Sepuluh - Ketangkap Basah

8.2K 461 1
                                    

"Kenapa nggak suka?" Entah kenapa Bian ingin melanjutkan percakapan mereka yang berbeda dari biasanya.

"Urusanku bukan urusanmu. Udahlah, tidur sana! Besok berangkat pagi kan?"

"Bukan urusanmu." Kali ini Bian yang mengatakan hal itu. Emora merengut, dibawanya baskom ke dapur. Ia malas mencuci jadi dibiarkan saja tergeletak di bak cuci piring.

"Dari mana kamu tau aku terluka?" tanya Bian. Ia tiba-tiba muncul di belakang Emora yang baru saja menyimpan kotak p3k.

"Salam dulu bisa nggak? Bikin jantungan," sungut Emora, "kenapa kamu mau tau?"

"Karena aku penasaran."

"Miko yang cerita. Sebagai adik yang bertanggungjawab aku harus merelakan waktu tidurku buat ngobatin lukamu."

Bian geram. Ditariknya lengan Emora mendekat, telunjuknya terulur ke wajah gadis itu. Meraba seluruh permukaannya. Emora bergidik, ia menepis tangan Bian.

"Udah cukup main-main."

"Oh jadi aku harus serius untuk melakukannya," bola mata Bian menjelajahi tubuh Emora. Perlahan dari bawah ke atas dengan tatapan menggairahkan.

"Mau apa?"

"Sesuatu yang seharusnya aku lakukan sejak kemarin. Menikmati apa yang aku punya. Terserah kamu mau menolak, di rumah ini cuma kita berdua. Aku bisa melakukan apa pun. Termasuk ini," Bian menarik dagu Emora untuk mendaratkan ciuman di bibir mungilnya.

Belum sempat Emora menolak, Bian sudah lebih dulu menguasainya. Ciumannya terkesan menuntut. Emora gelagapan tapi ia tidak hilang akal. Diremasnya tangan Bian yang terluka sampai si empunya mengerang.

"Apa yang kamu lakukan?" bentak Bian.

"Membela diri dari pria mesum." Emora berlari ke kamarnya. Mengunci pintu rapat-rapat. Ia takut Bian melakukan ancamannya tadi.

Susah payah ia mengatur detak jantungnya yang bergejolak. Ada apa dengan dirinya? Ia tidak mungkin terbawa suasana.

"Sial," desisnya marah. Ia merasa dirinya ingin menuntut lebih banyak dari sekedar ciuman itu. Ia ingin hal yang baru.  "Astaga," ia menepuk kepalanya keras. Berusaha membuang pikiran buruknya.

Bian bukan tipe suami yang ia inginkan. Ia harus bisa menguasai diri.

*

Emora menguap lebar. Tidurnya kurang nyenyak semalam. Kepalanya dipenuhi sosok Bian yang menampakkan wajah mesumnya. Terlalu seksi untuk dilewatkan.

Ia bermalas-malasan di tempat tidur. Seperti biasa tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan pagi-pagi. Tiba-tiba saja ia ingin membuka hapenya yang semalam dibiarkan teronggok di meja.

Orangtuanya belum menghubunginya. Mereka benar-benar membiarkan dirinya dimangsa pria mesum itu. Apa selama bertahun-tahun hidup bersama tidak membuat mereka merasa kehilangan dirinya?

"Aku mau pulang," Emora menyembunyikan wajahnya di balik bantal, menangis sesenggukan.

Tok tok tok!

"Ra," suara Bian terdengar dari luar.

Emora mendongak. Ia tidak sedang berhalusinasi kan? Bian masih di rumah? Ia berlari ke arah pintu menempelkan telinga di permukaannya.

"Mau apa?"

"Tolong aku."

Emora mengerutkan kening. Kepala laki-laki itu terantuk sesuatu sampai minta tolong padanya? Atau jangan-jangan Bian ingin memancingnya keluar dari persembunyiannya?

1-TRAP-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang