Aku menyukaimu

36 4 0
                                    


"Bianca! Cepat!" Seru Pinoy dan Elif yang berada di lantai bawah.

Astaga mereka sepertinya berteriak di dalam rumah orang kali ini. Aku sudah melakukan semua ini dengan kecepatan penuh,tapi tetap saja mereka berteriak di dalam rumahku. Dan akhirnya aku selesai juga berdandan untuk kesekolah,memang susah menggunakan baju dengan kakiku yang tidak normal.

Sekarang aku,Elif dan Pinoy berhasil masuk di dalam mobil. Di dalam mobil kami bercanda bersama bahkan tertawa bersama. Entah tertanam benih-benih harapan di dalam benaku pagi ini.Benih-benih harapan itu adalah dimana,aku berharap bisa melupakan semua masalah yang kulewati bersama Dylan saat kemarin malam. Dengan jadual kepadatan sekolahku ,aku rasa hal itu juga ampuh dalam menghilangkan ingatanku tentang masalah semalam.

Ya,kini kaki kursi rodaku sudah tepat menapak di depan sekolah. Ah pandangan yang suram! Ada wanita itu lagi rupanya.Tak lain dan tak bukan dia adalah Fira. Fira adalah wanita yang saat itu sedang bersama Nino atau bahkan mereka saat ini tepatnya sedang berpacaran. Ah entahlah saat ini, itu semua memang sudah tidak penting lagi untukku. Entah susah sekali menata hati yang sudah hancur karena laki-laki ini. Ingin rasanya melemparkan botol minumku di hadapan wajahnya,tapi itu sangat mustahil untuk aku lakukan.

"Wah ada mantanya Nino nih." Astaga,bukankah ini masih pagi untuk mencari masalah? Sangat memalukan sekali bukan? Wanita cantik bahkan populer ini ternyata memiliki sikap yang buruk. Apakah dia akan membullyku juga? Aku rasa memang iya,hm banyak juga ternyata yang melakukan itu denganku. Entahlah aku harus membenci hidupku atau nasib yang tuhan berikan.

"Berisik sekali Fira ini,seperti burung beo saja." Ingin tertawa memang,kalau Elif sudah mengatakan hal-hal yang menyakitkan hati seseorang. Elif memang temanku yang sangat pemberani,bahkan dia tidak memiliki ketakutan sedikitpun dalam hal apa saja. Ya,sifat pemberaninya muncul setelah hatinya di patahkan oleh beberapa lelaki. Bukan,maksutku lebih tepatnya mantan Elif.

"Ah untung saja Nino disini. Nino coba kamu bilang,apa yang sudah terjadi di antara kita? Tadi,Bianca mencoba memarahiku dan berkata aku ini seperti burung beo. Itu menyakitkan dan memalukan sekali,Nino.Aku gak terima di perlakukan seperti ini dengan MANTANMU!"

Entah untuk apa nenek lampir ini berkata dengan nada keras dan lantang saat mengucapkan kata 'Mantan'. Lalu jika aku mantan Nino apakah itu sangat berpengaruh dalam hidupnya? Bukankah mantan adalah bagian dari masa lalu? Seharusnya,wanita sepertinya sudah dapat memahami itu semua. Kalau aku hanya menjadi bagian dari masa lalu Nino,tidak lebih. Hm,rupanya dia belum faham dalam hal percintaan.

Apakah aku perlu membawakan kaca juga dihadapanya? Bukankah burung beo memang binatang yang cocok untuknya? Mulutnya yang sama ramainya denganparuh milik burung beo itu membuat risih semua orang yang mendengarkan. Tidak berhenti untuk berbicara saja bahkan membicarakan keburukan orang lain adalah hobi terpendam yang dia miliki. Bahkan sekarang aku sangat kesal berhadapan dengan laki-laki yang sudah menjatuhkan harga diriku begitu saja. Ya tak lain dan tak bukan,Nino lah orang itu.

"Benar begitu? Sepertinya kau perlu berkaca juga ya?" Astaga? Apakah Pinoy? Oh tidak,sedang apa sebenarnya Dylan ini! Kenapa dia datang di sekolahku,bahkan mengambil fikiranku? Bukankah itu yang sedang aku katakan di dalam hati? Memalukan sekali laki-laki ini. Dia selalu datang tanpa undangan yang jelas.

"Kamu sedang apa Dyl?" Sesungguhnya enggan sekali menanyakan hal ini padanya? Bahkan sesungguhnya membuka mulut saja untuknya saat ini,aku enggan melakukanya.

"Pacarku selalu begini. Sudahlah,aku akan melihatmu sampai masuk di dalam sekolah sayang."

Laki-laki tidak tahu malu memang! Kenapa dia mengatakan dia pacarku? Sejak kapan hal itu terjadi? Aku akan terkena serangan jantung sepertinya,ini masih pagi untuk mendapatkan suatu masalah. Ya tuhan! Balasan apa sesungguhnya ini. Kali ini aku tidak banyak bicara aku hanya menatap Dylan dengan tatapan tajam dan membesarkan mataku. Bisa-bisanya dia mengatakan aku ini pacarnya,bahkan tak lain tadi dia menyebutku dengan 'Sayang',apakah dia masih bermimpi saat ini? Atau sebenarnya ini adalah mimpiku? Ah aku rasa tidak,karena tanganku sakit sekali saat kupukul.

Bianca&FinskyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang