28 Desember 2015
Matahari sedang bersinar indahnya. Sama seperti hati Saskia yang sedang bersinar indah karena ia mendapatkan nilai 100 pada mata pelajaran Mikrobiologi.
"Du,du,du,du,duuu"
"Lo kenapa sih ki??"
"Gapapaaa"
"Iya gue tau ki lo dapet nilai 100 pelajaran mikrobiologi. Tapi lo jangan nambah gila gini dongg!" Protes nisa
"Ih apasih nis, nambah gila, nambah gila. Emang biasanya gue gila apa?"
"Yaa menurut loo?"
Saski tidak menghiraukan ucapan Nisa yang gajelas itu. Dengan pandangan kosong dan tatapan masih ke depan Saski bebicara dengan entengnya.
"Nisa!"
"Saski?"
"Nanti pulang sekolah anterin ke toko buku yok! Yg deket rumah Ica itulohh"
"Mau beli apaan lu ki?"
"Gamau beli sih, cuma mau baca baca ajaa. Mau kan temenin gue?"
"Oiya iya okesip"
***
Toko buku"Ayo liat yang di bagian novel yok"
"Ayo!"
"Ya ampun Saski! Ini novel yang gue mauuu! Liat harganya coba."
N
isa kemudian diam dan raut wajahnya berubah menjadi masam
"Berapa nis?"
"Look! Rp.60.000 Saskiaaa. Ah gue gaada duit."
"Nanti lain kali yaaa. Gue kesini mau refreshing, bukan buat dengerin rengekan elo yang kacangan ituu"
"Ish, lu mah!"
"Udah ayo! Eh ke tempat buku resep yok! Kali aja pulang dari sini kita bisa masak, masakan yang baru!"
"Okeoke. Ayo!"
Tunggu, itu siapa? Laki-laki yang jalan sama mama??
Batin SaskiTunggu, papa lagi? Dan itu cewe yang waktu itu lagi? Kenapa sih? Harus ngeliat mereka mulu??
Batin Nisa"Emm nis ke sana yuk??"
Bukan mama kali itu? Coba ah gue liat batin Saski
Sepertinya apa yang tidak di harapkan Saski terjadi. Yap, wanita di sana yang sedang berjalan dengan pria itu mamanya Saski. Dan kelihatnnya mesra sekali. Ada apa dengan mereka?
"Yaampun. Kemaren sama Bima, sekarang sama Saski. Maunya papa tuh apasih? Aku tuh disini mau refreshing sama Saski!" Ucap Nisa dengan suara yang lebih seperti bisikan
Tiba-tiba
"MAMA!"
perempuan yang berperawakan tinggi dan putih itu pun menoleh dan ia mendapatkan anaknya sedang melihat dengan ekspresi wajah yang sangat marah. Mungkin.
"Eh Saskia sayang kamu nga-"
"Mama tuh, jadi selama ini mama kaya gini? Hah?"
Perempuan itu mematung. Lidahnya kelu. Ingin berbicara tapi tak bisa. Ingin menjelaskan tapi tak bisa. Semua kata kata serasa sudah tertelan kembali.
"Jawab ma! Jawab aku!"
Nisa yang melihat pertengkaran Saski dengan mamanya itu. Melihat kearah papanya. Ia tidak menyangka bahwa papanya berselingkuh dengan mama temannya sendiri. Rasa yang di telan sesak yang di cerna waktu itu serasa di bagi dengan Saski pada saat ini.
Oh pa, cukup aku saja yang papa sakiti. Jangan Saski.
Mata Nisa mulai memerah karena menahan tangisnya. Sesekali ia melihat langit langit toko, agar tangisnya tidak tumpah disini. Pendingin ruangan rasanya semakin dingin. Entah karena di naikkan suhunya atau hanya perasaannya saja. Udara di sini terasa sesak, oksigen di sekitarnya sepertinya tidak mau masuk ke dalam hidungnya dengan baik. Di depan Saski. Ia harus lebih kuat dari Saski. Untuk menguatkan Saski, Nisa harus lebih tegar, harus lebih dewasa.
Saski berlari meninggalkan dua orang dewasa di depannya. Nisa menyusul langkahnya Saski. Saat melewati ke dua orang dewasa itu Nisa sempat berkata.
"Tega! Kalian tega nyakitin perasaan anak kalian sendiri! Sakit rasanya bisa berbagi sakit dengan sahabat sendiri pa, tan!"
Ah. Tangis yang Nisa tahan akhirnya tumpah.
Dan sepertinya hari ini bukan hari yang cerah seperti yang di harapkan. Semua terasa lengkap. Semua rasa sakit, sesak, benci. Lengkap sudah. Eitss kurang sih. Dimana kata Bahagia? Silahkan cari dimanapun, pada kapanpun. Semuanya seperti Galaksi. Kompleks, ada banyak bermacam-macam planet, ada banyak bermacam-macam meteor. Tapi mereka selalu berhubungan. Itulah galaksi
-----------Maap lagi, kalo gak ngefeel.
Find me on instagram: @adeladyah

KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi Bima Sakti
AcakGue ngelakuin ini demi Sahabat gue Bima Sekarang udah gaada lagi Bim, yang nemenin gue nonton bola sampe tengah malem. Terserah lo, mau bilang gue melankokis atau apapun gue rela Yang pasti gue kangen KITA yang dulu Bim.