Chapter 8-Lelaki di Sudut Restoran

113 6 2
                                    

Setelah kejadian kertas yang menghilang di kelas, aku jadi agak resah belakangan ini. Hanya takut akan ada yang membacanya. Sebenarnya tak masalah jika ada yang menyapunya, aku hanya takut jika ada yang membaca. Itu saja. Sudah 2 hari berlalu dan selama 2 hari ini aku jarang melihat batang hidung Afgan, sepertinya Afgan sibuk. Hari ini, sesuai janjiku dengan teman papa, yang sampai sekarang aku tak tahu siapa dia, kami akan bertemu. Aku sudah menerima alamat tempat yang dipilihnya. Sebenarnya aku sangat ingin mengajak Afgan. Rasanya canggung saja harus bertem teman papa sendirian. Aku tak mungkin mengajak Mama, hanya akan terjai keributan sepertinya.

Tepat pukul 15:15 ketika aku tiba di depan pintu sebuah restoran yang terlihat mewah bagiku. Aku masuk dengan berjalan kaku mencari-cari meja nomor 15. Ah, dapat. Meja itu berada di sudut restoran, di samping jendela berukuran besar dan tentunya dari situ orang bisa melihat ke jalanan. Aku menata rambutku kemudian sedikit melatih senyumanku lalu berjalan yakin ke arahnya. Aku tepat berdiri di depan lelaki yang masih sangat misterirus bagiku.

"Selamat sore, om.."

Suaraku seperti tercekik pas di leherku. Aku mendadak menarik kembali apa-apa saja yang ingin ku katakan setelah lelaki di hadapanku menurunkan buku menu yang menutupi wajahnya. Dia... lelaki yang ada di foto Afgan. Dia ayah Afgan. Ya Tuhan.

"Sore. Wah... Michella jauh lebih cantik dilihat langsung ya,"

Suaranya terdengar lembut sekali. Aku menelan ludah berusaha mengontro diriku sebsa mungkin. Ia mengulurkan tangannya, aku dengan ragu menerima uluran tangan itu. Sial, jika begini caranya tentu suasana akan jadi lebih canggung. Aku duduk di kursiku.

"Saya Edward."

"Ah-ah iya," Jawabku singkat.

"Ehm...."

Aku menatap siaga ke arah Om Edward, begitu namanya, terlihat gelisah. Ia seperti mempersiapkan sesuatu yang sangat besar untuk dibicarakan padaku. Aku menelan ludah. Pikiranku segera menjalar kemana-mana. Jika om Edward seorang gay, apa hubungan yang dia jalin dngan papa? Ya Tuhan...

"Michella.. papa kamu sebenarnya rindu sekali dengan kehadiran kamu. Mama kamu selalu keras kepala setiap papa kamu ingin bertemu dengan kamu. Itulah mengapa dia bersikap seolah tak peduli dengan kamu,"

Aku mendengar dengan seksama mendadak aku menjadi tertarik ketika sseorang menceritakan papa. Aku tak bisa bebohong, memang adakalanya aku selalu ingin bertemu papa, seperti rindu akan masa kecilku yang dulu terlihat bahagia.

"Kamu ingatkan? Sebentar lag papa kamu akan berulang tahun."

Ah, iya. Sebentar lagi hari ulang tahun papa. Aku mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Om Edward.

"Om ingin sekali membuat party kecil-kecilan bersama teman-teman perusahaan dan tentunya bersama kamu. Jika kamu bersedia, om yang akan mengurus tiket kepergian dan kepulangan kamu dan tentunya semua yang kamu butuhkan. Om juga berharap kamu merahasiakan ini dari mama kamu. Bagaimana?"

"Maaf om sebelumnya, memangnya Om Edward sama papa dekat ya? Kok Michella baru tahu ya kalau Om Edward salah satu rekan papa di perusahaan.."

Om Edward menghembuskan nafasnya, terdenga berat. Aku menanti jawabannya dengan perasaan berdebar-debar.

"Saya dengan papa kamu sudah menikah,"

Satu kalimat yang menohok hatiku. Rasanya seperti aku terlempar ke luar angkasa. Menikah? Jadi, pacar Om Edward yang dulu Afgan ceritakan adalah papa? Jadi, orang yang merebut papa adalah Om Edward? Ayah Afgan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang