Surprise?

8.3K 274 13
                                    

Author  Pov

*drrttt*    *drrttt*

Liana merasakan ada sesuatu yang bergetar di bawah bantalnya. Tangannya sibuk meraba-raba benda yang dicarinya. Setelah menemukan HPnya ia langsung menggeser layarnya ke arah kanan

"Hallo"

"Lianaaaaaaaaaa... Lo kuliah ga hari ini?? Udah 2 hari lo ga masuk. Kita kangen tau"

"nghh gue kira siapa. Gatau nih, nanti gue kabarin deh kalo kuliah"

"hmm..  oke deh, bye honey. Muahhhh"

"Bye" 

Liana langsung menaruh HPnya diatas meja disebelah ranjang. Telepon dari Irene tadi cukup ampuh menganggu tidurnya. Ia membalikan tubuhnya menghadap Clarisa. Liana memandangi setiap inci wajah Clarisa. 

"Alisnya bagus" Batinnya. Baru kali ini Liana memperhatikan secara detail wajah Clarisa. Tanpa sadar tangannya mendekat ke arah wajah Clarisa. Dengan hati-hati ia membelai alis Clarisa dengan ibu jemarinya. Senyum langsung mengembang di kedua sisi  bibir indahnya. Belaian tangannya mulai turun ke arah mata, hidung lalu bibir Clarisa. Cukup lama Liana memandangi bibir ranum itu. Tanpa ia sadari sedari tadi Clarisa sudah terbangun dan bingung dengan perlakuan Liana kepadanya.

"Pagi Liana"

"Eh... kamu udah bangun ? kok ga bilang-bilang?"  Tanya Liana gugup dan langsung menarik dengan cepat tangannya dari wajah Clarisa

"Jadi kalo mau bangun tidur aku harus bilang kamu dulu?"

"Bukan gitu.. emm..  Itu alis kamu asli?" Lagi-lagi Liana melontarkan pertanyaan bodohnya

"Menurut kamu gimana? Kan kamu udah megang alis aku tadi."

"Eh iya ya hehehe. Alis kamu bagus Clar. Aku suka. Emm aku buat sarapan dulu ya"

Liana hendak bangun dan turun dari ranjang tetapi Clarisa menariknya kembali ke tempat tidur.

"Nanti aja. Aku peluk kamu ya ?" Clarisa langsung melingkarkan tangannya di perut ramping Liana dan meletakan kepalanya di bahu Liana. Liana tidak menolak perlakuan Clarisa. Kalau saja yang memeluknya saat ini adalah Irene atau Deska pasti ia sudah merasa risih. 

"Maaf aku udah sering banget ngerepotin kamu. Aku ngerasa kamu itu bidadari yang sengaja dikirim Tuhan buat nyelametin aku. Aku gatau harus gimana buat bales kebaikan kamu. Kalau kamu mau aku bisa jadi pemuas nafsu kamu. Aku tahu pasti rasanya beda, tapi apa salahnya dicoba dulu?" Lanjutnya

Clarisa menaikkan wajahnya dan menatap lekat kedua mata Liana satu persatu. Liana yang merasa diperhatikan langsung membuang tatapannya ke arah yang lain. Ia merasakan rambut-rambut halus di leher bagian belakang mulai berdiri. Wajahnya memanas dan merah seperti kepiting rebus. Tawaran dari Clarisa benar-benar tidak masuk akal pikirnya. Liana kehabisan kata untuk menjawab tawaran Clarisa. Sudah hampir 5 menit dia diam dan tidak mengeluarkan 1 katapun. Clarisa yang mengerti perasaan Liana saat ini pun langsung angkat bicara.

"Kamu bisa jawab tawaran aku lain kali. Aku ga maksa kamu kok, tapi kalo emang kamu mau, kamu bisa bilang kapan aja. Aku siap kapanpun dan dimanapun. Sekarang kamu bisa lanjutin aktifitas kamu"   Clarisa melepaskan pelukannya. Dengan sigap, Liana langsung berdiri dan berjalan cepat ke kamar mandi.

Di kamar mandi Liana hanya diam di bawah shower yang terus menyemprotkan air ke arah kepalanya. Seperti wanita-wanita galau yang baru saja diputuskan pacarnya, namun berbeda dengan Liana. Ia galau dengan tawaran Clarisa yang sebenarnya ia butuhkan tetapi ia malu untuk menerimanya. Tidak pernah dalam hidupnya ia berhubungan intim dengan wanita lain. Mungkin ini akan menjadi hal tergila yang pernah ia lakukan kalau ia menerima tawaran Clarisa tadi.

"Akhhhh.. peduli amat gue sama tawaran Clarisa" Batinnya

Selesai mandi, Liana langsung mengeringkan rambut dan bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Ia mempercayakan apartemennya ini kepada Clarisa selama kuliah nanti.

"Clar, aku pergi kekampus dulu ya. Paling jam 6 aku udah balik. Kamu mau nitip sesuatu ga?"

"Hmmm.. Ga deh"

"Kalo mau makan kamu cari aja ya di kulkas. Ada kornet dan makanan kaleng lainnya. Aku tahu kamu lapar karena belum sarapan tadi"

"Iya kamu juga jangan lupa sarapan dikampus."

"Oke kalau begitu aku pergi dulu ya, bye"



Clarisa Pov

"Haahh" Aku merebahkan diri di sofa empuk milik Liana. 3 hari aku menginap di apartemen ini. Tidak ada rasa canggung atau malu sedikitpun. Anehnya, Liana juga tidak ada niatan untuk mengusirku. Kita sama-sama seperti saling bermutualisme. Aku membutuhkan tempat tinggal dan Liana sepertinya membutuhkan teman. Ngomong-ngomong tentang tawaranku ke Liana tadi, aku sama sekali tidak serius. Aku yakin sekarang Ia masih memikirkan hal ini. Hahaha.. Lucu sekali wajahnya yang memerah seperti anak kecil. 

*Kruyuk* *Kruyuk*

Pukul 11an memang sudah waktunya perutku meminta jatah. Aku berjalan ke dapur dan membuka kulkas. 

"Wah banyak juga bahan-bahan untuk membuat makanan"

Di kulkasnya banyak sekali jenis-jenis sayuran dan buah. Tapi selama menginap dirumahnya, Liana selalu membuat makanan-makanan instan. Dasar anak aneh. Aku hanya menggoreng telur dan nugget untuk makan siangku. 

Tiba-tiba terbesit sebuah ide di benakku. Gimana kalau aku membuatkan makanan untuknya sepulang kuliah nanti? Suasana makan nanti akan kubuat sedikit berbeda. Akan ku taruh lilin-lilin kecil menuju meja makan, seperti film-film romantis. Mungkin aku juga akan menggodanya setelah selesai makan nanti. Ahh.. aku tidak sabar melihat wajahnya yang sedang gugup. 

"Oke, akan ku mulai dengan memasak. Sepertinya sayur asam cocok"

"Tapi.. sepertinya sayur asam kurang romantis. Hmm.. lebih baik aku memasak nasi goreng seafood. Pasti Liana akan menyukainya. Semoga aku masih ingat cara memasak nasi goreng seafood yang mama ajarkan sebelum aku pergi merantau. Lets do it Clarisa!"

Aku mengumpulkan semua bahan-bahan terlebih dahulu. Setelah itu aku langsung memasaknya. Butuh waktu cukup lama karena aku lupa urutan-urutan yang mana harus aku masukan dulu ke dalam penggorengan. Tidak terasa sudah pukul 4 sore, makanan sudah siap. Sekarang waktunya menaruh lilin-lilin sepanjang jalan dari pintu masuk ke arah dapur. Menata lilin tidak membutuhkan banyak waktu, aku hanya harus menyamakan sisi kiri dan kanan. Setelah selesai, aku langsung mandi. 

"Aduh gawat udah jam 17.45"

Aku berlari mencari korek api dan menyalakan lilin satu persatu. 

*Cekrek* Suara pintu dibuka





TBC


Wrong RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang