Part 15 - Confuse (2)

1.6K 125 0
                                    

Justin's POV (Point Of View)

Aku bingung. Sangat-sangat bingung. Antara Anna atau Hailey. Rasaku kepada Hailey sudah mulai tumbuh. Ada benih-benih cinta diantara kami. Namun aku tidak bisa meninggalkan Anna begitu saja, untuk sekarang. Karena ayahnya yang mengidap kanker. Anna butuh aku disisinya. Dia butuh dukungan dariku. Aku harus bagaimana? Harus ada salah satu yang menjadi korban. Argh, kepalaku pusing.

***

"Hi Mr. Harper," sapaku kepada ayah Anna, Albert Harper. Wajahnya sungguh pucat. Badannya pun sudah sangat kurus. Tanpa sadar air mataku keluar. Aku tak bisa membayangkan jika ada diposisi Anna. Aku harus selalu bersamanya. Dia terlalu lemah untuk semua ini. Aku menggengam erat tangan Anna. Dia hanya tersenyum melihatku.

"Oh hi, Justin Bieber." he spelled my name right. Biasanya dia memanggilku Justin Beiber. Aku tahu itu hanya untuk mencairkan suasana saja.

"Ayah, Justin kesini jauh-jauh kesini hanya untuk bertemu denganmu." Anna terlihat bersemangat sekali ketika berbicara dengan ayahnya. Aku hanya menaikkan alisku pertanda 'iya' sambil tersenyum.

"Oh, kau sungguh baik sekali nak. Beruntung sekali Anna bisa bersamamu nak." Kata-kata itu makin membuatku bersalah kepada Anna. Terutama kepada Ayahnya.

"Aku akan menjaga Anna untukmu, Ayah." Aku terpaksa berbohong kepada Albert. Aku tak ingin mengecewakannya di penghujung umurnya.

"Baiklah Anna, Justin, suamiku harus istirahat dulu, oke?" Anita, Ibu Anna mengingatkan kami. Kami langsung keluar kamar.

-

"Maaf ya hari ini merepotkanmu." Anna membuka percakapan ketika kami sampai dimobil.

"It's okay Anna. Aku telah menganggap ayahmu sebagai keluargaku dan sudah menjadi kewajiban bukan untuk menjenguk keluarga?" Terlihat air mata Anna yang membasahi pipi meronanya. Aku langsung memeluknya dan mengelus rambutnya lembut. "Kau pasti bisa melalui ini, Anna. Aku akan selalu berada disisimu."

***

Sudah 1 minggu ini aku tidak ada kontak dengan Hailey. Apa kabarnya wanita itu? Kind of miss her.

Hari ini jadwalku padat sekali. Setiap aku selesai berkegiatan, aku selalu menelfon Anna. Untuk memastikan dia baik-baik saja. Handphoneku bergetar. Ah ada pesan masuk.

From: Hailey Baldwin

Hi, have a time to meet? At Starbucks. See ya there

Wanita ini. Suka sekali ingin bertemu mendadak. Tapi aku tidak bisa menolaknya. Aku ijin ke Scooter untuk mencari udara segar. Aku bisa mati kalau Scooter tahu aku pergi menemui Hailey.

-

"Hi whats up," ucapku kepada Hailey yang sedang melamun.

"Hi. I missed you already Justin." Senyuman Hailey membuatku mengingat kembali dimana aku dan dia pergi diam-diam ke apartemenku. Aku menyukai rambut pirangnya. Tidak dengan Anna. Anna mengecat rambutnya coklat sama seperti rambutku dulu. Aku tidak suka.

"Jadi ada apa kau mau bertemu denganku disini?" Tanyaku ketus.

"Hanya ingin melihat mukamu. Apa kabar Anna? Aku turut bersedih saat mendengar Albert Harper terkena kanker. Salam ya untukknya." Senyumannya sangat tulus.

"She's fine. Terkadang dia menangis semalaman. Terkadang dia senang sekali bercerita tentang ayahnya, lalu dia menangis lagi. Seperti itu siklusnya. Aku hanya bisa memberinya semangat."

Alu jadi teringat dengan wajah Anna yang sangat bahagia ketika dia bercerita tentang ayahnya yang membelikannya bunga mawar setiap ulang tahunnya. Lalu 1 menit kemudian dia menangis karena ayahnya tidak akan lagi memberi bunga mawar ketika dia ulang tahun nanti. Lalu dia akan bercerita lagi dan dia akan menangis lagi.

"Oh, okay. Sampai bertemu lain kali, Justin." Hailey pun berlalu dari pandanganku. Aku harus membuang rasaku kepada Hailey.

***

Hari ini aku mengosongkan jadwalku untuk menginap dirumah Anna. Dia ingin berduaan bersamaku.

"Kau ada cerita apa?" Tanya Anna antusias.

"Umm.. kemarin aku bertemu Hailey." raut wajah Anna berubah ketika aku menyebut nama Hailey.

------

Wait for part 16

(Finish) Hurt (A Justin Bieber Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang