Part 13 - Busted

1.7K 119 0
                                    

Justin's POV (Point Of View)

"Anna... kau baru sekali ke klub itu saja sudah merepotkan orang." Aku bergumam pada diriku sendiri. Aku tak menyangka Anna akan semabuk itu. Tapi lucu sekali dia.

Aku melihat mata Anna terbuka. Akhirnya bangun juga dia!

"Kepalaku pusing. Justin, kepalaku pusing." Anna hanya mengeluh. Kebiasaan.

"Aku tau Anna. Kau istirahatlah ya. Kau semalam mabuk berat. Kelakuanmu sungguh memalukan. Kau lihat tidak berita di internet? Semua membicarakan tentangmu!" Kataku sambil menunjukkan berita dari TMZ.

"Ya Tuhan! Mukaku jelek sekali. Bagaimana nanti kalau ayah dan ibuku melihatnya?" Aku langsung mendekapnya dalam pelukanku karena dia menangis. Aku tidak tega melihatnya.

"It's okay Anna. Aku dulu juga seperti itu. Lebih memalukan lagi. Aku hanya dinasehati oleh ibuku. Scooter dan yang lainnya hanya diam saja." Aku membelai rambut pirangnya. Anna langsunh menatapku.

"Aku mau kesana lagi." Ucap Anna serius. What the hell?

***

Jadwal manggungku semakin padat. Aku tidak ada waktu untuk bersama dengan Anna. Anna pun sibuk dengan urusan butiknya. I missed her.

"Yo Justin, kau melihat berita ini tidak?" Alfredo menunjukkan berita itu. Berita Anna pergi ke klub malam. Apakah kau gila, Anna?

"Ya aku sudah melihatnya." Aku berbohong padanya. Alfredo pun berlalu dan aku langsung menelfon Anna.

"Hi darling." Terdengar suara bising dibelakangnya.

"What are you doing in there huh?"

"Hanya melepas penat, Justin. Tenang saja aku tidak akan membuatmu malu. Hanya singgah sebentar untuk berte-"

"Bertemu Dylan, huh?" Aku memotong kata-katanya.

"Yup, hanya bertemu saja."

"Pulanglah sekarang. Jangan membantah."

"What the fck is wrong with you? Fine. I'll go home now." She look so pissed off. I don't care. As long as she's safe.

***

"Kau sepertinya jadi sering kesini ya kalau aku tidak didekatmu?" Aku diam-diam mengikuti Anna ke klub ini. Dia sendirian.

"You know, aku kesepian tidak ada kau." Kata-katanya membuatku tersanjung. Sedikit.

"You can just call me, text me, do Skype with me. Don't come to this place again, please?" Aku memohon padanya. Sepertinya dia tidak menghiraukan ucapanku.

"No, i don't want to call you, to text you, to Skype you. Karena kau sedang dekat seseorang bukan? Aku tidak mau mengganggu hubungan barumu dengan gadis itu." Apa-apaan ini? Mengapa dia tahu aku sedang dekat dengan temannya temanku.

"Aku tidak dekat dengan siapapun Anna. Percaya padaku. Ayo pulang sekarang." Aku menarik tangannya lembut. Dia mengikutiku.

***

"Ini siapa saja, Justin?" Anna memerika foto-fotoku.

"Itu Abel, Bella, Gigi, Kendall, Hailey and me" kataku sambil menunjuk dari kiri ke kanan.

"Kenapa kau tidak dekat Abel saja? Kenapa kau dekat dengan Hailey? Ah dia kan yang sedang dekat dengan kau." Terlihat perubahan mukanya dari ceria menjadi datar. Aku takut dia akan marah padaku. Lagi.

"Kebetulan aku sebelah Hailey tadi." wajahnya sungguh datar. Kenapa aku ini? Ya Tuhan, aku sangat bersalah pada Anna. Kenapa perasaan ini ada disaat aku menjalin hubungan dengan Anna.

"Kau sepertinya memang menyukai Hailey ini ya? Hailey Baldwin? Banyak sekali fotonya denganmu." Tanya nya sambil menunjuk muka Hailey.

"C'mon Anna. Aku hanya mencintamu. Oke? Tidak usah mengkhawatirkan Hailey. We're just friend." Aku menghapus fotoku dengan Hailey sebagai tanda aku memang mencintai Anna. Akan kubuang jauh perasaan suka ini.

------
Wait for part 14

(Finish) Hurt (A Justin Bieber Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang