Part 21 - Dylan

1.5K 112 0
                                    

Anna's POV (Point of View)

Aku merasakan kecanggungan di dalam studio ini. Sedari Justin menyapaku, semua orang distudio ini diam. Aku dan Justin menjadi ikut diam.

"Baiklah rekaman untuk hari ini selesai, Justin. Kau bisa pergi." Suara yang kurasa Kuk Harrell memecahkan kesunyian ini. Untung saja dia berbicara.

"Akhirnya! aku pulang ya semua," kata Usher. diikuti dengan Mike, Pattie dan Scooter yang keluar studio yang alhasil meninggalkanku dengan Justin berdua di studio ini. Hanya berdua.

Keadaanpun menjadi lebih canggung.

"Kau apa kabarnya Justin?" Aku memberanikan diri untuk memulai percakapan. Sebenarnya aku sungguh gengsi. Tapi mau sampai kapan kami akan berdiam diri?

"Aku sangat baik Anna. Kau tidak ma-"

"Tentu saja tidak, Justin. Itu sudah berbulan-bulan yang lalu. Tidak usah terlalu dipikirkan." Aku memotong pembicaraan nya. Terlihat kelegaan dimuka Justin. Mungkin dia senang mendengar klarifikasi dariku.

"Um, bagaimana kau dan Hailey?" Aku bertanya dengan hati-hati. Aku takut merusak momen indah ini.

"We're great. Super great." Aku hanya bisa tersenyum mendengarkan Justin. Dia terlihat bahagia sekali.

"Baiklah. Aku pulang dulu. Aku kesini hanya untuk bertemu dengan Pattie dan Scooter." Aku beranjak dari sofa menuju pintu keluar.

"I really miss you, Anna." Aku mendengar kalimat itu ketika membuka pintu keluar. Aku tak menghiraukan dan langsung menutup pintu. Is he really missed me?

***

Aku masih memikirkan kejadian itu. Dimana aku bertemu dengan Justin, lagi, setelah berbulan-bulan lamanya. Setelah insiden itu, aku tidak pernah memikirkan dia lagi. Baru hari ini otakku dipenuhi oleh Justin. Lagi. Ah, dia mengganggu pikiranku saja.

Apa kau mulai menyukainya lagi, Anna? Tentu saja tidak. Aku tidak akan lagi jatuh ke jurang yang sama.

"Nona Anna, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu." Lamunanku buyar ketika pegawaiku memanggilku. Aku dengan beristirahat di ruang khusus di butikku. Saat aku masuk ke dalam butik, aku melihat wanita itu. Wanita yang dulu pernah merebut Justinku.

"Hi Anna. Aku kesini hanya mau memesan baju." Terlihat Hailey sungguh canggung berbicara kepadaku. Aku merasa jadi tidak enak dengannya. Karena dia merasa merebut Justin dariku dan sekarang aku menjadi temannya.

"Kau tidak usah canggung begitu Hailey. Yang lalu biarlah berlalu." Kulihat muka Hailey mulai cerah. Aku suka sekali dengan senyumannya. Pantas saja Justin lebih memilihnya.

-

"Baiklah Anna. Terima kasih" Hailey berpamitan padaku dan keluar butik. Dia memesan baju untuk pergi ke acara penghargaan minggu depan. Seharusnya aku yang menemani Justin bukan dia. Anna ayolah kau ini. Aku harus mencoret nama Justin dari otakku.

Drrtttt.. panggilan masuk dari Dylan.

" Hi Anna, kau sedang apa?"

"Ah aku hanya sedang duduk saja di butik, kau sedang apa?"

"Aku sedang memikirkanmu. Sekarang aku lagi break syuting. Masih ada waktu 3 jam lagi untuk kita berbicara. Kau mau kan menemaniku?"

"Sure, Dylan. Sebaiknya kau bercerita saja daripada kita tidak ada bahan obrolan."

"Um, apa ya? Aku sedari tadi membaca skrip, lalu take scene, lalu aku break sekarang. Kalau kau bagaimana?"

"Aku hanya bersantai saja dibutik. Tidak ada kegiatan spesifik. Hanya merapihkan tatanan letak aksesoris."

"Aku dengar kau bertemu dengan Justin waktu itu?" ternyata Dylan sungguh update dengan beritaku.

"Sebenarnya aku hanya ingin bertemu dengan Pattie dan Scooter. Tapi aku mendapat bonus, bertemu dengannya."

"Bagaimana perasaanmu, Anna? Apakah kau senang?" Pertanyaan kau ini, Dylan. Menyebalkan sekali.

"Biasa saja. Tidak senang. Tidak sedih," kataku singkat.

-

"Anna, sepertinya sekarang giliran aku untuk take. Terima kasih sudah mau meluangkan waktumu untuk menemaniku."

"It's okay Dylan. Aku senang sekali menemanimu."

"Bye.  I Love You." Jantungku rasanya berhenti berdetak. Semenjak Dylan memberi bunga waktu itu, dia tidak pernah bertindak aneh. He said I Love You? To me?

"Bye." Aku masih belum berani menjawab kata-kata yang membuatku sangat gugup.

-------

Wait for part 22

(Finish) Hurt (A Justin Bieber Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang