Are you kidding me ?

8.1K 303 17
                                    

Liana Pov

*Cekrek* Aku membuka pintu apartemenku

"Kok gelap?" Ahh.. Mungkin Clarisa pergi keluar dan lupa menyalakan lampunya. Aku berjalan kekamarku untuk merebahkan diri karena lelah seharian berkuliah. Baru beberapa langkah, aku mencium aroma masakan yang sungguh harum. Yang awalnya tidak begitu lapar, mendadak perutku berbunyi. Aku membalikkan langkahku menuju dapur.  Aku cukup kaget dengan apa yang kulihat saat jalan menuju dapur. "Apa-apaan ini?" pikirku. Sepanjang jalan terdapat lilin-lilin cantik yang berjejer di seblah kiri dan kanan dengan aroma khas melati yang sungguh menenangkan.

Sesampainya didapur, aku melihat Clarisa sedang duduk manis di meja makan yang juga dihias dengan lilin.

"Hei Clar, kamu yang buat semua ini?"

"Of course" Katanya sambil tersenyum

"Sorry, tapi hari ini bukan ulang tahunku, jadi kamu ga usah repot-repot membuat semua ini"

"Aku membuat semua ini untuk berterima kasih atas semua kebaikan kamu. Duduk lah." Ajaknya sambil menunjukan arah tempat duduk di sebrangnya dengan menggunakan wajahnya.

Aku berjalan ke meja makan dan duduk di sebrang tempat duduk Clarisa. Masakannya sungguh harum. Aku tidak menyangka seorang seperti Clarisa bisa memasak. Semoga rasanya sepadan dengan aroma yang dikeluarkan dari masakannya. 

"Ngomong-ngomong, thanks udah ngebuatin semua ini"

"Ayo cepat di makan, nanti kalo dingin jadi gak enak."

"Ah iya iya. Selamat makan Clar"

"Selamat makan juga Liana"

Ku ambil sesendok nasi goreng buatan Clarisa dan kusuapkan ke mulut. "Enak" batinku. Rasanya sungguh pas, seperti masakan-masakan dari restoran mahal. Sendokan kedua rasanya masih sama. Kurasa mulutku mulai ketagihan merasakan nasi goreng buatannya. Belum habis betul makanan dimulutku, aku sudah menambahnya lagi. Di suapan ketiga ini aku merasakan ada sesuatu yang kenyal, seperti... udang

"Tunggu dulu, ini beneran udang?" Kataku dalam hati. Ku aduk-aduk nasi goreng yang ada di hadapanku. Benar saja, yang barusan aku makan adalah udang. Bodohnya, aku tidak memeriksa dulu apakah makananku terbebas dari udang dan sekarang aku sudah menelan suapan tadi. Kulihat Clarisa nampak bingung dengan kelakuanku.

"Kenapa? Ga enak ya?" Tanyanya dengan wajah yang sedikit berkerut

"Enak, enak. Tapi..."  Kataku dengan perasaan tidak enak takut ia merasa kecewa kalau aku tidak menghabiskan makanannya

"Tapi ? Udah bilang aja"

"Maaf aku ga bisa abisin makanan yang udah kamu buat. Aku.. alergi udang"  Aku yakin setelah ini seluruh tubuhku akan memerah dan gatal. Semoga satu udang yang aku makan tadi tidak berdampak parah pada alergiku.

"Sorry, aku  gatau kalau kamu alergi makan udang. Aku benar-benar minta maaf." Kulihat wajahnya yang panik. Clarisa langsung memeriksa keadaanku.

"Its okay, ini bukan salah kamu. Lain kali jangan masak sesuatu memakai bahan dasar udang ya" Kataku sambil tersenyum berharap bisa mengurangi kepanikannya. Ia hanya menjawab dengan anggukan. 

"Kamu ada obat buat alergi kamu ga? Kalo ngga biar aku beli sekarang"

"Ada. Coba kamu cari di kotak obat itu. Tulisannya promethazine."

Dengan sigap ia langsung berjalan cepat ke kotak obat dan mencari-cari nama obat yang kusebutkan tadi. Tidak berapa lama ia sudah datang dan memberiku sebutir obat ditangannya.

"Thanks" kataku. Aku langsung meminumnya. Kurasakan tubuhku mulai memerah dan sedikit gatal. Biasanya alergiku akan hilang satu jam setelah aku meminum obat ini.

"Aku ke kamar mandi dulu ya"  Kurasakan tubuhku sangat lengket karena seharian diluar lagi. Ditambah cuaca tadi sangat panas. 

"Oke, kalau begitu aku akan membereskan semua ini" jawabnya

Setelah sampai di kamar mandi, aku langsung melepaskan pakaianku satu per satu. 

"Segarnya" batinku saat air mulai membasahi sekujur tubuhku. Dinginnya air cukup ampuh mengurangi rasa gatal ini. Setelah selesai mandi nanti aku berniat untuk meminta tolong Clarisa mengusapkan cream khusus alergi di tubuhku. Semoga ia tidak keberatan dengan permintaanku ini. Aku membalutkan handukku dari batas atas dada sampai paha. Saat keluar dari kamar mandi, kulihat Clarisa sedang berdiri di depan jendela kamarku dan menatap gedung-gedung pencakar langit dengan lampu kamarku yang dipadamkan. Aku juga sangat suka dengan pemandangan itu, sungguh indah. Ditambah dengan kedap-kedip cahaya pesawat yang selalu melintas.

"Clar"

"Hm? Kenapa? Kulihat dia sedikit kaget dengan kedatanganku yang tidak disadarinya.

"Bisa tolong bantu aku ngolesin cream ini di punggungku ?"

"Tentu"

Aku dan Clarisa duduk di sisi ranjang. Ia mulai membuka cream yang ku berikan kepadanya dan mengolesinya di punggungku. Cream ini memberikan sensasi dingin di kulit. Dapat kurasakan Clarisa sedikit memijit area punggungku. Tubuhku yang lelah setelah seharian beraktfitas mulai merasa relax. Aku mengendurkan balutan handuk ditubuhku agar di bagian belakangnya terdapat rongga dan Clarisa dapat lebih mudah melaksanakan pekerjaannya. Seakan mengerti jalan pikiranku, Clarisa mulai memasukan tangannya ke bagian bawah punggungku dan memijitnya. Aku menikmatinya dengan memejamkan mata. Benar-benar seperti disurga

Cukup lama aku merasakan pijatan yang diberikan Clarisa. Kurasakan lama kelamaan pijitannya mulai hilang dan berganti dengan belaian halus. Dengan perlahan, ia menjelajahi tubuh bagian belakangku. Mulai dari punggung bagian bawah hingga ke leherku. Saat jemarinya tepat berada di leherku, tubuhku langsung menggeliat kecil. Aku tidak tahan dengan rasa geli dan enak yang ia berikan. Sadar dengan reaksiku, ia semakin memainkan jari-jarinya di leherku. Nafasku mulai berat dan leherku terasa panas. Kini tangannya mulai menelusuri tubuh bagian depanku. Ia mengelus bagian atas dadaku. Reflek aku langsung mendongakan leherku

"mhh.." lenguhku. Sungguh aku merindukan perlakuan seperti ini yang sekarang sudah jarang aku dapatkan.

Bukan hanya jemarinya, kini hidungnya mulai bermain di tengkukku. Clarisa menggesekan hidungnya perlahan dan mencium leherku sedikit demi sedikit. Aku sudah sangat tidak tahan dengan perlakuannya. Kalau saja ia pria, mungkin aku sudah melakukan itu sedari tadi.

"Selesai"

Clarisa langsung menarik tangannya dari tubuhku dan berdiri di hadapanku. Aku shok dengan akhir yang seperti ini. Ku kira kami akan.... Ah sudahlah. Aku menatapnya dengan sedikit mengerutkan wajah seakan bertanya mengapa ia tidak melanjutkan aktifitas tadi. 

"Cepat pakaian dan tidur. Besok kamu ada kelas kan?" tanyanya

Aku yang kecewa dengan akhir seperti ini tidak menjawabnya

"Kalau begitu aku akan menonton TV di ruang tamu." Ia berjalan meninggalkanku begitu saja. 

Aku hanya melihat Clarisa yang meninggalkanku dengan bengong. Clarisa benar-benar mempermainkanku. "Ahhh kenapa tadi aku tidak melawan saat ia mempermainkanku. Bodoh" Kataku dalam hati sambil mengacak rambutku.

Ku langkahkan kakiku ke lemari baju dan mengambil sepasang piyama tidur berwana hot pink. Setelahnya, aku langsung bergegas tidur karena besok ada kelas pukul 8.

Aku masih merasa kesal dengan perlakuan Clarisa tadi. Aku tidak terima diperlakukan seperti itu.

 "Lihat saja Clar, aku pasti akan membalasmu"  




TBC

Wrong RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang