3⭐~ Alice of Human Sacrifice

572 47 1
                                    

Title ♪ Es Krim Rasa Daun Bawang

Disclaimer ♪ Yamaha Corporation/Bplats, Crypton Future Media, Zero-G, PowerFX, Internet Co., Ltd., AH Software, etc.

Pairing ♪ KAITO X Hatsune Miku

Author ♪ Aika Licht Youichi

Genre ♪ Family, Friendship, Romance, etc.

Warning ♪ Miku POV, alur kecepatan, song fict, typo, abal-abalan, romance hancur, miskin deskripsi, ide pasaran dan segala kekurangannya.

•∞•∞•∞•∞•∞•∞•∞•∞•∞•∞•∞•∞•∞•∞•∞•∞•

Musim panas diminggu kedua. Aku baru saja membuka Blog-ku setelah sekian lama aku tidak membukanya ---mungkin ada sebulan, banyak sekali yang memberikanku komentar positif tentang lagu baruku yang berjudul Love Is War itu. Tapi tidak sedikit juga komentar dari para pembenciku yang selalu menjelek-jelekkanku itu, bahkan ada yang sampai menggunakan bahasa binatang.

Menurutku semua komentar dan kritik dari para pembenciku itu aku jadikan sebagai motivasi untuk bangkit lagi menjadi lebih baik. Tapi dasarnya saja aku ini memang orangnya pemilih. Jika ditawarkan menyanyikan sebuah lagu, aku akan membacanya dulu dan menolak jika aku tidak suka dengan tema lagunya.

Sekarangpun begitu! Sebenarnya aku ingin menolak lagu yang akan dirilis musim panas ini, tapi Rin sudah sangat senang sekali karena aku akan duet dengannya bersama dengan tiga orang lainnya.

"Maaf, lama menunggu." Nah, itu orangnya ---Meiko. Dan tiga orang lainnya belum datang ke apartemen Meiko ini, kami memang sepakat ingin bersama-sama menghapal lagu di sini.

"Tidak apa-apa." Aku mematikan komputer yang tadi aku pakai untuk membuka Blog pribadiku, lalu menyambar kertas teks lagu di atas meja dan duduk di lantai bersama Meiko. Aku membaca judul lagu dan sedikit teks lagunya, lalu mengerutkan kening. "Kenapa musim panas konsepnya selalu Horror sih?"

"Mengikuti kebiasaan mungkin." Meiko mengangkat pundaknya dengan masih menatap ponsel di tangannya.

"Memangnya kamu tidak bosan?" Tanyaku.

Meiko menurunkan ponsel dari depan wajahnya dan menatapku. "Tentu saja tidak! Lagipula kita jarang duet sampai lebih dari dua orang, menurutku ini seru."

"Kolaborasi maksudmu?" Aku mengangkat alis saat mengoreksi perkataannya.

"Apanya yang salah?" Meiko kembali asyik dengan ponselnya. "Dari pada aku bosan bernyanyi bersama Kaito terus ---apalagi bernyanyi sendiri, jadi lebih baik bernyanyi bersama bintang utama kita." Dia menepuk kepalaku dengan tertawa kecil. Aku rasa dia tidak menertawakan ucapannya barusan, melainkan tertawa akan isi dari ponselnya.

"Hay Miku, Meiko. Maaf, kami terlambat." Terdengar suara Rin dari arah pintu yang memang tidak dikunci itu, dia menggandeng seorang lelaki yang sangat mirip dengannya.

"Ayo masuk, kami sedang menghapalkan lagunya." Aku mendengus mendengar Meiko mengatakan itu, bukankah dia sejak tadi bermain dengan ponselnya?

"Maaf ya, soalnya aku menunggu Len yang tiba-tiba saja sibuk dengan toilet." Rin tertawa saat mengatakannya, sedangkan saudara kembarnya hanya mendengus.

"Bukannya aku begini karena kamu?" Ucap Len saat Rin melepaskan genggamannya dan duduk di sampingku.

"Kalian sudah sampai mana?" Tanya Rin mengacuhkan Len.

"Kami baru mulai." Aku memberikan teks lagu pada Rin dan Len yang sudah duduk di tempatnya ---sofa.

"Terima kasih. . ." Ucap Len padaku.

Aku tersenyum sebagai balasannya, dan memperhatikan si kembar yang mulai serius membaca bait demi bait lagu tersebut. Ah, ternyata Meiko juga sudah meninggalkan ponsel tercintanya.

Sekarang, tinggal menunggu satu orang lagi. Orang menyebalkan yang pernah aku temui dalam hidup, orang yang sok tampan dan sok keren, seorang pecinta Ice Cream yang maniak, dan dialah orang yang paling tidak ingin kutemui di hidupku.

Aku berkacak pinggang dan menatap horror pada pintu apartemen Meiko, orang yang baru saja aku katakan tadi sudah datang. Si Aoi Ice cream.

"Hallo semuanya. . ." Sapanya ramah dengan senyum andalannya pada semuanya tidak terkecuali aku.

Aku mendecih dan duduk di tempatku semula, pura-pura fokus menghapal lagu padahal aku sangat ingin meninggalkan tempat ini karena kedatangan makhluk biru itu.

"Yo!" Jawab Len seadanya dengan mengangkat tangannya sejenak.

"Nih, bagianmu." Meiko memberikan teks lagu pada Aoi Ice Cream yang telah duduk di sampingnya.

"Ayo, dimulai saja. Yang pertama Meiko 'kan?" Usul Aoi Ice Cream seenaknya, apa-apaan sih dia? Aku saja belum baca sampai akhir, nada-nada lagunya pun belum aku baca.

"Eh, tapi tunggu dulu." Bagus Rin, aku rasa kau juga tidak ingin membiarkan Aoi Ice Cream itu memutuskan seenaknya. "Kenapa lima kalimat awal tidak bernada?" Huh, dasar Rin!

"Coba diperhatikan deh, itu hanya percakapan pembuka saja." Aku melongo mendengar si Aoi itu menjelaskan, jadi dia sudah baca teks ini sebelumnya? Soalnya kalau kulihat-lihat dari tadi, dia hanya melihat sekilas kertas di tangannya. "Bisa dilihat saat Meiko mengatakan Aru tokoro ni chiisana yume ga arimashita, dan aku mengatakan Dare ka mita wakaranai-- dan seterusnya. Benar 'kan?"

"Umm, umm..." Rin mengangguk-ngangguk mengerti. "Kaito hebat!" Serunya.

"Mungkin sebelumnya dia sudah pernah membacanya lalu ke sini." Sindirku.

"Tentu saja, aku 'kan yang buat lagunya." Lagi-lagi aku melongo dibuatnya, aku tahu kalau dia ingin sombong di depanku. "Ayo, dimulai sekarang. Soalnya kita hanya diberi waktu seminggu untuk menghapal ini."

Aku menjadi tidak semangat mendengar perkataannya, seminggu menghapal lagu itu sangat cepat ---meskipun aku sudah pernah disuruh menghapal lagu dalam waktu tiga hari saja.

Aku melirik Meiko yang langsung bisa dalam sekali ucap ---soalnya Aoi Ice Cream mengangguk-ngangguk dan bilang bagus, setelah itu dia yang baca kalimat kedua. Seharusnya setelah kepala biru ini adalah giliranku, tapi aku hanya diam tanpa mau mendengarkan ocehannya.

"Hey, Miku. Kau sakit? Sekarang giliranmu lho. . ."

"Cih!" Dengan malas aku ikuti perintah si Aoi itu. "Chisana yume wa omoi---"

"Bukan seperti itu pengucapannya." Potong si Aoi padaku. "Kau harus mengatakannya seolah kau takut akan yang Meiko bicarakan."

Aku memutar bola mataku, lalu kembali fokus agar perkataanku tidak dicela lagi olehnya. "Chisana yume wa omoimashita, begitu?" Tanyaku dengan melotot tajam padanya.

"Yap, seperti iu. Tapi kau jangan memotong-motong seenaknya, kalimatnya belum selesai." Wajahnya yang seolah senang kini malah menatap garang padaku, apa-apaan pria ini? "Sekarang ulangi!"

Gggrrrhh!

Sabar Miku, bersikaplah profesional. "Chisana yume wa omoimashita, kono mama kiete iku no wa iya---"

"Berhenti!" Apa lagi sih, maunya? "Sudah aku bilang 'kan, kau harus bicara seolah kau takut---"

"---akan yang Meiko bicarakan, begitu?" Aku berhasil mencela perkataannya, rasakan. "Kau sudah dua kali memotong perkataanku dan itu membuatku tambah kesal melihatmu Aoi Ice Cream, sekarang aku tidak peduli lagi apa yang akan kau katakan meski lagu ini adalah asli buatanmu. Aku mau pergi dan aku sarankan agar kau mencari penyanyi lain selain diriku." Aku membanting kertas yang ada di tanganku, lalu keluar dari apartemen Meiko.

Emosiku sedang meluap-luap hari ini sejak tahu bahwa aku akan bernyanyi lagi dengannya, memang bukan yang pertama kali. Tapi dia sangat cerewet layaknya nenek-nenek yang sedang menasehati cucunya.

To be continued • • •

Mohon dukungan dalam bentuk apapun~ ^_^

Es Krim Rasa Daun BawangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang