Seorang gadis tengah sibuk memasak sesuatu di dapurnya. Entah apa yang ia masak, yang pasti ia tampak begitu sibuk dengan kegiatannya. Rambut panjangnya diikat satu tinggi yang membuat leher jenjangnya terekspos. Rambutnya bergerak ke kanan dan kiri seiring dengan pergerakan gadis itu yang berjalan ke sana ke mari.
Aku tak bisa menahan senyumku sedari tadi saat melihat Athalia tengah sibuk memasak sesuatu untukku. Gadis itu baru saja belajar memasak dari sang Bunda dan ingin menunjukkan keahlian barunya ini padaku, walaupun agak ragu tetapi aku tetap menerima tawarannya dengan senang hati.
Ini pertama kalinya aku melihat dia memasakan sesuatu yang seribet ini sendiri. Dia biasanya hanya akan memasak mie instant atau telur dadar jika disuruh memasak sendiri, ataupun akan memasak nasi goreng jika ia memasaknya bersamaku. Namun kali ini tidak, dia bilang dia akan memasakkanku cap chai dengan seafood yang banyak.
Aku tertawa geli, dia tahu aku pecinta seafood. Dia selalu tahu apapun tentangku, kecuali tentang aku yang menyukainya.
"Mau dibantuin, gak?" tanyaku mencoba mengalihkan pikiranku yang lagi-lagi menjurus ke perasaanku.
"Engga usah," jawabnya sambil menggelengkan kepalanya heboh. Dia bahkan tak menoleh ke arahku saat menjawabnya.
"Yakin?" tanyaku lagi. Kali ini ia berhenti bergerak dan berbalik badan menjadi ke arah ku, dia menatapku kesal yang hanya ku jawab dengan cengiran khasku.
"Jangan gangguin, ih," serunya kesal sambil kembali melanjutkan acara memasaknya. Aku hanya bergumam mengiyakan dan tak ingin berniat untuk menggangguinya lagi. Aku lebih berminat untuk kembali melihatnya yang tengah sibuk.
Tak berapa lama kemudian, dia berbalik ke arahku sambil membawa sepiring penuh cap chai seafood. Tampak begitu menggugah selera terlebih ketikaku lihat terdapat banyak seafood di sana.
Dia meletakkan piring hasil masakannya ke atas meja bar tepat di depanku sedari tadi duduk. Aku segera mengambil sendok yang tersedia di ujung meja dan mulai mencicipinya. Aku bahkan hanya memasuki cap chai ini ke dalam mulutku tapi Athalia sudah tampak begitu senang seperti aku mengatakan bahwa ini makanan terenak di dunia.
"Enak," ucapku yang langsung membuat Athalia meloncat-loncat kegirangan. Kedua tangannya sibuk saling bertepuk dengan teriakannya yang menunjukkan kebahagiaan. Aku tersenyum geli melihat tingkahnya.
"Udah jangan lompat-lompat," peringatku yang langsung diturutinya. Dia mengambil kursi tinggi di sampingku dan duduk di atasnya. Aku menyendok cap chainya lagi dan menawarkannya untuk juga mencoba makanan hasil masakannya. Dia membuka mulutnya yang berarti mengiyakan tawaranku. Aku menyuapinya sambil tersenyum geli. Terlebih saat melihatnya lagi-lagi tersenyum bahagia.
Aku meletakkan sendok yang ku pegang dan mengacak-acak rambut Athalia gemas.
Tiba-tiba suara ketukkan pintu rumah terdengar dan membuat kami terhenti dari gerakan kami masing-masing. Kami saling berpandangan sebentar dan mencoba saling mengira siapa yang datang. Mungkin saja orang tua Athalia, tapi sekarang masih pukul tujuh yang berarti masih ada dua jam lagi hingga seharusnya kedua orang tua Athalia pulang.
Athalia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke pintu rumah. Aku mengikutinya dari belakang dengan berlari kecil untuk menyamai langkahnya. Aku merangkul bahunya erat sambil tersenyum geli, "cepet amat, sih."
Dia tertawa kecil ke arahku, "gak sabar mau nyombongin makanan," jawabnya yang membuatku ikut tertawa. Aku melepaskan rangkulan ku dari bahunya dan membiarkannya membuka pintu.
Dengan perlahan pintu terbuka dan menampilkan wajah seseorang dari baliknya. Senyum Athalia lantas melebar lalu merentangkan tangan untuk segera memeluk orang tersebut. Berbanding terbalik denganku yang langsung membeku di tempat dengan ekspresi yang tak bisa diartikan. Jantungku lagi-lagi terasa berhenti bekerja dan ingin lompat dari tempatnya.
Akhirnya pelukan antara Athalia dan orang itu terlepas yang membuat hatiku sedikit lebih lega. Orang itu memandang ke arahku dan menyapaku ramah. Aku tersenyum membalasnya sambil menjawab salam khas laki-laki darinya. Mataku sempat melirik ke tangan kirinya dan tak bisa menemukan apapun di sana. Aku mengerutkan dahi bingung.
Cowok itu tak memakai cincin yang diberi Athalia.
"Erga, masuk yuk. Aku ada masak loh tadi, ayo cobain," ajak Athalia sambil menarik tangan Erga untuk masuk lebih dalam ke rumahnya. Aku meringis ketika mereka berdua telah masuk ke dalam dapur meninggalkanku sendiri di ambang pintu.
Aku memutuskan untuk duduk di sofa ruang tengah sambil menghidupkan televisi. Kubiarkan Athalia bersama cowok itu yang tengah makan masakan Athalia di dapur. Walau sudah kucoba untuk fokus ke televisi yang sedang menayangkan sebuah acara, tapi aku bahkan tak bisa tidak mendengar suara mereka berdua yang tengah asyik berbincang dan tertawa di tempat aku dan Athalia duduk sebelumnya.
Aku menghela napas saat mendengar Athalia kegirangan karena dipuji oleh Erga hasil masakannya. Seharusnya hanya aku yang boleh mencoba masakannya. Seharusnya hanya aku yang boleh duduk di sampingnya. Seharusnya hanya aku...
-------------------------------
“he's not wearing that ring you gave him, there's another girl by his side
But i've said enough (i don't wanna hurt you)”
— GD Feat. Se7en - That XX (Translate)—