Hari pertama dalam lima hari.
-Author-
Adrina merasa bosan, lagi. Seperti biasa, pelajaran yang dijelaskan oleh guru tidak pernah masuk ke otaknya. Di sekolah ia juga tidak termasuk murid kesayangan para guru karena prestasinya, ia paling termasuk murid yang cukup kalem, hanya sesekali membuat ulah.
Pikirannya lagi- lagi dipenuhi oleh masalahnya. Ya.. Pastinya tentang hidup dan matinya. Ia tidak pernah habis pikir bagaimana ceritanya hidupnya menjadi taruhan. Itu nyawa!
Tanpa Adrina sadari, bel istirahat sudah berbunyi. Dirinya masih sibuk mencoret- coret asal kertas yang sekarang sedang berada di mejanya. Silla yang melihatnya hanya menggeleng- gelengkan kepalanya.
"Adrina.. Halo," ucap Silla dengan pelan, masih tidak bisa menyadarkan Adrina dari lamunannya
"ADRINA!!" Teriak Silla yang langsung membuat Adrina terlonjak kaget, sampai- sampai semua orang di kelas juga melihat ke arah mereka, lebih tepatnya kearah Silla, Silla hanya menyengir tanpa merasa bersalah.
"Ya ampun Silla, gak usah teriak- teriak gitu juga. Sumpah! Ngagetin. Kalau orang yang punya penyakit jantungan, udah mati kali denger teriakan kamu."
"Salah sendiri.. Dari tadi ngelamun terus sih. Udah ah, ke kantin yuk! Sean juga udah nungguin tuh."
Dengan berat hati, Adrina mengikuti langkah Silla menuju keluar kelas. Di depan kelas, sudah ada Sean yang menunggu, saat melihat mereka keluar, Sean langsung memasang senyumnya.
"Gimana Drin? Udah dibaca belum? Kemarin malam gak ada gangguan lagi kan? Dia gak datengin kamu lagi kan?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Sean.
"Nanya satu- satu geh! Udah aku baca, kemarin malam gak kenapa- napa kok, gak ada gangguan," oceh Adrina, tapi ia masih menjawab peetanyaan Sean.
Sean merasa lega, hantu itu tidak mendatangi Adrina lagi. Tapi walaupun hantu itu tidak mendatangi Sean, waktu Adrina juga semakin menipis.
"Ngomongnya di kantin aja. Perutku sudah laper nih," ucap Silla saat melihat Sean mau membuka mulutnya lagi.
Mereka asyik melahap makanannya masing- masing, walaupun pikiran mereka entah dimana.
"Aku minta penjelasan kalian," ucap Silla memecah keheningan di meja mereka.
Adrina dan Sean saling melirik, kemudia menggelengkan kepala mereka tanda tidak tau apa maksud Silla.
"Penjelasan apa Sil?" Tanya Adrina mewakili Sean.
"Yang tadi, gangguan apa? Siapa yang mau datengin Adrina? Aku merasa ketinggalan informasi tau gak.."
"O-oh" Adrina membulatkan mulutnya.
"Jawab geh! Jangan cuma oh aja."
"Iya.. Iya. Ada hantu yang menggangguku," ucapnya tanpa melirik sedikit pun ke Silla.
"Terus? Terus?" Tanya Silla dengan antusias.
"Dan.. Aku harus membunuhnya, jika tidak-" Adrina tidak melanjutkan kata- katanya, rasanya ia tidak bisa menyebutkan kata-kata mati.
Silla diam, ia tau sahabatnya sedang sedih, maka ia memutuskan untuk diam. Tapi ia berencana untuk bertanya pada Sean.
***
Adrina masih sibuk membaca buku yang diberikan Sean, buku itu sangat tebal, rasanya tidak habis- habis ia membacanya.
Waktu sehari hampir berkurang, tanda waktu hidupnya hampir habis jika ia tidak membunuh hantu itu.
Dammm!!
Itu kebiasaan baru Sean, datang tiba- tiba ke kamarnya. Yeah.. Jika Adrina sedang memakai baju kayak mana? Untung saja hal itu tidak pernah terjadi.
Adrina mengangkat kepalanya, berusaha menatap mata laki- laki itu. Adrina memandangnya dengan rasa malas. Sean mengganggunya lagi!
"Ikut aku!" Tanpa persetujuan dari Adrina, Sean langsung memegang tangan Adrina dan berpindah tempat dengan kekuatannya.
"Mau ngapain?" Tanya Adrina saat mereka sampai di tempat sangat sepi yang tidak dikenalinya. Di tempat itu tidak ada barang sama sekali.
"Berlatih," ucap Sean datar, tanpa merasa bersalah membawa Adrina tanpa persetujuannya.
Adrina hanya mengangguk pasrah. "Lalu sekarang apa yang akan kita lakukan? Dan dimana kita?"
"Di lantai atas rumahku."
"Hah? Yang benar ini rumahmu?" Tanyanya sambil menengok ke kanan dan kiri, memperhatikan tempat yang kosong itu, kemudian kembali menatap Sean.
Sean mengangguk, lalu ia berkata "Kekuarkan kekuatanmu, serang aku! Aku tidak akan membalasnya, aku hanya akan menghindar."
Adrina tampak tidak percaya apa yang diucapkan Sean, ia ragu untuk melakukan apa yang diucapkan Sean, tapi pada akhirnya ia melakukannya juga.
Adrina bersiap- siap akan mengeluarkan kekuatannya. Tangannya sudah berada di depan dadanya. Cahaya merah keluar dari tangannya. Tapi Sean berhasil menghindarinya dengan mudah.
"Hei! Ayolah keluarkan semua kekuatanmu," ucap Sean sambil menyengir.
Adrina mengeluarkan kekuatannya lagi, lagi dan lagi. Tapi tetap saja tidak mengenai tubuh Sean sedikit pun.
"Bagaimana caranya kau akan melawan hantu itu, jika melawanku saja tidak bisa Adrina."
Satu jam berlalu, Adrina masih mengeluarkan kekuatannya. Dari tadi, ia tidak berhasil melukai Sean satu kali pun. Tapi ia tidak pantang menyerah.
Dengan gesit, tubuh dan tangannya berpindah- pindah mengikuti gerakan tubuh Sean, dan.. Akhirnya Adrina berhasil membuat tubuh Sean terkena kekuatannya. Sean meringis kesakitan.
Adrina tersenyum puas, begitu juga dengan Sean yang tersenyum sambil meringis.
"Wah... Kau hebat juga! Akhirnya berhasil dalam waktu satu jam."
"Satu jamm?? Selama itu?" Adrina terkejut, ia tidak merasa sudah satu jam berlalu ia habiskan di tempat itu.
"Ayo aku antar kau balik! Sudah malam." Sean memegang tangan Adrina dan sekejab saja mereka sudah sampai di kamar Adrina.
"Sean.. Bagaimana jika hantu itu tidak muncul- muncul sampai waktuku habis? Apa yang harusku lakukan jika itu terjadi?" Tanya Adrina, tiba- tiba pertanyaan itu muncul begitu saja di benak Adrina.
"Aku bisa tau dimana keberadaan hantu itu, tapi hanya terkadang. Saat ia berada di tempat yang tidak dilindungi oleh kekuatannya sendiri. Jika ia tidak pernah muncul dan aku tidak tau keberadaannya, aku juga tidak tau harus bagaimana."
Adrina membulatkan mulutnya. Perasaannya cukup cemas membayangkan jika hal itu terjadi.
"Aku akan kembali. Sampai jumpa!" Ucapnya setelah itu menghilang.
***
Maaf ya, kalau part ini gak sesuai harapan.
Terimakasih yang masih tetap setia membaca cerita ini dan terimakasih untuk vote dan comentnya.
Jangan lupa vote dan comentnya ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemburu Hantu [End]
FantasyAdrina, seseorang yang terpilih menjadi pemburu hantu. Ia berjuang sendiri tanpa ada yang membantunya. Sampai pada akhirnya, Sean seorang laki-laki yang terpilih juga menjadi pemburu hantu membantunya. Tapi bersamaan dengan itu, banyak kejadian aneh...