawaban Lee Hyun In membuat Jong Woon tersenyum lagi.
"Tapi, jika aku benar-benar disana, Yunho tak boleh sepertimu, dia harus kuat dan tak memikirkanku lagi"
Sesaat, wajah Kim Jong Woon sedikit tercengang dengan racauan Lee Hyun In. Dan tanpa disadari ternyata racauan Hyun In mengarah padanya.
"Lee Hyun In???" panggilan Jong Woon membuat mata sembab Hyun In menatapnya lekat.
"Eum??" Geming Hyun In singkat dan menatap pria disampingnya datar.
"Kau meledekku?" tanya Jong Woon menaikkan sisi alisnya.
Ternyata hal itu, tak disia-siakan oleh Kim Jong Woon untuk membuat perasaan Hyun In kembali membaik.
"Kenapa??? Kau tersinggung???" lirih Hyun In merasa tak berdosa.
Tsk.... Jong Woon kembali berdecak. "Itu karena aku mencintainya" Lanjut Jong Woon membalas racauan Lee Hyun In sebelumnya.
"Bahkan kau tak bisa mencintai yang sudah mati, kau juga tak bisa menyentuhnya, lalu apa kau akan menunggu hingga ajal mencapaimu dan kau bisa bertemu lagi dengannya???"
"............." Kim Jong Woon kembali tercengang dengan ocehan Hyun In padanya, walau terdengar menasehati, tapi itu lah kenyataan yang Jong Woon lakukan selama ini.
Jong Woon menundukkan kepalanya sejenak, Dan ia mengingat mimpinya sebelumnya jika So Yeon berkata seperti yang Hyun In katakan saat ini.
"Lalu???? Kau ingin jika aku mencari yang lain?" Lirih Jong Woon menatap wanita disampingnya sejenak.
"Eoh???" Hati Hyun In menggebu, ia tak tahu harus menjawab apa.
"Bukan kamu! Tapi Yunho! Itu lah yang ingin ku katakan pada Yunho!" Lanjut Hyun In merasa gugup.
Beribu pedang kembali hadir didalam hati Kim Jong Woon, pria itu kembali tersenyum miris mendengar jawaban Hyun In padanya.
Lee Hyun In memalingkan wajahnya sejenak, wanita itu seolah menyembunyikan rasa canggungnya.
Yah! Wanita itu memang berbohong jika kalimat itu tertuju untuk Yunho, padahal kalimat itu untuk seorang Kim Jong Woon yang ada disampingnya, bukan untuk mencampuri urusan percintaan Pria itu, tetapi Lee Hyun In merasa iba pada pria yang terus menganggapnya sebagai Park So Yeon.
Kini Keduanya membisu, dan tak ada suara yang keluar kecuali detakan jantung mereka berdua.
Krriiiiiing~~~~
Suara ponsel Jong Woon berbunyi sekaligus mengagetkan keduanya. Dengan bergegas Jong Woon meraih ponselnya cepat dan melihat nama sang adik bergerak-gerak dilayar ponselnya. Satu detik dua detik akhirnya Jong Woon mengangkatnya.
"Eummm??" Gemingnya malas.
~"Apa yang kau lakukan? Kenapa appa menelponku dan memarahiku! Bukankah kau yang datang ke kafe???" Suara sang adik meracau didalam panggilan ponselnya.
Dan saat itu lah Jong Woon baru menyadari jika dia lupa janjinya pada ayahnya untuk bertemu.
"Ahh~ " Jong Woon berdesis mencari alasan.
"Jalannya sangat macet, jadi jangan salahkan aku~" celetuknya pada panggilannya.
~"Kau pasti ada di makam So Yeon noona kan???" Suara Jong Jin yang menebak akhirnya membuat Jong Woon merasa pasrah.
"Aiishhh... baiklah! Kenapa kau yang mengatur Hyung Mu!" ucapnya kesal.
"Jika seperti itu pergilah--Klik---"
Aiishhh..... Jong Woon kembali berdesus jengkel pada panggilan yang mati dalam sekejap, dan tanpa ia sadari jika wanita disampingnya menahan tawanya saat melihat perbincangannya dengan saudaranya lewat telepon.
"????" Kim Jong Woon tampak malu dan menggaruk tengkuknya singkat.
"Aku.... akan pergi..." lirihnya gugup.
"Eummm....." Lee Hyun In mengangguk pelan membalas pamitan Jong Woon padanya.
Dan perlahan Jong Woon mulai membangunkan tubuhnya lalu perpaling memunggungi makam dan juga Lee Hyun In yang menatap ke arah gambar So Yeon.
Satu langkah~~
"_________" Jong Woon menghentikan langkahnya.
Dua langkah~~
"________" Jong Woon kembali menghentikan langkahnya.
Jong Woon telah berada di belakang tubuh Lee Hyun In yang masih terduduk.
Pria itu merasa bimbang saat akan meninggalkan Lee Hyun In disana. Perlahan pria itu kembali berjalan, dan sekali lagi ia kembali menghentikan langkahnya sejenak dan kembali menatap punggung Lee Hyun In.
Dan entah apa yang terjadi tiba-tiba Kim Jong Woon kembali menghampiri tubuh Lee Hyun In lalu menarik lengan wanita itu dan membawanya keluar bersamanya.
"Jong Woon ssi!" Sergah Hyun In sedikit kaget dengan sikap Jong Woon padanya. Kim Jong Woon tetap bungkam dan hanya menarik lengan Lee Hyun In untuk menghampiri mobilnya.
Blak~~ Tutupan pintu mobil Kim Jong Woon membuat Lee Hyun In hanya terpaku dengan sikap Jong Woon yang memasukkannya ke dalam mobil tiba-tiba. Dan tak lama, Jong Woon kini beralih menduduki kursi pengendara.
"Kemana lagi kau akan membawaku?" Tanya Hyun In pada Jong Woon yang mulai melajukan mobilnya. bukannya menjawab, Jong Woon hanya tersenyum membuat penasaran Lee Hyun In.
Jalan sudah kembali normal seperti biasanya, dan mobil Jong Woon tampak melaju dengan kencangnya, ditengah-tengah mengendarai mobilnya sekilas Jong Woon menatap kearah wanita disampingnya, wanita itu terlihat menyandarkan kepalanya lemas dan menatap pemandangan luar dengan datar. Yah! Jong Woon tahu jika wanita itu memikirkan seseorang, tetapi siapapun yang dipikirkan wanita itu, untuk sekarang Jong Woon akan membuat wanita itu tersenyum.
Beberapa menit telah berlalu, Mobil Jong Woon telah berhenti disuatu tempat yang tak lain adalah kafe Mouse Rabbit, dimana kafe itu adalah milik keluarga dari Kim Jong Woon sendiri. Tetapi disaat mobil Jong Woon telah terhenti, Hyun In tetap tak melepas pandangan kosongnya diluar jendela.
Kim Jong Woon yang melihatnya hanya diam, dan ia mulai membuka pintu dari sisi Lee Hyun In duduk. Dengan Hal itu, akhirnya Lee Hyun In tersadar jika ia telah sampai disuatu tempat.
"Kau tak mau turun?" Tanya Jong Woon yang telah berada disamping tubuh Lee Hyun In dan membuka pintu mobil. Lee Hyun In tersentak kaget, dan segera menuruni mobil Kim Jong Woon, dan saat itu pula mata Hyun In terpikat kembali pada tempat yang pernah didatanginya bersama Yunho sebelumnya.
Sekilas, Lee Hyun In melamun dalam angannya bersama Yunho.
"Kau tak mau masuk?" Kini suara Jong Woon membuat lamunan wanita itu memudar dan menghilang.
Lee Hyun In hanya tersenyum dan berjalan pelan mendahului Jong Woon untuk memasuki kafe itu.
Hufffhsss... Jong Woon menarik nafasnya sejenak, tak lama kedua kakinya mulai melangkah dan menyusul lee Hyun In yang telah berjalan mendahuluinya.
***
INDOOR KAFE MOBIT
Lee Hyun In memilih tempat duduk yang sama seperti sebelumnya bersama Yunho, wanita itu menarik ujung dari kursi kafe dan mendudukinya singkat, Kim Jong Woon pun sama, ia melakukan seperti yang wanita itu lakukan. kini keduanya berada disatu meja dan mulai memesan makanan. Disaat menunggu jamuan datang, mereka hanya diam dan tak ada yang berbicara.
"Hyun In ssi,,,"
"Eummm~~" Hyun In bergeming mendapati panggilan Jong Woon padanya.
"Aku akan menemui orang tuaku untuk sesuatu, jadi nikmatilah. aku akan segera kembali" Tanpa menunggu persetujuan dari Lee Hyun In, Jong Woon mulai berjalan memasuki ruangan keluarganya yang ada didalam kafe itu juga.
Sepuluh menit berlalu, Kim Jong Woon tetap belum kembali menghampiri Lee Hyun In, dan itu membuat Lee Hyun semakin bosan dan hanya memainkan desert dihadapannya.
~C~KC~X~ Ngiiiing~~~
Suara sebuah microfon berderit dan baru saja menyala, suara itu berasal dari atas panggung kafe, tetapi itu tak membuat Lee Hyun In berpaling memainkan desert didepannya dan tak nafsu untuk memakan makanan nikmat itu.
"Annyeong Haseyo~~" Suara merdu terdengar menyapa para pengunjung, dan itu membuat kepala Lee Hyun In menatap ke arah sumber suara yang ada di atas panggung.
Mata Lee Hyun In membulat ketika melihat seorang Kim Jong Woon telah terlihat diatas panggung sembari duduk dikursi perfome dengan gitar ditangannya yang tampak dipangku di atas pahanya.
"Apa kalian menikmatinya?" Suara Jong Woon kembali menyapa para pengunjung dikafenya dan mendapat jawaban anggukan dari para pengunjung.
kemeja Cream yang dikenakan pria itu membuat wajahnya semakin bersinar dengan senyuman indah diwajahnya (Lihat poster).
"Hari ini, saya akan membawakan sebuah lagu untuk seorang terkasih dalam hidup anda sekalian..."
Pandangan Jong Woon terus menatap ke arah seorang wanita yang memandangnya sendu saat ini. Tanpa meninggalkan senyuman manisnya, Kim Jong Woon terus berucap kata-kata mutiaranya dihadapan para pengunjung.
"Kesedihan bukanlah jalan hidup yang harus kita lakukan, tapi tetaplah berusaha tersenyum untuknya, agar ia bisa merasakan hidup yang sebenarnya"
Ting~~~Ting~~~ Ting~~
Ting~Ting~~~ Ting~~~~~
(LOVING YOU BY SUPER JUNIOR K.R.Y)
Suara gitar yang sedikit mengalunkan irama cepat dan sedikit sentuhan melodi melayu membuat telinga siapa saja yang mendengarnya ikut menggoyangkan bahu mereka ke kanan dan ke kiri menikmati irama yang dibawakan Kim Jong Woon hari itu.
~~geudel mannaro ganeun giren jangmi hansongilne sone deulgo girl~ ~Aku pergi menemuimu membawa seikat mawar di tanganku~
~~Nal bomyo usojugetjiman modeun-ge geuden iksukhagetjyo~ ~Kau tersenyum saat melihatku dan kau akan terbiasa dengan semuanya~
~~Neomu neujoso do mianheyo~ ~Aku minta maaf karena sangat terlambat~
~~ije nan mar-halkkeyo~ ~saat ini aku akan mengatakannya~
~~Baby every day and night ne gyote issojul~ ~Baby setiap siang dan malam aku ingin kau berada disampingku~
~~sesang geu muotboda sojunghan sonmul~ ~Bagiku kau lebih dari apapun di dunia ini~
~geudemane sarangin gol yaksokheyo~ ~Aku berjanji hanya cintamulah hadiah berharga untukku~
~~Say I do Yes I do I can't stop loving you~ ~Katakan 'ya', Aku tak bisa berhenti mencintaimu~
Lagu Kim Jong Woon membuat ujung bibir Lee Hyun In terangkat dengan indahnya, walaupun ia yakin itu lagu bukanlah untuk dirinya, namun kata-kata dalam lagu yang dinyanyikan Kim Jong Woon membuatnya tak bisa bersedih lagi.
~byonhetdago mal-hagetjiman ~ ~Aku selalu berdiri di tempat itu ~
~geu jarieso neul soitjyo~ ~meskipun kau berkata bahwa aku telah berubah~
~~(geu gose hangsang itjyo)~ ~(Aku tetap berada di tempat itu)~
~~sotun ne moseubeul gamssajuneun ttatteut-han hessalman gomawoyo~ ~Aku berterima kasih pada hangatnya mentari yang menutupi wajahku yang canggung~
~~Neomu neujoso do mianheyo~ ~Aku minta maaf karena sangat terlambat~
~~ije nan mar-halkkeyo~ ~saat ini aku akan mengatakannya~
~~Baby every day and night ne gyote issojul~ ~Baby setiap siang dan malam aku ingin kau berada disampingku~
~~sesang geu muotboda sojunghan sonmul~ ~Bagiku kau lebih dari apapun di dunia ini~
~geudemane sarangin gol yaksokheyo~ ~Aku berjanji hanya cintamulah hadiah berharga~
~~Say I do Yes I do I can't stop loving you~~ ~Katakan 'ya', Aku tak bisa berhenti mencintaimu~
Akhir lagu yang sangat mengesankan dengan nada tinggi dari Kim Jong Woon, membuat semua bersorak dan bertepuk tangan senang. Sedangkan Kim Jong Woon yang yang telah menyelesaikan lagunya pun menyunggingkan senyumannya dan terus menatap wanita yang masih menatapnya juga.
Tetapi hanya sekilas, wanita yang sebelumnya telah menikmati lagu tiba-tiba menatap jam ditangannya singkat, dan tanpa menatap ke arah panggung lagi wanita yang bernama Lee Hyun In itu tampak bergegas berlari kecil dan keluar dari kafe.
Kim Jong Woon menatap nanar wanita itu, dan tanpa aba-aba ia pun segera meletakkan gitar ditangannya pada tempat gitar sebelumnya dan bergegas menyusul Lee Hyun In yang sudah tak terlihat lagi dibalik pintu kafe.
Kim Jong Woon berlari dengan gugup, sekilas pria itu menatap kanan-kiri pada halaman kafe yang memang sudah terlihat petang, dan sesaat matanya akhirnya menangkap wanita yang ia cari tengah berjalan cepat dibawah lampu jalanan yang berada tak jauh dari kafe.
"Lee Hyun In!" Kim Jong Woon memberhentikan langkah Hyun in yang gopoh.
"kenapa kau pergi begitu saja? kau tak ingin memakannya?" sela Jong Woon yang kini berada dihadapan Lee Hyun In.
"Aku harus menemuinya, dia pasti ada dirumah, dan aku harus menjelaskannya malam ini juga" Balas Lee Hyun In memalingkan tubuhnya cepat dari Kim Jong Woon.
Sttt~
Dalam sesaat jemari Jong Woon tampak kembali menggenggam erat lengan Lee Hyun In yang akan pergi. Dan itu membuat Lee Hyun In kembali termangu dan menatap pria itu sendu.
~Jangan pergi~
Didalam benak Jong Woon ingin sekali dia berkata seperti itu, tetapi ia tak punya hak untuk melarang wanita itu untuk pergi. Dan kembali pada kecanggungan seorang Kim Jong Woon, Pria itu hanya memalingkan perasaanya. "Aku akan mengantarmu" serunya tak seperti yang ia ingin katakan sebelumnya.
"........." Lee Hyun In tetap diam, ia tetap menatap pria itu tak mengerti.
"Tidak! Aku akan kesana dengan menaiki taksi" balas Lee Hyun In setelah hanyut dalam lamunan singkatnya.
"tidak! Aku yang seharusnya menjelaskannya juga padanya, jika semua ini hanya salah faham"
"Jangan! Jangan lakukan itu, kau hanyalah korban, dan aku tersangka! itu sebabnya aku yang akan menjelaskannya sendiri"
"Jika seperti itu, ijinkan aku mengantarmu"
Lee Hyun In menunduk dan berfikir sejenak.
"Eummm~~" akhirnya setelah lama berfikir Lee Hyun In menganggukkan kepala menyetujui tawaran dari Kim Jong Woon.
***
Gelap dan kembali pekat, serta salju yang kembali turun kecil pada malam itu. Dan di dalam mobil milik Kim Jong Woon, kedua orang muda yang ada didalamnya membungkam mulut mereka masing-masing dan menatap butiran salju yang menghiasi malam itu.
Setelah beberapa menit berada didalam mobil, kini mobil yang dikendarai Jong Woon mulai berhenti didepan rumah mewah milik Jung Yunho.
"Gomawo" lirih Lee Hyun In seraya menuruni mobil milik dari Kim Jong Woon.
Srtt... Lengan Jong Woon kembali meraih tangan Lee Hyun In sebelum wanita itu turun sepenuhnya.
"Apa kau yakin jika dia akan menemuimu malam ini?" Tanya Jong Woon ragu.
"Eumm...." Lee Hyun In dengan cepat mengangguk meyakinkan Kim Jong Woon, walaupun ia juga tak yakin dengan Yunho, apalagi siang sebelumnya ia telah mendapatkan tamparan dari kekasihnya itu, tetapi Lee Hyun In menyembunyikan keraguannya dari Jong Woon dan segera menuruni mobil milik Jong Woon.
"Sekali lagi, terima kasih" ucap Hyun In dan sepenuhnya menuruni mobil Jong Woon, Sedangkan Jong Woon hanya mengangguk dan menatap wanita yang mulai memasuki rumah mewah itu. Lee Hyun In kembali menghentikan langkahnya sejenak ketika sampai diambang pagar yang sebelumnya memang tak terkunci, dan ia menatap sejenak ke arah mobil yang masih tampak seorang Kim Jong Woon didalamnya. Senyuman singkat kembali ia tujukan pada pria itu, yah! Pria itu tahu, jika senyuman dari wanita itu mennginginkan jika ia harus meninggalkan wanita itu disana. Dengan segera Jong Woon pun melajukan mobilnya menjahui Lee Hyun In serta rumah milik Yunho.
***
Ting tong~~
Bel rumah Yunho berbunyi karena tekanan dari Hyun In pada tombol tamu yang disediakan, dan tak lama pintu pun terbuka.
"Selamat malam...ada yang bisa dibantu???" Terlihat seorang ahjumma yang malam itu membukakan pintu untuk Lee Hyun In.
"Selamat malam, Yunho ada???"
"Ahh... bukankah anda calon istri tuan Yunho?" Tanya Ahjumma tak menjawab.
"Ne" balas Hyun In tersenyum ramah.
"Jika seperti itu masuklah Nona! Saya akan panggilkan tuan untuk anda"
"Tidak apa-apa Ahjumma, saya akan menunggunya disini" balas Hyun In tak yakin jika ia di ijinkan masuk oleh Yunho, maka dari itu ia ingin menunggunya diluar saja.
"Tapi diluar sangat dingin, jika Nyonya besar dirumah, saya pasti di gertak karena tak menyuruh anda masuk."
"Saya tidak apa-apa Ahjumma, saya akan menunggu Yunho disini." balas Hyun In membalas kalimat Ahjumma.
"Ne....Gidaryo(tunggu ya)"
"Ne..." jawab Hyun In singkat dan hanya berdiri pada teras rumah milik Yunho.
***
Tok-tok-tok
"Tuan muda???" Ahjumma memasuki kamar Yunho yang tak terkunci, dan didalam kamar itu Yunho tampak serius mengerjakan tugas kerjanya.
"Eumm...." Geming Yunho tak memandang pembantunya dan terus menanda tangani berkas-berkas di hadapannya.
"Calon istri Tuan ingin bertemu dengan Tuan"
Sesaat, jemari Yunho terhenti ketika pembantunya menyebut calon istrinya telah datang.
"Saya sibuk! Katakan padanya jika saya tak bisa menemuinya, dan segera tutup pintunya, karena saya tak menyukai udara malam"
Yunho sangat tampak dingin dari yang dikenal semua orang, ia bahkan baru kali ini berkata bahwa ia tak suka udara malam, padahal sebenarnya ia menyukai hal itu.
"Baik! Saya mengerti" balas Ahjumma lalu segera keluar dari kamar Yunho dan menutup pintu dari kamar Yunho secara pelan.
***
Ngiiiiik..... pintu utama rumah Yunho kembali terbuka lebih lebar, dan Ahjumma kembali berdiri diambang pintu menemui wanita yang masih setia berdiri.
"Nona?? Maaf, tapi Tuan Yunho sedang sibuk, dan jika anda ingin masuk silahkan untuk masuk, saya akan ijinkan karena Nyonya besar pasti akan melakukan hal ini jika ia ada dirumah."
"Saya akan menunggunya disini"
"Tapi... tuan menyuruh saya untuk menutup pintunya, karena dia tak menyukai udara malam"
Dengan mendengar itu Lee Hyun In sangat tahu jika Yunho tak menginginkannya datang malam itu. Yah! Hyun In sangat mengenal Yunho jika pria itu menyukai udara malam, tapi kenapa? kenapa saat ini pria itu membalikkan fakta hanya karena dirinya.
"Tidak apa-apa, Tutuplah Ahjumma... saya akan segera pulang" Balas Hyun In tersenyum dengan miris.
Tak ada yang bisa dilakukan seorang pembantu, Yah! perlahan Ahjumma itu terlihat menutup pintu utama dari Rumah Yunho. Sementara Lee Hyun In, wanita itu perlahan mulai berpaling dari wajah pintu rumah Yunho, kedua kakinya kembali berjalan gontai tak bersemangat, kesesakan kembali hadir dibenaknya, tetapi ketika keluar sepenuhnya dari teras rumah Yunho, sekilas mata wanita itu menangkap ke arah kamar Yunho yang berada dilantai dua. Dan ruangan itu jelas terlihat jika lampu kamar masih menyalah, dan itu menandakan jika Yunho masih belum tidur malam itu. Lee Hyun In menghentikan langkahnya, saat ini ia tampak berdiri tepat dibawah kamar milik Jung Yunho.
Wanita itu menatap sendu jendela kamar yang masih terlihat lampu yang menyala diatasnya.
"JONG WOON SSI!!!!"
Bodoh!!! Saat ini Lee Hyun Benar-benar bodoh, dan sesaat itu pula Lee Hyun In menutup mulutnya cepat karena salah dalam berteriak.
"Apa yang ku katakan???" Lee Hyun In bergumam tak menyangka.
"Kenapa denganku? Kenapa aku memanggil orang lain???" Gumamnya lagi.
Tidak! Hyun In harap Yunho tak mendengar hal itu, karena Jika Yunho mendengarnya, itu akan membuatnya semakin sulit menjelaskan semua pada pria itu.
***
Salah besar! Yunho mendengarkannya! Sangat jelas dan sangat menyakitkan. Yunho menghentikan jemarinya dari aktifitasnya tatkala telinganya mendengar umpatan Lee Hyun In sebelumnya. Bibirnya kini tersenyum kelu mendengarkan hal itu.
Satu detik, dua detik.. tak ada lagi suara dari Lee Hyun In.
Dan saat itu Yunho berfikir jika mungkin saja wanita itu sudah pergi bersama pria yang di teriakan sebelumnya, Yunho kembali melakukan pekerjaannya dengan wajah muram tak bersemangat seperti sebelumnya.
"Yunho ssiiii...." Kini telinga Yunho kembali mendengarkan umpatan dari Lee Hyun In, tetapi umpatan wanita itu terdengar menyebutkan namanya, dan saat itu Yunho tahu jika sebelumnya Lee Hyun In sepertinya telah Salah menyebut nama dirinya.
Yunho kembali tertawa miris mendengarkan hal itu, tetapi pria itu tetap tak beralih dan tetap mengerjakan tugas-tugasnya.
"Yunho Ssi... Tolong keluarlah... Aku tahu kau mendengarkanku... Aku harus menjelaskan semuanya yang sebenarnya"
Suara hyun In kembali berteriak dan terdengar pula ditelinga Yunho, Tetapi Yunho tetap tak berkutik dari posisinya saat ini. "Apa lagi yang ingin kau jelaskan hyun in ah~ bukankah semua sudah jelas???" Lirih Yunho memandang pekerjaan dihadapannya.
Sekilas, Yunho terlihat melamun dalam duduknya.
"Maafkan aku, aku telah menjadi seorang pengecut, tapi aku akan menahan ini hingga kau menjadi milikku seutuhnya, dan untuk itu, aku tak ingin mendengar penjelasanmu jika itu akan membuatku lebih hancur"
Bibir Yunho tersenyum kelu membenarkan isi hatinya.
"Lebih baik kita seperti ini Hyun In ssi" Yunho kembali bergumam dan seakan menjawab semua yang terjadi antara ia dengan Lee Hyun In, ia tak menemui Hyun In karena hal yang menurutnya benar.
Dan kembali pada aktifitasnya Yunho kembali menorehkan tanda tangannya diatas lembaran-lembaran kertas dihadapannya.
"Yunho ssi.... Kau mendengarkanku kan???" Suara Hyun In semakin lirih ditelinga Yunho. Tetapi tetap tak menghiraukan wanita itu, kini Yunho terlihat beralih dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang empuknya, matanya menatap atap kamarnya seraya mendengar lirihan-lirihan dari wanita yang masih berada di bawah kamarnya.
"Yunho ya!.... Sekali lagi ku mohon.. temui aku..."
Bibir wanita yang terus meracau itu kini berubah pucat setelah sekian lama berada di bawah salju yang turun kecil malam itu.
Lee Hyun In yang hanya mengenakan baju kerjanya tanpa mantel hangat tetap kuat berdiri dibawah kamar Yunho dan tetap memandang ke arah jendela kamar calon suaminya.
"Jika kau belum tidur, keluarlah Yunho ya...." lirih Hyun In lagi, tetapi bukannya hal yang di inginkannya terjadi, melainkan saat ini Hyun In melihat lampu kamar Yunho telah padam.
Dan dalam seketika bibir Lee Hyun In gemetar dan meneteskan air asin di atas pipinya.
"Jangan...tolong jangan lakukan itu..." lirihnya seolah tak ingin jika Yunho meninggalkannya tidur dan membiarkannya berdiri menunggu pria itu ditengah turunnya salju.
***
Mouse Rabbit Caffe
Jong Woon tampak merebahkan tubuhnya pada sofa diruangan keluarganya, kini kepalanya terlihat mengarah pada atap ruangan seraya kedua telapak tangannya menjadi bantalan dibawah kepalanya. Sejenak ia ingin memejamkan matanya untuk beristirahat pada ujung hari itu.
"Hyunnnggg!!!!"
Sesaat mata Jong Woon terbuka cepat saat mendengarkan umpatan seseorang padanya.
Yah! Siapa lagi jika bukan Kim Jong Jin, saat ini pria muda itu berdiri dan berkacak pinggang di samping sofa tempat Jong Woon akan beristirahat.
Dan karena sang adik, akhirnya Jong Woon kembali mendudukkan tubuhnya dengan malas.
Sekilas matanya menatap heran sang adik yang memandangnya tajam, dan yang membuat heran Kim Jong Woon pada adiknya adalah, kemeja yang dikenakan saudaranya itu tampak basah.
"Kenapa kau kemari?" Tanya Jong Woon menaikkan sisi alisnya tak berdosa.
"kenapa??? Cskk..." Jong Jin berdecak kesal.
"Bagaimana kau bisa meninggalkan pekerjaanmu diperusahaan, sementara saat ini kau dengan enaknya tertidur, kau tahu aku lelah menjawab pertanyaan para klien yang datang ke perusahaan!"
"Bukankah ada manager Choi?" Balas Jong Woon sangat santai.
"Itu dia!!! Kenapa kau tak bilang padanya jika kau off sebentar hari ini, jadinya aku yang kesana-kemari mengganti tugasmu.!"
"Kau seharusnya senang menggantikanku" celetuk Jong Woon.
"Aiishhh.... Sekarang telpon manager Choi jika kau tak akan kembali ke kantor malam ini! Jangan Lupa!! Ijinkan aku juga! Aku lelah!" Setelah Kim Jong Jin meracau kesal, tubuhnya kini duduk kasar disamping tubuh kakaknya yang berada diatas sofa.
"Lalu kenapa denga bajumu? Bukankah malam ini tidak ada hujan?" Tanya Jong Woon yang melihat baju Jong Jin basah.
"Maka dari itu matikan penghangat ruangannya! Dan baru Hyung akan tahu jika di luar salju turun dengan lebat!"
"............." Kim Jong Woon terdiam, ia kini tampak memikirkan sesuatu. Dan dalam sekejap pria itu tiba-tiba meraih ponselnya cepat danbmenghubungi seseorang.
"Kau menghubungi manager?" Sela Jong Jin pada kakaknya.
"Aiiiisshh....."
Bukannya menjawab sang adik, Kim Jong Woon yang sepertinya tak mendapat respon dari seseorang yang ia hubungi hanya berdesus dan segera membangunkan tubuhnya sembari meraih mantel hangatnya lalu berlari dengan langkah gopoh keluar ruangan.
"Hyuuuung!!!!!"
Plaaakkk!!!
"AOUCCHHH!!!"
Disaat Jong Jin memekik memanggil kakaknya yang keluar dari ruangan tiba-tiba ia merasakan ada sseseorang yang memukul kepalanya.
"Ahh Eomma!!!" Umpat Jong Jin seraya mengelus-elus kepalanya.
"Kenapa kau suka sekali berteriak!" Suara ibu dari Kim bersaudara tampak menasehati anak mudanya.
"Itu karena HYUNG! dia meninggalkanku sendirian dikantor, aku lelah Eomma!"
-PLAKK
"Aigooo!!!"
Bukannya mendapat kasih sayang dari ibunya, Jong Jin kembali mendapatkan pukulan dari sang ibu.
"Itu karena kamu tak mau mengantar berkas sebelumnya pada ayahmu! Lalu kenapa kau marah pada Hyung mu!!! Ya ampun!!!"~Plakk~
Suara nasehat dari Nyonya Kim kembali di akhiri dengan pukulan nasehat untuk putranya juga.
"Eomma!!! Sakiit!" Umpat Jong Jin manja.
"Kenapa dengamu?" Tanya nyonya Kim sedikit heran pada putra bungsunya karena tampak manja.
"Tsk..... Mana mungkin pria sepertimu memiliki pacar, cepat ganti bajumu!" Seloroh nyonya Kim sembari berpaling mengejek putranya.
"Eommaaa!!!" Jong Jin hanya pasrah dan kembali membanting tubuhnya di atas sofa.
***
Berbeda dengan di dalam kafe, saat ini ditengah lebatnya salju yang turun, Kim Jong Woon yang terlihat menyetir mobilnya tampak gugup dan cemas di raut wajahnya. Yah pria itu ternyata memikirkan seseorang malam itu.
Lee Hyun In! Yah, ia memikirkan wanita itu dalam benaknya.
"Apa dia sudah pulang?" "Apa Yunho mau menemuinya?" "Ataukah dia masih berada dirumah Yunho, atau yang lainnya" "Dan kenapa wanita itu tak menjawab panggilannya??"
Pria itu benar-benar cemas dengan semuanya. Apalagi dia mengingat jika sebelumnya Lee Hyun In tak mengenakan baju hangat ditubuhnya.
Kim Jong Woon semakin melajukan mobilnya dibawah lebatnya salju.
Keselamatan akan berkendara tak ia hiraukan, asalkan ia bisa sampai dan melihat wanita itu, itu akan membuatnya lebih baik.
***
Setelah beberapa menit berkendara dibawah salju, mobil Jong Woon telah berhenti didepan rumah mewah milik Jung Yunho. Sebelum ia keluar dari mobil, Jong Woon terlihat mengenakan mantel hangatnya terlebih dahulu dan segera keluar dari mobilnya.
Kedua kaki Jong Woon mulai menghampiri pagar rumah milik Yunho.
Sepi, sunyi dan sangat dingin. Mata Jong Woon memicing memutar didaerah sekitar rumah mewah Jung Yunho malam itu.
Dan tak sengaja mata Jong Woon menangkap sekilas pintu pagar rumah Yunho yang memang tak terkunci.
"Ow???" Geming Jong Woon sembari membuka pintu yang memang tak terkunci.
Mata Jong Woon kembali memutar dan mengendap-endap ketika sudah berada bagian halaman rumah Yunho.
Lebar dan luas, itulah yang ada dibenak Jong Woon, tetapi kembali pada aktifitasnya, Jong Woon dengan langkah mengendap-endap mulai memasuki halaman Yunho semakin dalam.
Dan demi apa, saat ini matanya terkejut kaget tatkala menangkap seseorang yang tergeletak direrumputan halaman rumah Yunho. dan orang itu mengenakan baju yang juga pernah dilihatnya.
"Lee Hyun In!"
Sesegera mungkin Jong Woon mulai menghampiri seorang wanita yang tergeletak malam itu.
Kim Jong Woon telah berada disamping tubuh wanita yang memang itu adalah Lee Hyun In.
"Hyun In ah~~~" seru Jong Woon mencoba membangunkan Lee Hyun In yang sangat pucat dan juga lemas.
Mata Hyun In mengerjap menatap pria yang ada diatas tubuhnya.
"Jong..... Woon ah..." lirih Hyun In ditengah-tengah tubuhnya yang menggigil kedinginan.
"Kenapa kau melakukan ini!" Tegas Jong Woon seraya melepas mantel hangatnya dan diselimutkan pada tubuh Lee Hyun In.
Dalam sekejap, Kepala Lee Hyun In kini telah berada diatas lengan siku milik Kim Jong Woon. Wanita itu kembali menatap sendu seorang Kim Jong Woon yang menyelimutinya dengan mantel hangat.
"Kau.... datang???" Tanyanya lemas dan tersenyum miris pada Kim Jong Woon. Bibir pink Hyun In berubah mengering dan sangat pucat seperti mayat. Karena suhu malam itu sangat tak bersahabat.
"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini!" Racau Jong Woon marah dan juga cemas. Pria itu menggenggam erat telapak Hyun In yang juga terasa sangat dingin.
Nafas Lee Hyun In tesendat berat, ia merasa tak sanggup lagi untuk bicara pada pria yang telah menopang tubuh lemahnya.
"Jong..... Woon ah......" Sangat sulit, Lee Hyun In mengeluarkan satu kalimat, hingga ia hanya bisa memanggil nama pria itu.
".........." Kim Jong Woon yang juga menahan kedinginan hanya bisa menatap khawatir pada Lee Hyun In yang terus memanggil namanya.
Hahks..... nafas Hyun In semakin terasa sangat berat untuk dilakukannya.
"Tidak! Jangan.....!" Lirih Jong Woon ketakutan dan terus menatap mata Lee Hyun In padanya.
Bibir wanita itu terus bergetar dan seolah ingin bicara lagi. tetapi wanita itu hanya dapat menggenggam lemah telapak Jong Woon yang juga menggenggam telapak tangannya.
"Di......dingin..."
Jong Woon terdiam dan termangu mendengar lirihan lemah dari Lee Hyun In padanya, dengan sesegera mungkin, akhirnya pria itu merengkuh hangat tubuh Lee Hyun In dalam pelukannya, erat! dan sangat erat. Pelukan Kim Jong Woon seolah menghangatkan tubuh lemah Lee Hyun In ditengah turunnya salju malam itu.TO BE CONTINUED~~~~~
Masukan Kalian adalah penyemangat bagi Author :)
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF] SEVERELY (YESUNG FANFICTION)
FanfictionTittle : SEVERELY Genre : Romance, Hurt, etc AUTHOR : ISLIANA LIANA Length : Chapter Staring Cast Kim Jong Woon Lee Hyun In Park So Yeon Other Cast Jung Yunho Kim Jong Jin Lee Dong Sun (Information Woman Of JUNG Office) i Park Eun hee (Ibu Park So Y...