Pagi sekali. Aku sudah terbangun dengan perasaan tak menentu. Ada sesuatu yang benar-benar membuatku merasa tak nyaman. Kejadian kemarin. Dimana aku berjanji untuk belajar menyayangi Afgan.
Rasanya mustahil untuk hal itu. Perasaanku, perasaan paling terdalam yang selama ini ku jaga, tak akan pernah berubah. Akan susah untuk berpaling dari dia yang paling berarti untukku.Kriiing... Kriiing... Kriing...
Aku segera meraih telponku. Menunggu ada yang menyahut. Hanya ada 2 kemungkinan. Papa atau Afgan. Beberapa detik terdiam, tak dijawab.
"Halo?" Sapaku ragu.
"Halo... Ini benar dengan Michella?"
Suaranya terdengar sangat asing. Aku tidak pernah mendengar suara ini sebelumnya. Berat dan beribawa. Ku perkirakan dia teman papa atau mungkin anak buah papa.
"Iya. Ini dengan siapa?" Jawabku cepat.
"Om teman papa kamu. Michella minggu depan ada acara? Om ingin sekali bertemu..."
Tanpa berpikir lama lagi, aku segera menutup telpon misterius itu. Teman papa? Untuk apa bertemu denganku? Perjodohan? Atau... Dia ingin menikahiku? Ah, membayangkannya saja sudah sangat mengerikan.
"Nggak! Nggak, Michella. Come on! Nggak mungkin papa tega nyuruh anak semata wayangnya nikah sama om-om. Iiih!" Gerutuku pada diri sendiri.
Untuk menghilangkan pikiran negatifku, aku segera keluar kamar untuk mengambil minum. Pikiranku menjadi kacau hanya karena seharian kemarin banyak kejadian tak terduga dari Afgan. Sial.
Kreek...
Aku mendengar decitan kecil dari arah kamar mama. Seorang remaja keluar dengan menghisap sebatang rokok. Ah, kenapa mama membawa pulang peliharaannya? Aku menoleh sekilas ke arahnya. Berantakan. Segera ku tuang air ke gelasku dan bergegas menuju kamarku.
"Michella?"
Suaranya menghentikan langkahku di anak tangga. Aku menoleh sejenak.
"Lo siapa ya?" Tanyaku tak ramah.
"Wiih... Lo makin bening ya sekarang." Komentarnya mendekatiku. Aku segera berbalik badan dan berjalan menuju kamarku.
"Dasar bocah tengik!" Umpatku dalam hati.
"Gue Frans. Lo lupa? Teman SMP."
Deg!
Aku membatu seketika. Dia Frans? Bagaimana bisa mama bersamanya? Tanganku gemetaran. Aku mendengar langkah kaki Frans yang berjalan manaiki anak tangga. Aku tak ingin Frans menyeretku ke masa SMP ku dulu. Frans semakin dekat dan membuatku berlari untuk menjauhinya. Ku kunci pintu kamarku. Segera ku minum segelas airku dengan sekali teguk. Tidak. Dia bukan Frans. Bukan.
***
Hari ini aku datang terlambat untuk memastikan kepergian Frans dari rumahku. Aku benar-benar menghindarinya. Tak ingin sedikitpun ia mengungkit sesuatu dari masa laluku.
Ketika aku memasuki kelas, bisik-bisik mulai terdengar. Aku berusaha untuk lebih kuat, tapi tetap saja kaki ku berkata lain. Aku takut setengah mati untuk mendengarkan omongan mereka. Mata mereka mengawasi setiap langkahku. Melihat ekspresi takutku mungkin membuat mereka semakin bersorak. Aku menunduk, bersembunyi di balik helaian rambutku. Berjalan menuju kursi paling belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Mimpi
RomanceIni cerita fanfic tentang Afgan, Maudy, dan Michella. fnafic pertama ku dan nggak yakin sih bakal banyak yang baca. Cuman sekedar menyalurkan hobby aja. Dicerita ini, aku pingin bikin end Afgan nggak sama Maudy. Thanks banget yang udah mau baca:)))