Hide and Seek!

10.1K 280 3
                                    


Clarisa Pov

"uhuk.. uhuk.." aku terbangun karena tenggorokanku terasa sangat kering. Ku tatap sekeliling ruangan ini. Apakah ini rumah clientku ? Sepertinya bukan. Yang aku ingat terakhir kali ada seorang client gila yang menyayat-nyata dada dan perutku dan saat aku mencoba kabur dia merarikku lalu menyuntikan sesuatu ke tanganku. Aku mencoba menggerakan tubuhku untuk turun dari ranjang.

"Awww... Sakit banget!" Kataku sedikit berteriak. Rasanya seperti tubuh ini telah membawa beban yang sangat berat seharian. Aku memejamkan mataku untuk menahan sakit. Tiba-tiba terasa ada sesuatu yang menempel di dahiku. Saat kubuka mata ternyata ada seorang wanita tepat didepanku dan sedang meletakan telapak tangannya di dahiku.

"Apanya yang sakit?" Tanyanya

"Semua" jawabku singkat.

Wanita itu langsung berjalan ke arah dapur. Entah apa yang ia lakukan disana, sepertinya ia sangat sibuk. Aku hanya menatap langit-langit ruangan ini. Berharap bisa mengingat apa yang telah membawaku ke tempat ini. Tidak berapa lama ia datang dengan membawa sebuah nampan yang berisi makanan, minuman dan obat-obatan. Ia langsung berinisiatif untuk menyuapiku. Tentu aku tidak menolak saat ia menyuapiku makanan karena aku sangat sadar dengan ketidakberdayaanku saat ini.

"Maaf, cuma bubur instan" Katanya

Aku hanya mengangguk pelan dengan memberikannya senyuman. 

Setelah aku menghabiskan bubur tersebut dan meminum obat, dia menyuruhku untuk kembali tidur. Aku langsung menuruti perintahnya. Kebetulan mataku memang masih membutuhkan istirahat.


Entah sudah berapa lama aku tidur. Aku terbangun dan merasa tubuhku jauh lebih baikan. Aku menggerakan kakiku untuk turun dari ranjang. Baru satu kaki menapak aku merasakan ada sesuatu yang lembut di telapak kakiku. Ternyata sebuah bedcover berwarna biru langit. Eh? mengapa ada bedcover di bawah situ? Apakah aku menjatuhkannya saat tertidur tadi? Tapi tadi di ranjang ini tidak ada bedcover sama sekali. Atau mungkin wanita itu tidur di bawah situ semalaman ? Aku melihat sekeliling untuk mencari wanita itu. Setelah semua yang telah ia lakukan kepadaku, belum ada satu kata terima kasihku untuknya. Aku menelusuri seluruh ruangan ini dan tidak menemukan keberadaan wanita itu sama sekali. Terdengar suara TV menyala dari ruangan lain. Aku menghampiri asal suara itu dan menemukan wanita itu sedang duduk di depan TV. Dengan tubuh yang masih lemas aku berjalan menuju sofa tempat wanita itu duduk.

"Kita belum pernah bertemu sebelumnya dan kamu sudah menolongku sejauh ini. Thanks" 

"No problem" Jawabnya datar

"Maaf udah ngerepotin kamu, aku akan bersiap-siap untuk kembali ke pekerjaanku."

"Jangan gila, kerjaan macam apa itu? Lebih baik kamu meninggalkan pekerjaan itu dan pulang kerumah."

"Aku tidak mempunyai rumah" jawabku sambil mengalihkan pandanganku

"Tinggalah sementara disini sampai kamu mendapatkan rumah" ajaknya

"Tidak, dimanapun aku berada pasti Bosku akan menemukanku. Aku tidak akan membawamu ke masalahku. Aku yakin sekarang Bosku dan anak buahnya sedang mencariku ke semua sudut kota. Cepat atau lambat ia akan menemukan tempat persembunyianku. Lebih baik aku menyerahkan diri daripada harus membawa orang lain masuk ke dalam masalahku." Tolakku. Aku berharap ia mengerti situasiku saat ini.

Ia terus menatapku lekat, seperti memikirkan sesuatu. Belum sempat kata terucap dari mulutnya, tiba-tiba terdengar suara gedoran pintu.

"Tunggu sini, biar aku lihat siapa yang datang"

Aku hanya menjawabnya dengan anggukan.

Tidak berapa lama ia sudah kembali ke tempat tadi kami berbincang.

"Ada 3 pria besar dan aku tidak mengenali mereka sama sekali. Mungkin kau mengenalnya?"

"Apakah salah satu dari mereka berjenggot dan memiliki luka yang cukup panjang di pipinya?"

"Hmm.. Sepertinya"

"Inilah waktunya, ciri yang kusebutkan tadi itu adalah Bosku. Ia sudah menungguku sekarang" Aku beranjak dari tempat dudukku dan menuju ke arah pintu keluar. Baru berjalan beberapa langkah aku merasakan ada yang menahan tanganku. Disamping itu, gedoran dari luar pintu semakin kencang dan membuatku bingung harus tetap disini atau menyerahkan diriku. 

"Jangan" Lirihnya

*tok tok tok*      *Buk*

Terdengar suara yang sangat keras dari luar. Aku yakin mereka sedang mendobrak pintu. Panik menghantui diriku. Tanganku mulai terasa dingin dan wajahku terasa sangat panas. Mataku jeli melihat sekeliling untuk mencari tempat persembunyian.

"Sini" katanya. Ia menarikku ke arah sebuah lemari berukuran 3x2m. Kami masuk kedalamnya. Di dalam lemari tersebut penuh dengan baju-baju yang digantung dan masih terbungkus plastik. Kami bersembunyi di pojokan. Tiba-tiba

*BUK* *JEGER*

Pintu depan sudah berhasil di dobrak mereka. Terdengar suara langkah kaki yang berat menelusuri seluruh ruangan. Aku tidak bisa menahan rasa takut ini, aku meringis kecil. Mataku mulai mengeluarkan cairan bening.  Wanita itu langsung menutup mulutku. Kami berdua gemetar hebat. Aku memejamkan erat mataku. Wajah kami saling bersentuhan. Suara langkah kaki yang kami takutkan lama-kelamaan semakin mendekat. Aku sudah berpasrahkan diri kepada Tuhan dengan apa yang akan terjadi kepadaku setelah ini. Tiba-tiba...

*nyiittttt* Suara lemari dibuka perlahan






Saya lanjutkan besok sisanya, Mau tidur dulu hehe


Wrong RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang