Benar atau Salah?

48 4 0
                                    



"Aku kembali!"

Aku masih asik melepaskan jaketku dan menaruhnya serta merebahkan tubuhku di atas sofa hitam di ruang keluarga,kakiku pun terletak di atas kepala sofa. Wajah Biancapun masih melekat jelas di ingatanku.

"Dylan? Kau kenapa? Senyum-senyum gak jelas. Apakah kau diterima? TIDAK! jadi sekarang kau sudah tidak jomblo dan kesepian lagi? Terus bagaimana nasib temanmu ini?"

"Tio hentikan kamu bicara apa sih? Aku sendiri belum menyatakan perasannku denganya."

Aku kembali memikirkan Bianca,memang benar apa salahnya jika aku menyatakan cinta dengan Bianca? Bukankah memang hubunganku dengan Finsky sudah berakhir? Lalu apa lagi yang ku takutkan? Ya tuhan! Bicara apa aku ini?.

Entah fikiranku sedang kacau saat ini. Bahkan Tio masih terus bertanya denganku, sepertinya dia juga mulai lelah menanyakan sesuatu hal yang belum kujawab satupun. Tapi,ada pertanyaan yang membuatku ingin menanyakanya lebih lanjut pada Tio. Tapi,aku takut untuk itu. Aku takut kalau nanti Tio akan menanyakan hal yang bukan-bukan. Dan aku tidak ingin Tio mengetahui hal itu sebelum aku mendekat dengan Bianca.

"Tio! Emang kalau aku ngajak dia ngedate? Itu gak terlihat aneh?"

Astaga! Pertanyaan yang sangat menggelikan. Kenapa aku menanyakan itu padanya? Pasti,dia akan memberikan petunjuk yang sesat. Bodoh sekali kau Dylan! Bagaimana bisa menanyakan hal ini? Ya pasti jelas,semua itu tidak masuk akal. Kalian baru saja mengenal bahkan bisa terbilang masih tiga hari. Lalu apa yang kamu lakukan ini memang salah Dylan. Bianca bukan hanya sekedar wanita cantik yang bisa kamu kagumi dan sukai begitu saja. Tapi Bianca adalah kembaran mantan kekasihmu! Apa yang terjadi denganku saat ini?.

"Aneh? No. Nggak aneh dong. Malah aku rasa fine-fine aja tuh. Bukanya kalian juga udah kenalan lebih dari tiga hari? Sekarang itu kan pacaran gak harus kenal lama. lalu kau mau berapa lama lagi menunggu kesempatan emas?"

"Ah! Nanti yang ada saran itu malah sesat lagi! Tio tapi aku rasa ini belum tepat deh."

Mataku masih memandang langit-langit. Entah sudah jelas semua ini akan terbuang sia-sia. Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku bisa merasakan cinta dengan seorang kakak adik? Apakah aku sudah kejam? Karma apa yang dijatuhkan untukku ini?. Tio sendiri masih asik juga dengan buku kamusnya. Iya dia salah satu temanku yang bule.

"Dylan, sepertinya wanita itu bukan wanita biasa yang selalu kau kenalkan denganku. Siapa sih wanita itu? Seperti apa dia?" Lagi-lagi Tio mengejutkanku. Dia masih saja ingin kuberitahu. Entah dari mana aku ingin menceritakan semua ini denganya. Aku sendiri merasa hal ini aneh dan gila. Aku bisa gila menahan rasa suka ku sendiri. Bahkan aku bisa gila juga berusaha melupakan Finsky dan Bianca bersamaan.

"Iya,aku sebenarnya ingin menceritakan ini sejak saat itu. Tapi aku tidak memiliki keberanian penuh Tio." Aku mengela nafas panjang,aku rasa kali ini aku memang benar-benar gila hanya karena Finsky dan Bianca.

"Ah! Kau bukan lagi temanku,cepat ceritakan denganku!"

Entah seketika saja,aku merubah posisiku dan duduk di hadapan Tio. Dan kini aku mulai menceritakan kejadian,yang membuatku akhir-akhir ini tidak bisa tidur. Sepertinya Tio juga mulai memahami apa yang aku katakan. Sekarang mata Tiopun serasa ingin lepas. Saat aku mulai berhenti menceritakan ini semua,benar sudah dugaanku. Tio tidak bisa santai menyikapi hal ini. Dia langsung berdiri dan berkata banyak denganku. Bahkan dia ingin malam ini juga aku menyelesaikanya dengan Bianca.

Tapi menurutku itu adalah hal yang musthail. Aku tidak bisa melakukan ini denganya. Aku tidak mungkin berpacaran dengan adik mantan kekasihku. Ah! Tapi aku juga tidak membohongi perasaanku ini. Entah hatiku seperti tergoyang dua kali lipat saat ini. Perasaan seperti saat ini belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Bianca&FinskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang