Aku berjalan ke luar rumah dan kembali memasuki sebuah rumah di samping rumahku. Setelah membuka pintu rumah itu dengan santai seperti rumah sendiri dan masuk hanya dengan mengucapkan salam, aku memasuki bagian rumah itu lebih dalam lagi.
Dan aku menemukannya disana, Athalia, tengah duduk di ruang tengah dengan kedua mata terfokus ke layar televisi. Senyum langsung tercetak di wajahku dengan sendirinya. Dia tampak sedikit terkejut saat aku duduk di sampingnya, namun segera terganti dengan sebuah senyuman yang selalu menjadi candu bagiku.
"Bener nih gak mau ikutan?" tanyaku kembali mencobanya sedikit goyah. Hari ini aku ada janji dengan teman sd kami—aku dan Athalia— untuk bertemu sekedar bersilahturahmi di salah satu cafe. Aku sudah mengajak Athalia untuk ikut bersama mengingat kami berdua satu sd dan juga Athalia cukup dekat dengan teman yang akan kutemui.
Dia menggeleng yakin, "gak, Erga kan mau ke sini," jawabnya yang membuatku lagi-lagi merasakan sesak. Aku sudah tahu alasan mengapa Athalia tak ingin ikut denganku, namun saat aku mendengar alasan itu lagi, hatiku selalu merasakan hal yang sama.
Aku meringis pelan, "yaudah, aku pergi dulu ya?" pamitku sambil berdiri dan membuat Athalia juga mengikutiku untuk berdiri. Dia memeluk pinggangku erat sambil menyandarkan kepalanya di dadaku. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkahnya yang kembali manja.
Kami berdua berjalan dengan posisi Athalia yang memeluk pinggangku dan aku memeluk punggungnya. Aku melepaskan pelukanku ketika kami sudah sampai di ambang pintu, aku bisa melihat Athalia merengut kesal saat aku memutuskan untuk melepaskan pelukan.
"Udah jangan cemberut, siapa suruh gak mau ikut," ucapku yang semakin membuatnya cemberut. Sepertinya dia juga ingin ikut denganku, namun karena mendengar Erga akan ke rumahnya maka dia terpaksa memutuskan untuk tak ikut.
"Aku pergi dulu. Hati-hati di rumah," pamitku lalu berbalik untuk berjalan menuju mobil yang berada di halaman rumahku. Namun langkahku terhenti ketika tanganku ditahan oleh Athalia. Aku menatapnya keheranan.
"Give me a kiss," ucapnya dengan manja.
Aku tertawa kecil, "i'll kiss you, then," jawabku lalu memegang dagunya untuk mengarahkan kepalanya menoleh ke arah kanan, lalu mencium pipi kirinya.
"Udahkan?" tanyaku yang dijawabnya dengan sebuah anggukan. Aku mengacak rambutnya gemas sebelum benar-benar pergi menuju ke cafe tempat pertemuan dengan temanku.
Sesampainya disana aku segera menemukan temanku tersebut sudah duduk di sebuah meja. Aku segera menghampirinya, dia tampak begitu senang saat melihatku akhirnya datang. Seno, salah satu teman dekatku saat sd, dia teman yang cukup enak diajak berteman. Tak terlalu suka berbicara, namun dia temanku yang paling baik dalam mendengar. Dia tahu aku menyukai Athalia, entah tahu dari mana yang jelas dia pandai menyimpan rahasia.
"Athalia gak ikut?" tanyanya yang membuatku menggeleng lemah.
"Nungguin pacarnya, ya?" tebak Seno yang langsung membuatku terdiam dalam dudukku. Aku menatapnya dengan dahi berkerut, bagaimana bisa Seno tahu? Kalaupun Seno tahu kalau Athalia sudah mempunyai pacar, itu masih masuk akal. Tetapi tahu kalau gadis itu tengah menungguinya, tahu darimana?
"Biasa aja kali ekspresinya," celetuk Seno lalu tertawa. Aku ikut tertawa walau agak canggung karena aku masih bingung.
"Sekolah dimana, Sen?" tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"SMA Pelita. Udah pernah pindah beberapa kali karena emang lingkungan yang susah nerima gue, tapi akhirnya betah di SMA Pelita," jawabnya sambil nyengir. Seno memang sering pindah sekolah, bahkan ketika kami bertemu pun karena Seno adalah murid pindahan saat kelas enam. Entah apa alasannya, mungkin karena sifat Seno yang memang sedikit aneh.
"Udah punya pacar?" tanyaku. Sedikit jijik juga sih karena pertanyaanku kayak pertanyaan gadis remaja yang baru saja bertanya dengan gebetannya.
"Udah punya calon malah," jawabnya.
"Calon pacar?"
"Calon istri," jawabnya yang langsung membuatku membelalak kaget. Cowok itu tertawa lebar melihat keterkagetanku. Aku mendengus kesal dan tak berniat mengetahui lebih lanjut jika tak ingin bertambah kesal.
"Lo gimana?" tanya Seno.
"Apanya?" tanyaku balik.
"Masih suka sama Athalia kan?" tebaknya lagi. Dan sialnya tepat, lagi.
Aku mengangguk sambil tersenyum membayangkan wajah Athalia, "dia jelas susah banget buat diabaikan," jawabku yang membuat Seno tertawa kecil.
"Dia juga gitu, kok," jawabnya dengan pasti yang membuatku lagi-lagi bingung.
'Juga gitu' apanya?
Baru saja aku ingin kembali bertanya tetapi handphone di saku kemejaku bergetar menandakan ada pesan masuk.
Satu pesan diterima dari 'Sayangku Muah Muah'
Aku tersenyum geli saat melihat nama kontak Athalia yang terpasang. Ini pasti kerjaan gadis itu kemarin saat mengotak-atik handphoneku saat di kantin. Aku membuka pesan tersebut.
Masih bareng Seno, ya? Bosen banget Erga gak dateng-dateng :(
Baru saja aku selesai membacanya aku langsung memasukkan handphone kembali ke dalam saku dan mengambil kunci mobil di atas meja. Dengan cepat aku mencoba menghabiskan americano pesananku karena aku harus segera pergi. Membaca pesan singkat dari Athalia yang begini saja membuatku langsung ingin pulang dan menemani gadis itu, bisa aku bayangkan gadis ini tengah sendirian di rumahnya dengan hanya ditemani televisi. Pasti sangat membosankan.
"Mau langsung pulang?" tanya Seno. Yaampun, aku hampir saja melupakan teman yang sedang bersamaku saat ini.
Aku mengangguk sambil tersenyum tak enak padanya, "gue pulang duluan ya, Sen. Biasa, Athalia," jawabku yang membuat Seno mengangguk paham.
"Lain kali kita atur jadwal lagi, ya," ucapku sebelum beranjak pergi. Namun ucapan Seno membuat aku memberhentikan langkahku.
"Ngomong-ngomong..." ucapannya menggantung yang membuatku memandangnya dengan tatapan ingin tahu.
"Nama kontaknya Athalia boleh juga," ucapnya sambil tersenyum jahil. Aku terdiam di tempat sambil memandanginya tak percaya, apa-apaan ini? Bagaimana cowok ini bisa tahu? Mengintip? Tapi kan mereka duduk berhadapan.
"Udah pulang sono," ucapan Seno yang mengingatkanku tentang Athalia yang sendirian di rumah menyadarkanku dan membuatku lebih memilih memikirkan masalah betapa-hebatnya, coret, betapa-anehnya-Seno lain waktu saja. Athalia jelas lebih penting sekarang, walau aku tetap penasaran terhadap Seno.
Aku melajukan mobil membelah kerlap-kerlip lampu jalan dengan tak sabaran, aku ingin segera sampai rumah dan menemani gadisku agar tak kesepian.
Ketika sampai di depan rumah Athalia, aku langsung mencabut kunci mobil. Namun gerakanku tertahan saat melihat sebuah motor sport terparkir di halaman Athalia. Aku menggeser arah pandanganku sedikit, dan menemukan mereka disana. Tengah berpelukan di ambang pintu. Sepertinya Erga baru saja datang.
Aku telat.
Padahal jelas Erga telat lebih lama, namun kenapa harus Erga yang bisa mendapatkan hatinya?
---------------------------------
“That XX, what does he have that i don't
Why can't i have you”
—GD Feat. Se7en - That XX (Translate)—