Chapter 4-Aku Bukan Ayahku

142 11 2
                                    



Afgan menghentikan sepedanya di sebuah bangunan yang terlihat sudah tak di rawat lama. Bangunnya terlihat sangat berantakan. Bahkan tidak ada pintu dan jendela-jendela. Aku turun dari sepedanya. Afgan segera memarkirkan sepedanya di salah satu batang pohon besar yang ada di dekat bangunan.

"Ini tempat apa, Af?"Tanyaku khawatir. Afgan menggandeng tanganku erat. Kami berjalan perlahan memasuki bangunan. Tak jauh dari tempat kami berdiri, aku melihat ada 3 orang lelaki dengan tampilan berantakan. Seperti gangster. Aku semakin mengeratkan genggamanku.

Sebentar... apa jangan-jangan Afgan akan menjualku ke gangster itu?

"Udah.. tenang aja, Chel. Mereka baik kok. Gue nggak mungkin ngejual lo." Tiba-tiba Afgan membuka suara seperti menebak apa yang sedang aku pikirkan. Aku bernafas lega, semogaaku bisa mempercayai Afgan.

"Max!" Panggil Afgan lantang ketika kami sudah berdiri di depan 3 lelaki berandalan itu. Salah seorang yang disebut namanya menatap nanar ke arahku dan Afgan.

"Jadi, kamu beneran udah punya pacar.." Lirihnya. Aku semakin tak mengerti.

"Iyap. Kenalin, namanya Michella. Anak paling cantik di sekolahku." Afgan tersenyum bangga, memberiku kode untuk mengulurkan tangan. Aku dengan canggung menyalami mereka.

"Maxy,"

"Leon"

"Delta"

Setelah bersalaman, aku memperhatikan ketiganya, ada yang aneh dari raut wajah Maxy. Dia terus menatapku, sehingga aku seringkali menunduk untuk menghindari tatapan matanya. Matanya berwarna biru menandakan dia seorang blesteran, kulitnya putih bersih dan aku mencium wangi mint yang khas dari arahnya.

"So, masalah kita udah selesaikan?" Afgan bertanya ke arah mereka sementara aku terdiam seperti patung.

"Belum." Jawab Maxy tegas.

"Udahlah, Max. Loe nggak boleh egois. Afgan udah punya orang lain. Lo relain aja kenapa sih?"Sahut Delta kesal. Aku menelan ludah mendengar perkataan terakhir Delta. 'lo relain aja' ada hubungan apa sebenarnya antara Maxy dan Afgan?

"Gue belum tau, Michella benar-benar cinta sama Afgan apa enggak." Maxy bersih keras menolak usul Delta.

"Gu-gu—gue cinta sama Afgan," Celetukku tiba-tiba. Maxy mundur satu langkah.

"Bohong. Enggak ada yang mencintai Afgan melebihi cinta gue!" Bentak Maxy. Aku seketika melotot ke arahnya, sungguh aku tak percaya. Maxy... mencintai Afgan?

"Max.. please, urusan kita udah selesai. Jangan ganggu aku lagi. Aku nganggap kamu hanya sekedar sahabat, enggak lebih."

"Afgan tuh normal, Max. Enggak kayak lo." Tambah Delta.

"Enggak! Afgan juga gay, sama kayak aya-"

"Maxy! Cukup!" Afgan memotong pembicaraan Maxy. Aku semakin bingung harus berbuat apa. Namun, ketika aku melihat Afgan mengepalkan tangannya, aku segera mendekatinya dan menahannya.

"Sabar, Af..." Bisikku padanya. Afgan menurunkan tangannya yang sudah diangkatnya setengah badan.

"Mending lo pergi, Af. Max biar kita yang urus." Leon mendekati Afgan dan meminta kami untuk pergi. Afgan terlihat masih menyimpan amarahnya, aku segera menariknya pergi dari hadapan Maxy.

"Afgaaan! Kamu nggak bisa ngeduain akuu!" Samar-samar aku mendengar teriakan Maxy ketika kami sudah semakin menjauh.

Afgan tak berkata sedikitpun. Aku langsung duduk di belakangnya dan ia segera mengayuh sepedanya. Afgan mengayuh dengan amarah. Aku sampai takut dan memegang pinggangnya erat.

CIIIIT....

Afgan mengerem sepedanya secara mendadak. Untung saja aku mampu bertahan di belakangnya. Aku segera turun dari dudukku. Afgan berhenti di sebuah tempat yang sepi.

"Lo gila ya?!? Berhenti seenak jidat." Makiku kasar. Afgan melepas sepedanya secara asal.

BRUUK!

"Kenapa? Lo nggak suka?Apa lo mau ngatain gue gay?" Afgan balik memakiku. Aku mundur selangkah. Aku tau, aku salah karena telah memakinya.

"Afgan, maaf.. gue kaget aja pas lo ngerem." Aku berusaha membuat suasana lebih baik. Afgan terdiam. Ia menunduk. Melepas kacamatanya dan melap air matanya. Awalnya pelan. Lama kelamaan aku mendengarnya. Jarak kita lumayan jauh. Itu berarti ia tersedu lumayan keras.

"Lo-ke-ke-kenapa?" Tanyaku ragu-ragu mendekatinya. Aku meraih pundaknya.

"Gue bukan ayah gue, Chel. Gue bukan gay. Gue nggak kayak dia.." Afgan berusaha menghentikan isaknya, sementara aku berusaha mengendalikan shockku. Hari ini, untuk kesekian kalinya aku dibuat kaget oleh kenyataan hidup Afgan. Ayahnya seorang gay?

"Gu-gu-gue tau... lo suka sama Anin anak kelas lo kan?" Tanyaku berusaha menghibur. Afgan menggeleng. Masih tetap menunduk.

"ehm.. sorry gue sebenarnya asal nyebut. Yang jelas lo nggak suka cowok kan?" Tanyaku sekali lagi. Afgan mengangguk. "Itu berarti lo bukan gay. Maxy Salah paham sama kebaikan lo..."

"Mungkin"  tambahku di akhir kalimat. Afgan akhirnyamendongak. Menatap ke arahku. Air mata masih membekas di beberapa titik wajahnya. Aku tersenyum semanis mungkin berharap dapat mengurangi sedihnya.

"Gue suka sama lo. Ralat. Gue sayang sama lo." Ucapnya dengan suara serak.

Aku menatapnya tak percaya. Afgan menarikku. Membawa aku ke pelukannya sekali lagi.

"Please, sebentar saja seperti ini." Pintanya. Aku melingkarkan tanganku dengan ragu. Mengelus-elus punggungnya. Dari bawah dagunya, aku dapat mendengarkan detak jantungnya, sangat tak karuan. Terlalu banyak emosi yang Afgan pendam.

"Gue mau kok belajar menyayangi lo.." Sungguh, aku menyesal setelah mengucapkan kalimat itu. Afgan segera melepas pelukannya. Menatapku dengan mata berbinar-binar dan aku hanya bisa menggigit bibir bawahku.

"Janji?" Tantangnya menyodorkan jari kelingkingnya.

"Janji!" Ucapku yakin. Sudahlah, tidak ada salahnya aku mencoba untuk menyayangi Afgan. Aku tau, dia sebenarnya sama sepertiku. Kesepian. Tapi, dia bisa menutupi semua kesedihannya. Mungkin dengan berada di sampingnya aku bisa belajar banyak. Belajar untuk menikmati kesedihan dalam hidupku hingga kesedihanku tak terasa dan tergantikan oleh kebahagian. Semoga saja.

***

I'mback>< Maaf laptopku sedang rusak. Ini dapat pinjaman laptop sehari dandipakai buat ngelanjutin cerita iniiii. Maaf kalau bakal jarang update. Terima kasihbuat vote nya di chap sebelumnya. Love you readers<3

.fwa.

Tentang MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang