Rotasi

88 6 0
                                    

ROTASI
Rotasi. Perputaran bumi pada porosnya. Sama, seperti kehidupan, terus berputar sesuai takdirnya. Sulit memang, keluar dari zona nyaman, dan berganti dengan zona yang menantang.

****

Kamis, 11 September 2014

Sedari tadi Saski hanya memandangi buku kimianya yang belum diisi satupun. Dan suasana pun mendukung untuk melakukan yang Saski lakukan sekarang. Malam yang sejuk dengan angin yang sepoi-sepoi. Pulpen yang sedari tadi ia pegang hanya ia ketukan pada bukunya itu tanda bahwa ia sedang berfikir. Meja belajarnya yang sudah penuh dengan buku, penggaris, pensil dan semua teman-temannya itupun Saski abaikan. Lampu belajarnya pun tidak bisa berbuat apa-apa selain menyinari bukunya. Ponselnya dari tadi berdering entah telpon dari siapa, tetapi hal itu tidak menarik perhatian Saski agar beranjak dari lamunannya. Saski tetap tidak perduli.  Fikirannya melayang, ia bukan sedang memikirkan reaksi apa yang terjadi atau berapa volume yang dibutuhkan. Fikirannya berkelana entah kemana memikirkan hal yang seharusnya tidak ia fikirkan. Prnya masih banyak ada Volumetri, stoikiometri, tapi ia hanya melamun memikirkan sesuatu. Dan tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.

“ Sas?? Kamu ada di dalem?? Kakak boleh masuk??”

Sial Kak Fahri mengagetkan ku, ada apa dia kesini?? Menggangu ku saja!

“ iya kak, aku ada di dalem, kakak masuk aja gak dikunci kok kamarnya!”

“kulonuwon!”

“apasih kak?kaya masuk kamar Nyi Roro Kidul aja!”

“Lagian dikamar ada orang kayak gaada orang!” ucap Fahri sambil melangkah mendekat kearah meja belajar Saski.

“kenapa?” tanya Saski to the point kepalanya sambil mendongak agar bisa melihat mata kakak sepupunya itu

“gapapa sih dek, cuman mau cerita aja kalo kamu ga sibuk!” ucap Fahri sambil melirik meja belajar Saski yang masih penuh dengan buku yang masih belum terjawab. Mengisyaratkan bahwa sepertinya Saski sibuk.

“ohh ini, ini Pr untuk lusa sih kak! Pr untuk besok udah kelar! Kakak kalo mau cerita, cerita aja!” ucap Saski sambil berjalan menuju lantai yang dialasi karpet berwarna biru tua itu

“ehm..” Fahri berusaha sesantai mungkin dengan adik sepupunya itu, tetapi sepertinya galaksi tidak menyetujui itu.

“ pengen cerita apaan kak?”

Fahri membenarkan posisi duduknya, dan menggaruk tengkukunya yang tidak gatal itu, ia bingung mau cerita dari mana.
“gausah se kikuk itu kali kak!”

“apaan sih ki, bingung aja mau cerita dari mana!”

“oke, emangnya mau cerita tentang apa?”

“tentang ‘WE’ ki!’

Ada apa lagi dengan kak Fahri?? Baru aja kemaren kak Rafa galau gara-gara temennya. Sekarang kak Fahri! Sepertinya kali ini Galaksi memperbolehkan aku flashback lagi. Satu pintaku, buat aku tegar di depan kak Fahri sekarang ini saja. Aku tau ia sedang tidak merasa baik saat ini. Jadi biarkan aku yang menenangannya bukan malah aku yang ditenangkannya.

“ada apa dengan WE??” well, you know WE?? WE adalah sebutan untuk perkumpulan sepupu ku. Jadi aku punya 4 sepupu, waktu kecil kami sering bermain bareng, soalnya kita dulu tinggalnya bareng di rumah mbah di Bandung. Bukan cuma sama sepupu, orang tua kami pun dulu tinggal bersama di rumah mbah, tetapi karena papa ku ada kerjaan di Jakarta jadinya aku pindah. Sebenarnya tidak hanya sampai disitu kedekatan kami sebaggai sepupu, kita masih suka main ke rumah Budhe Ida. Tapi, untuk 2 tahun belakangan ini entah kenapa mereka seolah sibuk dengan duninya masing-masing dan melupakan semua cerita tentang WE.

Galaksi Bima SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang