Hurt

103 3 0
                                    

Shilla masih terdiam di hadapan jordy. Masih kaget dengan penjelasan jordy. Shilla masih memandangi jordy sesekali shilla menggelengkan kepala nya namun ia kembali menatap wajah jordy.

"Gue serius, shilla gue masih inget. Saat pertama kita ketemu" Ucap jordy

Shilla menahan tangis, sungguh bodoh. Namun, shilla pernah merasakan sesuatu kalau jordy adalah prince charming nya. Saat ia pertama kali bertemu di lapangan basket. Namun saat ini itu bukan lah pertemuan pertama mereka.

Rasa nya, ia saat ini yakin kalau jordy memang ditakdirkan untuk diri nya. Jordy adalah prince charming nya.

Shilla mengangkat tubuh nya, lalu berjalan keluar UKS, meninggalkan sang prince charming yang terus menyebut nama nya.

Dave menekan dada nya. Hati nya bagai pecah menjadi berkeping-keping. dave terus berfikir, Dave tidak tahu siapa lelaki itu. Atau dave hanya menyalah arti kan ke khawatiran shilla pada orang yang ia tidak kenal. Karena shilla adalah orang yang sangat baik dan cepat tanggap untuk menolong orang.

Dave terus berperang dengan pikiran dan hati nya.

Isya menatap dave lekat-lekat. Bagai mampu merasakan rasa sakit hati dave. Isya, merangkul dave sebagi arti kalau semua. nya. akan. baik. baik. saja.

Dave menatap isya. Ia menarik nafas nya pelan-pelan.

"Cinta itu bikin sakit ya" Satu hal yang membuat isya kesal. Wajah dave begitu terlihat terluka. Sebenarnya isya sudah tahu. Kalau lelaki yang shilla cintai adalah.. jordy.

"Dave, lo gamau berhenti aja ngejar shilla?" Isya mempertimbangkan ucapan nya. Namun tetap terucap dari bibirnya.

Dave menoleh, lalu tersenyum.

"Gue gatau sya" Jawab nya dengan lelah.

Isya mengepalkan tangan nya. Hati nya terasa sakit. Isya merasa sangat sangat kesal pada shilla. Bagaimana bisa shilla gak ngeliat ketulusan dave dan dibutakan sama jordy.

Shilla berjalan dengan lesu. Semua nya bagaikan mimpi, jordy yang ia suka. ternyata adalah cowok yang sempat ia temui saat ia sedang liburan beberapa tahun yang lalu.

Shilla memberhenti kan langkah nya, sesuatu terbesit dalam pikiran nya. Dengan gesit ia langsung berlari, lari menghampiri cinta nya.

Shilla menarik nafas panjang saat ada di dalam uks tapi ia tidak melihat jordy. Shilla melangkahkan kaki nya dengan cepat, mencari sosok yang ternyata sangat ia cintai. Dalam hati nya, kini, shilla yakin. Jordy adalah prince charming nya. Jordy di takdirkan memang untuk diri nya.

Shilla nyaris tidak bisa menemukan jordy dimana-mana. Tapi masih ada satu tempat, lapangan basket.

Benar, jordy sedang terduduk lemah di samping ring basket. Shilla semakin mempercepat langkahnya.

Saat mendekati jordy, tanpa bicara, shilla menarik nya kedalam pelukan. Pelukan yang menjadi penjelasan untuk perasaan yang ia rasakan. Dalam hening, mereka berdua larut didalam kehangatan.

Isya membulatkan kedua bola mata nya. Saat dave akan melangkahkan kaki nya. Isya menahan dave dengan menghalangi dave dengan tubuh mungilnya.

"Ada apa?" Ucap dave heran

Isya mencoba mencari alasan yang bisa membuat dave tidak melihat apa yang bisa membuatnya sangat terluka.

"Dave, itu shilla di tuh tuh" Sambil menunjuk ke arah tangga.

"Mana?" Dave menolehkan tubuh nya dan mencari sosok shilla.

"Ih dia naik yuk kita kesana" Isya langsung menarik tangan dave dan mempercepat langkahnya. Dalam hati isya, saat ini hanyalah, lega.

Shilla melepaskan pelukannya lalu memandang wajah jordy.

"Gue..." Ucap shilla gugup. Sesuatu yang ada di pikirannya tidak bisa ia ucapkan.

"Gue sayang sama lo" Jawab jordy enteng

"Eh main potong aja" Shilla menepukkan tangannya ke bahu jordy dengan pelan.

"Aww, biasa aja kali hahaha" ringis jordy namun di sudahi dengan tawa, ekspresi bahagia yang sederhana.

"Gue minta maaf, gue telat sadar soal itu. Gue terlalu naif" Ucap jordy datar namun jelas

"Jordy, kita mulai semua nya dari awal aja?" Tanya shilla, setengah mati ia menahan malu untuk melontarkan pertanyaan seperti itu.

"Nggak." Jawab jordy

"Nggak akan pernah mungkin gue ngelepas lo lagi" Lanjut nya membuat shilla tersipu sipu.

Jordy mengusap-usap manja pipi shilla.

Isya terus menarik lengan dave. Dan saat sudah cukup jauh dari lapangan basket. Isya melepaskan genggamannya.

"Dave, lo tuh bodoh" Omel isya dengan kesal

"Lo kenapa sih tiba-tiba kaya gitu?" Tanya dave heran.

"Lo baik, tulus, perhatian, lo ganteng, kapten basket, lo pinter, kaya, masa depan lo terjamin banget, lo pejuang keras, lo tanggung jawab. Tapi kenapa lo bego dave dan kenapa ada oranf yang tega nyakitin lo" Emosi isya mulai meluap-luap. Wajar saja, isya sudah menanggap dave sebagai saudara nya sendiri. Terlebih lagi dave itu seperti menggantikan sosok kakak lelaki nya yang sudah lama meninggal. Isya sangat menyayangi dave.

"Isya..." Ucap dave lembut. Dave menatap isya, lalu ia menyunggingkan senyuman nya. Senyuman yang penuh dengan kepalsuan.

"Gue benci sama lo"ucap isya dengan marah. Isya mengepalkan tangan nya menahan semua yang ingin ia ucapkan.

"Isya lo kenapa sih?" Dave mulai bingung dengan kelakuan isya.

"Dave, lo sekarang harus lebih membuka mata lo lebar-lebar. Liat orang yang lo sayangi mungkin musuh terbesar lo" Jawab isya dengan tegas. Lalu ia meninggalkan dave yang masih menangkap arti dari ucapan isya.

Dave menolehkan wajah nya lalu ia seperti melihat sosok jordy. Dan...shilla?

Mrs. Weird & Mr. Perfect [sedang remaking ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang