S.M.J :: Kecewa

592 38 1
                                    

5 tahun kemudian...

Aisy mengambil beberapa sayur-mayur di hadapannya. Setelah mengambil bahan-bahan masakan yang dirasa cukup, ia membayarnya ke kasir. Seperti biasa setiap Sabtu sore dalam seminggu, Aisy berbelanja. Dirinya yang suka sekali memasak, menghabiskan weekend-nya dengan bereksperimen di dapur apartemennya.

Setelah selesai membersihkan diri dan memasak di dapur, suara bel apartemennya berbunyi membuat Aisy dengan malas-malasan berjalan ke arah pintu lalu membukanya menampakan seorang laki-laki dengan wajah datar. "Hai," sapanya dengan suara datar juga.

Aisy mengernyit lalu mengabaikannya membiarkan laki-laki itu masuk dan mengikutinya ke dapur. "Tumben mencet bel," itu adalah ucapan sinis Aisy kepada laki-laki itu. Aisy menyindirnya, tentu saja. Biasanya laki-laki itu bisa masuk dan keluar seenaknya, entah Aisy tak tahu bagaimana caranya.

"Gue ngelakuin yang bener aja tetep salah di mata lo."

"Sam..," Aisy menghampiri Samudera yang sedang duduk di meja makan. "Kenapa?" Tanya Aisy saat melihat wajah murung Samudera. Sudah bertahun-tahun Aisy mengenal Samudera, jadi sangat tahu bagaimana Samudera jika sedang dalam mood atau tidaknya.

Sejak hari itu, dimana Samudera ke rumahnya dan memberitahu jika Semesta pergi ke London. Aisy menjadi dekat dengan Samudera. Kata Samudera, "Gue 'kan lagi menyesuaikan diri sama Kakak ipar," itu ucapannya jika ada beberapa orang yang menanyakan perihal Aisy dan Samudera yang terlihat sangat dekat.

"Semesta gak jadi ke sini minggu depan, dia masih...sibuk," Aisy terdiam. Sudah 5 tahun Aisy menunggu dimana dia akan bertemu dengan Semesta. Samudera bilang, Semesta akan pulang setelah lulus SMA. Namun, tanpa diduga Semesta melanjutkan kuliahnya disana, dan belum kembali hingga saat ini. Samudera dan keluarganya sudah beberapa kali pergi ke London untuk menemui anak sulungnya, dan Aisy tak pernah mau jika Samudera mengajaknya. Hanya saja rasanya seperti....orang asing berada ditengah-tengah keluarga orang lain. Benar, 'kan?

"Terus jadinya kapan?" Tanya Aisy lemas juga. Tangannya terulur mencicipi masakannya yang terasa hambar, entah karena memang benar-benar tak ada rasa atau napsu makannya sudah tak terasa lagi. Tanpa terasa airmatanya menetes membuat dirinya langsung menghapus airmata itu dengan cepat sebelum Samudera melihat. Untung saja, Samudera sedang memainkan ponselnya.

"Gak tau, dia 'kan gak jelas," Aisy semakin merengut. Tak menyangka jika Semesta tidak... hm, rindu padanya.

"Ya udah," itu adalah kalimat terakhir yang Aisy ucapkan malam itu. Aisy sedih, Samudera juga begitu. Pasalnya dia sering dikirimi e-mail oleh Semesta jika Kakaknya itu sering rindu dengan negeri dan semua orang disana, terlebih lagi Aisy. Namun, kedatangannya gagal kali ini. Entah karena apa Samudera tak tahu.

Sungguh, Aisy kecewa malam itu.

---

Notes.

Uhuk uhuk :v maybe satu atau dua part lagi selese wkwkwk doakan saja ya manteman. Ahsheg :v sori banyak typo :)

Love,

Likayla

Surat Merah Jambu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang