Arsenik... Unsur kimia non-logam yang memiliki tiga bentuk alotropik berwarna kuning, hitam, dan abu-abu, serta memiliki bentuk stabil berwarna perak abu-abu. Seperti dirimu yang kulihat saat ini, bukan kuning atau hitam tetapi warna perak yang begitu indah dan mengkilap. Tak ada yang menyadari, di balik keindahanmu itu ada kerapuhan tak kasat mata. Tertutup rapat dan rapi. Terlihat kokoh di luar tapi terdapat rongga besar di dalamnya.
Aku baru mengenalmu dan kuakui senyum milikmu itu sangat menawan. Tapi sadarkah kamu, tatapan sendumu tak akan pernah bisa membohongiku. Mata indahmu tanpa sengaja telah membagi sedikit rasa perih pada hatiku. Sudah sering kudengar bahwa orang yang memiliki senyum terindah adalah orang yang pernah merasakan kesakitan yang mendalam. Aku setuju dengan apa yang telah mereka katakan karena aku telah menemukan bukti yang nyata. Dirimu.
Lalu...
Bagaimana aku bisa membantumu kalau kamu tak pernah mau membuka cangkang indahmu?
Apakah aku harus menerobosnya?
Apakah aku harus meleburnya?
Jelas tidak mungkin...
Karena Arsen memiliki titik lebur yang tinggi 814 derajat Celcius. Alih-alih berhasil meleburkan pembatasmu... Untuk memulainya saja aku tak mampu. Aku takut terbakar. Aku takut melepuh. Aku takut tak akan bisa melihat isi cangkangmu karena aku pasti telah menjadi abu.
Karena aku bukan Besi yang bisa kamu lindungi. Aku adalah Radon. Unsur kimia yang tergolong Gas Mulia paling berat. Inert, tak berwarna, tak berbau... tapi aku ada. Aku nyata dan aku berbahaya.
Aku memang tak mudah bereaksi dengan unsur lain, tapi hanya denganmu aku ingin membentuk senyawa baru yang belum ada di dunia ini. Dengan cintaku ini, aku ingin bersama menghabiskan sisa umurku.
Namun...
Aku sadar. Semua itu tak akan pernah terjadi. Sifat radioaktif yang kumiliki akan menghancurkanmu. Seperti cintaku ini yang akan menyeretmu ke dalam belenggu hinaan yang bahkan tak pernah kamu bayangkan sebelumnya.
Jadi...
Aku memilih untuk tetap berada di kedudukanku sebagai unsur yang inert. Tak terikat dan tak ingin mengikat siapapun. Meski aku sangat mengingkanmu, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Karena aku bukan Besi yang bisa kamu lindungi.
.
.
.
Awalnya ku tak mengerti apa yg sedang kurasakan
Segalanya berubah dan rasa rindu itu pun ada
Sejak kau hadir di setiap malam di tidurku
Aku tahu sesuatu sedang terjadi padakuSudah sekian lama ku alami pedih putus cinta
Dan mulai terbiasa hidup sendiri tanpa asmara
Dan hadirmu membawa cinta sembuhkan lukaku
Kau berbeda dari yang ku kiraAku jatuh cinta kepada dirinya
Sunguh sungguh cinta oh apa adanya
Tak pernah ku ragu namun tetap selalu menunggu
Sungguh aku jatuh cinta kepadanyaCoba-coba dengarkan apa yang ingin aku katakan
Yang selama ini sungguh telah lama terpendam
Aku tak percaya membuatku tak berdaya
Tuk ungkapkan apa yang kurasaAku jatuh cinta kepada dirinya
Sunguh sungguh cinta oh apa adanya
Tak pernah ku ragu namun tetap selalu menunggu
Sungguh aku jatuh cinta kepadanyaKadang aku cemburu, kadang aku gelisah
Seringnya ku tak tentu lalui hariku
Tak dapat ku pungkiri hatiku yang terdalam
Betapa aku jatuh cinta kepadanya.
.
Mulutku kembali menggumamkan lirik lagu yang sudah kuhafal di luar kepala beberapa hari ini. Sejak Mas Damar mengajakku untuk membeli kue dan juga kalung indah sebagai persembahan baktinya, aku semakin tak bisa melupakan dia walau hanya sebentar saja.
Dia telah membuatku kagum, rasa sayangnya pada Bu Ratri telah menyihirku. Dia telah berhasil membuat hatiku jatuh sejatuh-jatuhnya. Ya, aku menyayangi Mas Damar. Mungkin bukan hanya sayang, tetapi rasa ini adalah cinta.
Mas Damar selalu menyempatkan mampir ke tokoku selepas jam kerja kantornya. Dia menyempatkan untuk menemaniku, bahkan sering sekali hingga dia terlambat pulang. Entah apa yang membuatnya menjadi begitu perhatian pada diriku. Dia selalu membawakan makanan atau sekedar kudapan untuk aku dan Alif. Seperti sore ini, dia sengaja membawakan martabak manis kesukaan Alif.
"Mas, jangan sering-sering bawain makanan kayak gini. Ya bukannya melarang, hanya saja saya nggak mau kalau Alif jadi punya ketergantungan sama Mas Damar," lirihku saat Mas Damar duduk di sebelahku.
"Nggak apa-apa Ka. Lagian saya senang bisa berbagi bersama kalian. Jujur saja, saya sudah anggap Alif seperti adik saya sendiri."
"Tapi Mas..."
"Iya iya... saya akan mengurangi intensitas membawa makanan untuk kalian."
Mas Damar selalu memilih untuk menuruti permintaanku ketimbang perdebatan tak berujung. Aku hanya menyunggingkan senyuman sebagai tanda terima kasih. Dia pun menarik pelan bahuku agar jarak kami semakin dekat. Gestur inilah yang paling aku sukai dari Mas Damar.
Tangan kokohnya selalu bisa membuat diriku larut dalam kedamaian dan juga saat telapaknya membelai rambutku dengan lembut selalu membuatku merasa nyaman. Kali ini kucoba memberanikan diriku untuk menyandarkan kepala di bahu tegapnya. Belaian tangannya tak kunjung berhenti, membuat aku semakin larut dalam kehangatan.
"Mas..."
"Hmm..."
"Apa Mas Damar nggak risih kalau saya nyandar kayak gini?"
"Nggak Ka. Saya justru suka kalau kamu nyandar kayak gini."
"Kenapa?"
"Apa saya harus punya alasan?"
Mendengar jawaban itu, mulutku seperti terkunci. Memang tak perlu alasan, tapi apakah wajar jika dua orang lelaki bersikap seperti ini kalau diantara keduanya tidak ada hubungan apa-apa.
Sebentar... Harusnya memang tak boleh ada hubungan spesial antara dua orang lelaki.
Ah... Memikirkan ini semua membuat kepalaku pusing. Aku jadi serba salah.
"Tapi Mas..."
"Azka, bisa kah kamu tidak terlalu memikirkan semuanya? Saya hanya merasa nyaman saat bersamamu. Apakah itu tidak cukup untuk menjadi sebuah alasan?"
Tepat sekali... Jawaban itu berhasil menyudutkan diriku. Lalu, bagaimana aku akan melanjutkan argumenku? Bagaimana aku bisa tahu apa kamu punya rasa cinta yang sama seperti milikiku ini, Mas?
Mungkin hanya diam dan cukup menikmati semua momentum ini.
Hanya ini yang bisa kuraih darimu, Mas.
Hanya ini...
.
.
.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
HEMPAS
Romance"... Jangan pernah memberi sesuatu yang tidak bisa kau berikan! ..." Playlist Original Sound Track in this Story: 1. Imagine Dragon - Radioactive 2. Maliq and d'essential - Dia 3. Roulette - Aku Jatuh Cinta 4. Ellie Goulding - Hanging On 5. Christin...