Aku melangkahkan kaki menuju ke sebuah kelas tempat biasa aku singgah sebelum menghambiskan waktu istirahat di kantin. Aku terus membalas sapaan beberapa teman yang kukenali, mencoba untuk tetap bersikap sopan walau terkadang aku juga tak begitu mengenali siapa yang ku balas senyuman.
Aku berbelok untuk masuk ke dalam sebuah kelas. Sesampainya di dalam, aku masih melangkahkan kakiku menuju sebuah meja seseorang yang sudah ku kenal letaknya dimana. Kulihat Athalia tengah memainkan handphonenya sambil mendengarkan lagu melalui earphone. Aku duduk di bangku kosong di samping kirinya, namun gadis itu belum juga tersadar dari kesibukannya.
Tanganku perlahan mengambil earphone yang terpasang di telinga kanannya, Athalia langsung tersadar dan menoleh ke arahku. Dia tersenyum manis, senyuman penyemangat setiap hari. Aku membalas senyumannya mencoba memberitahunya kalau aku bahagia melihatnya bahagia.
"Ke kantin, gak?" tanyaku yang langsung membuatnya mengangguk semangat dan mengemaskan barang-barang di atas mejanya. Melepaskan kedua earphonenya dan menaruh handphone di saku seragamnya. Tangannya mengenggam tanganku erat saat mulai beranjak menuju ke kantin.
Teman sekolahku memang sudah biasa dengan kedekatanku dengan Athalia, ditahun pertama semua menganggapku berpacaran dengan Athalia yang selalu kami berdua jawab dengan sebuah gelengan. Hingga akhirnya mereka semua lelah bersangka seperti itu dan membuat mereka biasa saja dengan kedekatan ini.
Kami berdua duduk di sebuah meja yang kosong di pojok kantin. Biasanya kami akan duduk dengan beberapa teman kami yang juga cukup dekat dengan kami, atau bisa juga Athalia ikut denganku bergabung duduk di meja anak futsal. Atau jika memang sedang bad luck, Athalia akan mengajaknya bergabung duduk di antara geng Erga yang juga memang cukup dekat denganku.
"Mau makan apa?" tanyaku pada Athalia. Dia tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "mau bubur ayam aja," jawabnya yang langsung membuatku beranjak dari duduk dan mendatangi tempat yang menyediakan bubur ayam. Setelah memesan dan mengantri cukup lama, aku membawa dua mangkuk bubur ayam dan dua gelas es teh manis dengan sebuah baki. Kulihat Athalia langsung bertepuk tangan bersemangat setelah melihatku akhirnya datang dengan membawa makanan untuknya. Dia tersenyum riang sambil tak sabaran mengambil mangkuk dari baki yang sedang kubawa.
"Besok giliran kamu yang pesen, ya. Capek tau ngantrinya," ucapku yang langsung membuatnya tertawa sambil menganggukkan kepalanya setuju.
"Woi! Pacaran mulu," ucapan seseorang membuatku dan Athalia menoleh dan menemukan Rendi, Fero dan Rina tengah berjalan menuju ke arah kami. Mereka bertiga adalah teman kami berdua saat masih kelas sepuluh, kami semua satu kelas saat itu karena masih belum ada pembagian kelas.
"Jomblo diem aja, deh," sahut Athalia yang langsung membuat mereka bertiga mencibir kesal.
"Tauk dah yang gak jomblo," ucap Rendi sambil duduk di sebelahku. Sedangkan kedua perempuan lainnya —Fero dan Rina— duduk di samping Athalia.
"Salah sendiri, orang lagi kesel juga," ucap Athalia sambil memainkan buburnya dengan sendok. Kulihat memang Athalia tampak sedikit diam hari ini, walau dia selalu tampak ceria jika berada di hadapanku.
"Kesel kenapa?" tanyaku tak bisa menahan penasaran jika mendengar kalau Athalia sedang tak baik-baik saja.
Athalia mencebikkan bibirnya kesal, "Shinta gak masuk hari ini, udah tugas kelompok sama dia," jawab Athalia yang membuatku lega. Setidaknya bukan masalah besar yang tengah dihadapi Athalia.
"Shinta gak masuk?" tanya Fero yang langsung membuat Athalia mengangguk mengiyakan.
"Erga juga lagi gak masuk...," gumam Fero pelan yang bahkan masih bisa di dengar oleh kami berlima di meja ini. Tiba-tiba terjadi keheningan yang cukup lama, memang sempat tersiar kabar kalau Erga dan Shinta sedang dekat yang dalam konteks ini Erga masih berstatus sebagai pacar Athalia.
"Udah gue bilang, kan? Erga tuh gak baik." Ucapan Rani memecahkan keheningan. Kulihat tak lama Fero juga menganggukkan kepalanya pertanda setuju dengan ucapan Rani.
"Erga tuh udah terkenal dengan gak setianya dari dulu," sambung Fero. Aku menghela napas saat melihat Athalia tak juga bergeming. Dia masih memegang sendoknya sambil menatap bubur dalam keheningan. Aku beranjak dari dudukku dan mengambil tangan kanannya yang tengah memegang sendok dengan erat. Tangannya tersentak yang langsung membuatnya menoleh ke arahku yang telah berdiri di sampingnya sambil memegang tangan kanannya. Dia menatapku dengan tatapan bertanya.
"Katanya mau ngerjain tugas, kan? Sini aku bantu," dusta gue yang masih membuat Athalia menatap gue heran. Gue mengalihkan pandangan ke arah tiga orang lainnya yang juga tengah di duduk di meja ini, "duluan, ya" ucapku sambil menarik tangannya untuk membawanya kembali ke dalam kelas. Menjauhkannya dari omongan para siswa yang pasti bisa menyakiti hatinya. Aku tak mau melihatnya menangis, aku benci melihatnya menangis.
Aku melepaskan genggaman tanganku pada tangannya saat kami sudah berada di depan bangkunya. Athalia langsung duduk di bangkunya sambil menatap ke arah bukunya dengan tatapan kosong.
"Denger," ucapku yang langsung membuatnya mengangkat kepalanya dan menatapku tepat di mata. "Jangan pikirin semua perkataan tadi, dan lanjutin hari ini dengan senyuman."
"Tenang," aku kembali menggantungkan ucapanku, membuatnya menungguku kembali melanjutkan kalimatku, "ada aku."
-----------------------
“your friends all know that guy
It's so obvious, why can't you see”
— GD Feat. Se7en - That XX (Translate)—