Prolog - "the one who open the door"

28.1K 355 3
                                    

"TOLONG, siapa saja yang di luar, tolong!!" teriakkan Nayla memenuhi gudang sekolah yang gelap itu. Sudah hampir lima belas menit ia berteriak minta tolong, namun belum ada tanda-tanda seseorang mendengarkannya.

Ia benar-benar ketakutan saat ini. Ruang gelap yang tertutup seperti ini membuat sekujur tubuhnya lemas. Entah apa yang sudah ia lakukan sehingga kakak kelasnya tega mengerjainya dengan menguncinya di gudang sekolah. Waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 sore, apakah mereka akan membiarkan ia terkunci hingga besok pagi di gudang yang menyeramkan itu sendirian. Ia mulai menangis memikirkan nasibnya sendiri.

Seorang siswa yang baru saja menyelesaikan latihan basketnya, kebetulan ingin mengembalikan bola basket yang biasa di simpan di ruang olahraga yang bersebelahan dengan ruang gudang. Salah melangkah mendekati ruang olahraga, ia mendengar suara tangisan seseorang dari gudang.

"Halo, ada apa disitu?" tanya Revan setelah mendengar suara dari dalam gudang tersebut.

"Aah, tolong, tolong, aku terkunci disini," suara Nayla terdengar seperti tangisan dari balik pintu yang memisahkan mereka.

Revan mendadak panik mendengar suara seorang gadis minta tolong, pasti sangat menyeramkan terkunci di dalam gudang yang gelap seperti itu, pikirnya.

"Oke, tunggu, akan kupanggil penjaga sekolah agar pintu ini bisa dibuka," ucap Revan meyakinkan.

"Tunggu, tunggu.." Nayla setengah berteriak.

"Iya, ada apa?" tanya Revan dengan cemas. Ia sedikit khawatir mendengar suara di balik pintu itu. Pasti perempuan di dalamnya sudah sangat ketakutan.

"Kamu janji akan kembali dan membuka pintu ini kan? kamu pasti kembali kan?" tanya Nayla dengan suara penuh harap dan tangis kepada lelaki di balik pintu itu yang ia bahkan tidak ketahui siapa namanya.

Mendengar itu Revan sangat iba, ia berusaha meyakinkan gadis itu bahwa ia pasti akan segera kembali dan membuka pintu ini. "Aku berjanji, aku pasti akan kembali lagi, kamu tunggu saja."

Mendengar ungkapan itu ada rasa nyaman di dalam hati Nayla, sebentar lagi ia akan segera keluar dari ruangan gelap itu. Ia percaya dengan janji yang terdengar begitu tulus itu.

Revan bergegas menuju ruang penjaga sekolah yang terletak agak jauh dari ruang gudang yang memang berada di bagian belakang sekolah.

Baru saja ia melewati lapangan sekolah, Lena sudah bergegas menghampirinya.

"Kamu pikir sekarang jam berapa sih kak?" tanya Lena pada Revan dengan wajah kesal.

Melihat adik sepupu-nya itu kesal Revan tersadar, ia punya janji untuk datang menonton fashion show pertama sahabat mereka Malika, itu merupakan debutnya sebagai model di Catwalk. Ia seharusnya bertemu dengan Kris dan Lena pukul 03.00 sore tadi, dan ia sudah terlambat satu jam karena asik bermain basket.

"Maaf, Len, aku harus mencari penjaga sekolah dulu," ucap Revan gusar. Saat ini menolong gadis yang terjebak di gudang sekolah itu jauh lebih penting dari pada hal lain.

"Kak, ada apa sih? buat apa mencari penjaga sekolah?"  tanya Lena penasaran mengikuti langkah kaki Revan yang bergerak cepat menyusuri lapangan sekolah.

"Seseorang terjebak di gudang sekolah, aku mencari penjaga sekolah untuk membuka pintunya," jawab Revan, langkahnya terhenti ketika melihat Adit melintas dihadapannya. "Dit, apa kamu melihat Pak Wawan?" tanya Revan pada Adit yang menoleh kearahnya.

"Yah, kurasa tadi aku melihatnya di lantai dua, memangnya ada apa sih?" tanya Adit pada Revan yang terlihat sangat gusar. Revan hanya beranjak mendengar informasi dari Adit.

Perfect Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang