Kaleng pembawa sial

195 6 0
                                    

Hari-hari yang kulewati semakin memburuk setiap harinya,aku merasakan itu sekarang. Bahkan,sekarang hanya Elif yang mau menemaniku bermain. Nino saja sudah memutuskan hubungan spesial antara kita sekarang.

Iya,sekarang aku hanya bisa melihat Nino dari kejauhan. Tepat di tempat awalku dan di atas kursi roda yang selalu menemaniku setiap waktu. Entah,walaupun semua keadaan di sekitarku masih tidak terbilang buruk dalam arti yaitu adanya 'Pembullyan', tapi aku merasakan itu,aku merasa aku telah terkucilkan di dalam lingkungan sekolahku.

Ya,pasti sudah jelas tergambar di fikiran kalian,wanita sepertiku ini duduk di atas kursi roda dan tidak banyak yang bisa aku lakukan. Pasti kalian bisa rasakan bagaimana pemikiran teman-teman sekelilingku yang memilih meninggalkanku bukan? Iya, aku tahu juga pasti mereka tidak ingin kurepotkan dengan membantuku mendorong kursi rodaku.

Tapi, sejujurnya aku bisa membawa kursi rodaku sendiri dengan tanganku. Bahkan aku rasa aku tidak akan merepotkan teman-teman sekelilingku. Aku hanya ingin mendapatkan teman dalam bermain di lingkungan sekolahku. Kalian bisa bayangkan betapa terpuruknya hidup dengan semua penderitaan sepertiku ini. Aku ingin sekali melepaskan beban kehidupan yang selama ini ku lewati sendiri.

"Bianca!!" Suara itu berasal dari belakang, dengan cepat aku memutar kursi rodaku. Dan jelas sudah tidak ada yang memanggil namaku setelah aku duduk di kursi roda lagi. Kecuali,Elif dan Pinoy.
Mereka adalah sahabat sejatiku. Entah,aku rasa jika mereka juga menghilang dari hidupku aku akan memiliki mood yang sangat buruk untuk masuk kedalam sekolah bahkan sepertinya aku enggan untuk bersekolah lagi.

"Bianca,kita makan yuk nanti. Gimana?" Seru Pinoy yang masih sedikit mengatur nafasnya. Aku rasa mereka berdua baru saja berlari menuju ke arahku.

"Hm, boleh sih tapi aku nanyak mama aku dulu ya. Mau jalan aja atau naik mobil aku?"

Aku masih terfokus dengan Pinoy yang mulai membuka tas dan mencari botol kesayanganya.

"Hm,bisa tuh naik mobil aja turun di tengah pusat belanja terus kita cari kuliner makanan enak deh." Elif mulai membuka mulutnya setelah sejak tadi dia memilih berdiam diri dan merebahkan punggungnya pada penyangga kursi taman sekolahku.

"Okey-okey. Hm, aku mau masuk kelas dulu ya.Bye"

Pembicaraan kami usai setelah aku memilih untuk masuk kedalam kelas dan mulai mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris dengan senang hati. Aku sangat menyukai pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Aku sangat menyukai pelajaran itu, entah kenapa aku menyukai pelajaran itu. Mungkin, aku rasa karena itu sangat berkaitan dengan cita-citaku yaitu sebagai repoter.

Aku tahu, menjadi seorang repoter bukanlah hal yang mudah. Bahkan, aku tidak akan bisa menjadi seorang repoter. Repoter seperti apa yang duduk di kursi roda sepertiku ini? Kalian pasti juga sudah tahu, bahwa repoter adalah pekerjaan bagi orang-orang yang aktif dan membutuhkan kecepatan dalam bekerja. Tapi, apakah itu bisa aku lewati? Iya, aku rasa juga tidak.

"Bianca, are you okey?" (Bianca apakah kamu baik-baik saja?)

"Oh,ha? Yes Mrs." (Oh,ha? Iya ibu/nyonya)

Aku hampir saja merusak suasana kelas, aku kembali tertangkap basah sedang melamun saat pelajaran berlangsung.
Akhir-akhir ini semua pemikiranku semakin kacau, bertambah lagi dengan pacarku yang baru saja putus. Hm, bukan tepatnya sekarang dia adalah mantan pacarku.

Setelah satu jam berlalu dan mata pelajaran Bahasa Inggrispun sudah habis, aku segera mendorong kursi rodaku dengan kelajuan yang menurutku adalah kelajuan cepat dalam kursi roda. Aku juga hampir saja menabrak teman sekolahku yang mulai melintas di hadapanku. Aku juga mulai mendapat teguran beberapa temanku yang dari tadi melihatku dengan tatapan tajam. Aku hanya menunduk dan tidak menghiraukan tatapan menyeramkan milik mereka semua.

Bianca&FinskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang