Part 8

2K 177 1
                                    

Halo!

Terimakasih banyak ya yang udah vote di part- part sebelumnya.

Selamat membaca!

-Author-

Matahari sudah terbit menampakkan dirinya dengan malu- malu. Adrina mengerjap- ngerjapkan matanya beberapa kali, sampai matanya benar- benar terbuka.

Wajahnya sangat kusut, rambutnya berantakan seperti singa, matanya masih sipit.

Ah... Kepalaku pusing..
Apa gak usah sekolah yah hari ini? Tapi kan ada ulangan.

"Huaaaaaa!!! Hantuuuu!!" Ucap seseorang di dekat pintu.

Adrina menutup telinganya dengan kedua tangannya. Ia juga menutup matanya.

"Malinggggg!!!!" Teriak Adrina sambil mengambil bantal untuk di lempar ke arah seseorang di dekat pintu kamarnya yang dikira Adrina maling.

"Ini aku Adrinaaa!!"

"E- eh? Silla?! Kenapa kamu ada di rumah aku?" Ucap Adrina, ia tidak jadi melempar bantalnya.

"Tunggu.. Tapi kamu bilang hantu? Mana? dimana?" Lanjut Adrina sambil menengok ke kanan dan ke kiri.

"Kok gak ada hantunya? Mana?"

Adrina memasang wajah oonnya. Silla tertawa keras.

"Kok malah ketawa? Apa yang lucu?"

Tawa Silla semakin keras, ia memegang perutnya.

"Hhahahahaha.. Aku kira kamu hantu hhahahahaha."

"Apa? aku hantu?" Teriak Adrina, bantal yang masih dipegangnya ia lempar ke arah Silla.

"Ampunn deh ampunnn," ucap Silla masih dengan tawanya yang keras. Wajah Adrina yang kusut bertambah kusut.

"Hahahaha.. Salah sendiri. Muka kamu udah kusut kayak gitu. Rambutnya berantakan kayak singa. Matanya merah lagi. Kan persis kayak hantu. Hahhahaha."

Adrina memajukan bibirnya. "Terserah deh.."

"Maaf deh maaf Drin. Badan kamu gimana? Udah enakkan belum?"

"Emang aku kenapa Sil?"

"Ya ampun Adrina!! Kemaren aku tuh ke rumah kamu mau main. Tapi rumah kamu gak dikunci, ya udah aku masuk aja. Terus.. Aku liat kamu pingsan di kamar. Badannya panas lagi. Untung lho ada aku.. Pas banget lagi, aku dateng kamu lagi pingsan," jelas Silla panjang lebar.

Mulut Adrina hanya membentuk huruf O.

"Mandi dulu gih sana.. Bau tuh badannya." ucap Silla.

"Iya deh.. Iya. Kamu belum siap-siap? Udah jam setengah tujuh tuh!" Ucap Adrina sambil menunjuk jam dindingnya.

"Siap-siap kemana Drin?"

"Ke sekolah lah.. Kemana lagi.. Aneh deh."

"Hhahahhaha.. Otak kamu kena apa kemaren?"

"Kok malah ketawa lagi sih Sil. Udah ah aku mandi dulu daripada telat nanti gara-gara ngeladenin kamu"

"Ya ampun Adrina! Otak kamu emang bener- bener rusak. Ini hari apa Adrina?" Kata Silla sambil memajukan bibirnya, ia bisa gila ngeladenin temennya ini. Lupa waktu. Huh....

"Emang hari ini hari apa Sil?" Tanya Adrina.

"Malah tanya balik lagi.. Ini hari Minggu Adrinnaaaaa!!!!"

"Ooo.. Ya udah keluar gih sana. Aku tidur lagi," ucap Adrina sambil mendorong pelan tubuh Silla.

"Jadi ngusir nih? Padahal aku yang udah ngerawat kamu kemaren. Bukannya bilang makasih malah ngusir. Huh.. Payah.."

"Iya.. Iya. Makasih Silla yang cantik, yang unyu- unyu."

Adrina mendekati tubuh Silla. Silla mendorong pelan tubuh Adrina.

"Jangan deket- deket Drin. Badan kamu itu bau tau."

Silla menjepit hidungnya dengan kedua jarinya.

"Huhh. Ok ok aku mandi. Udah sana keluar. Hushh.. Hush.." Ucap Adrina sambil menggerak- gerakkan tangannya ke depan lalu kebelakang seperti mengusir hewan.

Silla langsung keluar dari kamar Adrina tanpa mengucapkan apa- apa. Adrina langsung menuju kamar mandi.

-

"Tadaaa!!" Ucap Silla sambil membawa makanan buatannya.

Adrina melihat nasi goreng di hadapannya dengan ragu.

"Please deh Adrina, aku gak masukin racun kok ke makanan ini. Ngeliatinnya sampe gitu banget."

Adrina terkekeh pelan mendengar omelan sahabatnya.

"Emang kamu bisa masak ya Sil?" Tanya Adrina tanpa melihat Silla.

"Ih.. Ngeremehin banget sih. Gini-gini aku juga bisa masak kali, cobain aja dulu. Kalau menurut aku sih enak kok."

Adrina memasukkan nasi goreng buatan Sila ke mulutnya. Senyum Adrina langsung mengembang.

"Enak banget" ucap Adrina sambil menunjukkan jempolnya.

"Siapa dulu.. Silla."

-

Sean memperhatikan Adrina yang hanya mengetuk- ngetukkan sendoknya di piringnya, sedangkan Silla hanya asyik memakan makanannya.

"Adrina.." Panggil Sean pelan.

Pandangan Adrina masih kosong, tangannya masih tetap mengetuk-ngetuk sendok.

"Adrinaaa.." Panggil Sean sedikit lebih keras.

"E-eh. Ada apa Sean?"

"Kenapa? Ngelamun aja? Makanannya gak mau dimakan? Sini deh aku yang makan aja," ucap Sean sambil ingin mengambil makanan Adrina yang langsung ditahan oleh Adrina.

"Aku lagi kepikiran aja mamaku."

"Mama kamu?" Tanya Sean hati-hati.

Adrina mengangguk.

"Mama kamu kenapa Drin?" Tanya Silla. Dia lupa kalau mama Adrina sudah tidak ada.

"Eh.. Bukannya mama kamu-" ucap Silla.

Adrina hanya diam. Matanya sudah berkaca- kaca.

"Hantu jahat.. Jahat! Kenapa emang salah mamaku?" Ucap Adrina, air matanya sudah menetes.

Sean tersentak kaget. Jadi- Adrina sudah tau tentang masalah mamanya?

Silla menepuk-nepuk pelan pundak Adrina, walaupun ia tidak tau masalah Adrina. Tapi yang Silla tau, sahabatnya sekarang sedang benar-benar sedih.

"Aku harus apa sekarang?" Tanya Adrina entah kepada siapa.

"Aku akan membantumu," ucap Sean sambil menatap Adrina serius.

Adrina langsung menatap Sean.

"Kamu gak tau apa-apa Sean. Dan juga- aku gak mau melibatkan kamu ke masalah ini. Biar hanya aku yang terlibat."

"Aku mungkin lebih tau banyak daripada kamu, dan juga aku gak selemah yang kamu bayangkan Adrina," ucap Sean dengan penekanan pada kata selemah.

"Aku janji akan membantu kamu, masalah kamu apapun itu," lanjut Sean dengan pasti.

Adrina tersenyum tipis, sedangkan Silla hanya diam saja tidak mengerti apa-apa.

-
Jangan lupa vote dan comentnya ya!

Terimakasih

Pemburu Hantu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang