PAMIT

3.6K 298 80
                                    

Langit kelabu mulai menitikan butiran-butiran kapas putih yang mampu membekukan diri. Indah, sungguh Indah. Namun setelahnya hanya ada kesunyian yang menyakitkan. Sepi, dingin, dan sendirian.

Berada di tepian takdir seperti ini sangat tidak menyenangkan. Antara ada dan tiada ... antara hidup dan mati.

Aku masih harus melihatmu yang penuh kesedihan dari tempatku di sini. Mas Damar, kamu tak harus memaksakan cintamu. Kamu tak harus mempertahankan diriku yang ada di ingatanmu. Buka hatimu mas, masih banyak orang di luar sana yang lebih pantas mendapatkan cintamu.

Memang cinta itu kadang memberikan rasa sakit yang tak terperikan, tapi itulah proses yang harus kita lewati untuk menuju kebahagiaan. Bukankah seperti itu, mas?

Seperti keadaan kita saat ini. Dua jiwa yang terpisahkan oleh dua dunia. Kamu nyata di sana, sedangkan aku semakin sirna terkikis masa.

Hanya 40 hari waktu yang kupunya untuk menikmati setiap detiknya memandangi wajah sendumu. Tolong mas, beri aku sedikit senyummu agar ringan langkahku meninggalkan peraduan ini.

Masih ada banyak orang yang menyayangimu. Kumohon lihatlah kepada mereka yang masih berdiri tegar untuk mendukungmu.

Sesungguhnya aku tak akan meninggalkanmu. Aku selalu ada di satu ruang dalam hatimu, mas. Semua masih sama, hanya saja ragaku tak diperbolehkan menyanding ragamu. Karena suratan takdir ini hanya mengizinkan hatiku untuk memuja hatimu, hanya itu.

Jika kita memaksa untuk bersatu, yang ada kamu hanya takut kehilanganku. Bukan malah melindungiku dengan semua kesederhanaanmu.

Mas Damar, kumohon biarkan aku pergi mas. Biarkan diriku terkikis waktu dari ingatanmu.

.

.

.

Arseno Damar Paramaditya,

Tak ada penyesalan dalam hatiku.
Mengenalmu adalah kado terindah yang pernah kudapatkan seumur hidupku.
Mencintaimu adalah warna terindah dalam hidupku.

Mungkin kita tak bisa bersatu di dunia-Nya, tapi masih ada kesempatan untuk kita bersatu di dalam surga-Nya, jika Dia, Sang Maha Pemberi Cinta, menghendaki atas segalanya.

.

.

Jika aku diberi dua pilihan, 'dot' atau 'backspace', maka aku akan memilih 'dot'.
Bukan untuk mengakhiri semuanya, tapi untuk memulai pembaharuan dalam kisah kita.

Aku tak akan pernah memilih 'backspace'. Karena di sana hanya ada dua jalan yang akan menghentikan segalanya.

Menghapus kenangan,

Atau,

Menutup ruang.

Aku bukan mesin yang hanya mengerti 0 dan 1 dari transmisi sinyal arus listrik yang mengaliri jaringannya.

Aku bukan mesin yang hanya tahu fungsi 'if else'. Yang akan terus memproses saat semua syarat terpenuhi dan berhenti saat satu syarat tak mampu dicukupi.

Bukankah dengan dua ruang yang memisahkan jiwa ini, kita bisa saling mencintai?

Bukankah dengan dua ruang yang memisahkan jiwa ini, kita bisa saling memiliki?

.

.

Yakinlah mas,

Aku akan baik-baik saja selama kamu masih percaya bahwa cintaku hanya milikmu.

Aku akan baik-baik saja selama kamu memilih bahagia untukku.

Tak ada yang berubah dalam kisah ini, hanya raga dua insan yang tak bisa beriring menjejak waktu.

.

.

Kucukupkan perjalanan ini, mas.
Kucukupkan memandangmu seperti ini.
Kucukupkan untuk menangisi kesedihanmu.

Semoga apa yang ada di hatimu akan selalu menerangi jalan panjangmu.

Arseno Damar Paramaditya,
Aku cinta kamu...

Sampai jumpa kembali di lain dunia yang mengizinkan aku memilikimu.

.

.

.

[Selesai]...

***

HEMPASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang