"Ais, dicariin Kak Bimo!" Teriak seorang siswi bernama Nani yang satu kelas dengan Aisy. Aisy menoleh ke arah pintu, tepat dimana Nani berada lalu mengangguk.
"Kenapa, Kak?" Bimo yang sebelumnya memperhatikan sepatu hitamnya mendongak lalu tersenyum tipis saat melihat Aisy. Senyum Bimo menular kepada Aisy, perempuan itu tersenyum lebar. Sedikit malu saat bertatapan langsung dengan Bimo, laki-laki pertama yang disukai Aisy ketika kecil.
"Kakak lo kapan pulang dari rumah sakit?" Senyum Aisy yang sedari tadi terbentuk memudar perlahan. Namun senyum itu krmbali hadir saat akan mengingat kabar bahagia yang disampaikan ibunya tadi pagi.
"Mbak Astrid sudah boleh pulang hari ini, kamu pulang sekolah langsung ke rumah sakit aja buat bantuin Ibu."
"Nanti sepulang sekolah aku ke rumah sakit. Kata Ibu, Mbak Astrid pulang hari ini," terlihat dari mata Bimo yang berbinar dan senyuman lebar, Aisy tahu betul jika Bimo sedang bahagia mendengar kabar baik tentang Astrid.
"Pulang sekolah bareng, ya!"
"Hah?" Aisy mengerjab. Dalam hati Aisy senang bukan main, lantaran baru kali ini Bimo mengajaknya pulang bersama. Biasanya mereka hanya bertegur sapa atau saling melempar senyum.
"Gue juga mau ketemu sama Astrid!"
Dug!
Jantungnya seperti merosot ke lantai dengan keras. Aisy tersenyun tipis, "O-oh, iya, Kak."
"Oke, bentar lagi masuk, balik ke kelas dulu, ya." Aisy mengangguk setelahnya Bimo berlalu dari hadapannya membuat Aisy mematung. Sebenarnya Aisy sangat tahu jika Bimo dan Kakaknya sama-sama saling menyukai, namun tak bisa dipungkiri bahwa Aisy juga menyukai Bimo. Jadi, Aisy diam saja merasakan semua perih luka di hatinya jika melihat Bimo dan Astrid yang begitu serasi saat bersama. Aisy tahu, dia tidak akan pernah bisa mengambil apapun yang menjadi milik Kakaknya. Sudah cukup semua sakit yang Astrid rasakan, dan Aisy tidak akan pernah menambah bebannya.
---
"Besok-besok makan yang banyak!" Aisy tersenyum simpul mendengar ucapan Bimo yang sedari tadi tiada habisnya menasehati Astrid yang menatap jenuh Bimo. Astrid seakan berkata, "gue udah hapal, Bim, yang lo omongin daritadi."
"Jangan makan yang pedes, jangan yang--"
"Jangan yang terlalu asem, jangan telat makan, jangan lupa minum obat. Ada lagi, Tuan Bimo Anggara?" Ucap Astrid malas membuat Bimo terkekeh.
Bimo mengerutkan kening sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di dagu, "Ada! Jadi pacar gue, ya?"
Aisy menoleh kaget ke arah Bimo yang sedang tersenyum lebar menatap Astrid. Matanya bergerak ingin mengetahui reaksi kakaknya. Astrid terlihat menundukkan wajah terlihat sekali sedang menutupi wajahnya yang sedang tersenyum malu-malu. Lalu dengan gerakan perlahan Astrid menganggukan kepalanya membuat Bimo mengepalkan tangannya sambil berucap kata 'yes!' berulang kali tanpa suara. Lalu setelahnya tangan Bimo terulur mengacak rambut Astrid.
"Jaga kesehatan, ya. Biar maag-nya gak sering kumat sampe harus di rawat gini," nasihat Bimo membuat Astrid mengangguk patuh. Keduanya tersenyum lebar sambil terus bertatapan lalu akhirnya malu karena teringat ada Aisy yang memperhatikan mereka.
Dalam hati, Aisy menjerit merasakan sakit di dadanya. Bimo adalah tetangga Aisy dan Astrid, namun beberapa bulan yang lalu Bimo pindah ke-kosan, katanya ia ingin hidup mandiri.
Sejak SD Aisy sudah menyukai Bimo, namun apa daya, kasihnya tak berbalas. Bimo menyukai Astrid. Semuanya terlihat jelas saat semua perhatian Bimo dicurahkan untuk Astrid, pengorbanan Bimo yang dulu rela menggendong Astrid jika kakaknya itu jatuh dari sepeda, waktu yang Bimo habiskan berdua dengan Astrid selalu lebih lama dari Aisy. Semuanya lebih jika untuk Astrid dibandingkan Aisy. Aisy memendam semuanya secara rapat. Apalagi sejak SMP kakaknya sering berceloteh tentang bagaimana baiknya Bimo di sekolah, bagaimana perhatian Bimo, bagaimana sikap Bimo yang manis, semuanya Astrid ceritakan hingga rahasia hatinya yang juga menyukai Bimo. Aisy diam mendengarkan.
Sejak tahu Astrid dan Bimo saling menyukai, Aisy bertekad untuk move on tetapi, dirinya tak bisa. Sungguh melupakan rasa kepada seseorang tak akan pernah segampang menyukainya. Akhirnya, Aisy hanya menyembunyikan rasanya dan memendamnya dalam-dalam. Aisy hanya tidak mau menjadi penghalang dua orang yang saling menyukai. Toh, Aisy yakin pada akhirnya mereka akan bersatu. Sekarang buktinya. Mereka berpacaran, memperjelas status mereka dan berkomitmen untuk saling menyayangi dan mengasihi. Sekarang hatinya patah, dan Aisy tidak tahu siapa yang akan mengobatinya.
---
Notes.
Update nih updateee! Gimana part ini? Pernah gak jadi kayak Aisy? Rasanya gimana? Hehe yaa gitu deh yaa.. sori ya kalo ada typo. Btw, thank you for read my story!
Love,
Likayla
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Merah Jambu
Kısa Hikaye[WARNING!!! 3 part terakhir aku private buat yang mau baca silahkan follow aku lebih dulu.] Ku tuliskan semuanya untukmu Untuk dirimu yang memberikan senyuman terbaik setiap hari Dirimu yang mengajarkanku apa arti itu kebahagiaan Dan, dirimu yang ak...