Aku duduk di sofa melihat ke arah televisi yang tidak ku perhatikan sama sekali. Setidaknya kamarku tidak begitu sunyi setiap kali aku menyalakan telivisiku. Hari ini benar-benar terasa hampa. Maudy seharian tidak bersamaku. Kami sebangku, bahkan Maudy tidak hadir di kelas sama sekali. Aku merasa seperti benar-benar sendirian sekarang. Semua terasa asing untukku tanpa Maudy.
Aku beranjak malas dari dudukku dan meraih handphoneku. Mengirimi pesan untuk Maudy. Aku benar-benar ingin menceritakan semua kejadian hari ini padanya. Semua kejadian konyol yang dibuat oleh Afgan. Semoga saja aku tak mengganggunya.
To : Maudy
Dy, kamu seharian kemana aja? Aku mau cerita banyak ke kamu.
Sent! Aku menatap layar handphoneku penuh harap. Biasanya, Maudy akan sigap membalas pesan dariku. Kami selalu menyiapkan nada khusus untuk pembeda dari pesan yang lainnya. Aku benar-benar cemas ketika menyadari sudah 5 menit berlalu. Aku semakin gemas dan semakin ingin menelfonnya. Aku takut jika Maudy benar-benar sibuk. Ah, tapi biasanya dia selalu membalas pesanku apapun kondisinya. Aku menaruh handphoneku lemas. Tak ada harapan. Maudy benar-benar sibuk. Mungkin ada kejuaraan yang harus ia ikuti? Ya, mungkin saja...
***
Kriiiing... Kriiing... Kriing
Mataku terbuka pelan. Sayup-sayup aku mendengar dering dari telpon kamarku. Aku mengucek mata sebentar, pukul 01.00. Sial, siapa yang menelponku melalui telpon terkutuk ini selain Papa. Dengan malas aku meraih telpon dengan tangan kananku.
"Ha-lo, Pa" Sapaku malas.
"Pagi, Michellaaaaa"
Seketika aku terbangun. Ini bukan papa. Ini suara Afgan. Dia baru saja berteriak memanggil namaku. Gila! Aku langsung menutup telpon. Menarik nafas panjang, mencoba untuk menenangkan pikiranku. Setelah merasa cukup tenang, aku kembali berbaring. Menarik selimutku...
Kriiing.... Kriiing... Kriing...
Afgan benar-benar keterlaluan! Aku sampai tak bisa tidur. Akhirnya, aku putuskan untuk mencabut kabel telponku. Selesai. Setelah itu aku benar-benar bisa tidur dengan nyenyak.
Keesokan paginya, aku mengecek handphoneku untuk kesekian kalinya. Nihil. Maudy tetap tidak membalas pesanku. Ada apa ini? Apa aku sudah berbuat salah? Aku menjadi semakin bertanya-tanya. Maudy aneh sekali. Selesai bersiap-siap aku memutuskan untuk menelpon Maudy. Tak dijawab. Aku semakin putus asa. Aku mencoba untuk terus berfikir positif. Semoga saja hari ini aku bisa bertemu dengannya.
Aku berhasil lolos dari Afgan. Pak Dadi mengantarku seperti biasa. Aku segera mengamati jalan sekolah ketika mobilku melewati derbang sekolah. Mengapa terasa menyeramkan? Rasanya akan terjadi suatu hal yang buruk. Aku sudah banyak membuang nafas berat pagi ini. Dimana Maudy? Kenapa suasana hatiku benar-benar tak menentu.
"Sudah sampai, non." Suara Pak Dadi menghamburkan lamunanku. Aku berkedip sebentar. Lalu segera mengucapkan terima kasih dan turun dari mobil.
Benar saja, saat berjalan di koridor utama sekolah, banyak sekali mata yang memandangiku tajam. Aku seperti terkucilkan tanpa Maudy. Tidak ada penyanggaku. Aku benar-benar merasa kecil. Langkahku menjadi kaku. Aku menunduk dan terus memperbaiki rambutku. Hanya sebagai dalih kegugupanku.
"Itu lho Michella.. kasihan banget ya ditinggal Maudy"
"Maudy baik ya selama ini betah di dekat iblis itu.."
"Nggak nyangka gue Michella kejam sama Maudy.."
Hanya sepintas bisikan yang aku dengar. Kenapa terdengar menyakitkan? Aku menutup telingaku dan segera berlari ke kamar mandi. Aku bersenyembunyi di salah satu kamar mandi. Sial! Mereka juga membicarakanku. Aku benar-benar merasa gila. Ada apa sebenarnya? Aku kejam? Pada siapa? Kenapa bisa mereka mengatakan aku kejam? Apa yang telah aku perbuat? Aku menangis. Aku semakin merasa sesak. Akhirnya aku keluar dari persembunyianku dan berlari entah arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mimpi
RomanceIni cerita fanfic tentang Afgan, Maudy, dan Michella. fnafic pertama ku dan nggak yakin sih bakal banyak yang baca. Cuman sekedar menyalurkan hobby aja. Dicerita ini, aku pingin bikin end Afgan nggak sama Maudy. Thanks banget yang udah mau baca:)))