Lima : Senja

206 95 19
                                        

Cinta itu datangnya dari hati, bukan paksaan orang lain.

12 bulan 3 hari 48 jam aku lewati bersama rayhan sang kekasih tercinta. Aku terlelap dalam tidur dan terus bermimpi dapat berkeluarga dan hidup bahagia selamanya dengan rayhan. Tapi semua itu hanya mimpi, tidak ada orang lain yang dapat merusak hubungan kita kecuali ayah. Ia sangat keras kepala dan selalu mengunggulkan pikirannya sendiri yaitu perjodohan.

***

Aku pulang dari cafe diantar rayhan menaiki sepeda motor miliknya. Walaupun aku telah menolak permintaan itu, rayhan sangat bersikeras mengantarku hingga depan rumah. Lelaki romantis yang dapat meluluhkan hatiku saat ini. Seumur hidup aku tidak pernah cinta dengan seseorang, aku hanya kagum akan yang orang perbuat. Kagum bukan berarti cinta. Rumahku terletak tidak jauh dari cafe itu, hanya berkisar 15 menit dapat sampai ke rumah menggunakan sepeda motor. Mobil sedan hitam dan jeep sudah terparkir dihalaman rumah itu tandanya ayah sudah pulang dan aku harus menyembunyikan semua ini dari ayah atau semua nya akan berubah.

"Makasih ya anteran nya. Jadi ngerepotin tuh hehe, padahal kan jalan juga bisa." aku berkata dengan ramah kepada kekasihku ray, tapi aku juga melihat kondisi didalam rumah.

"Iya gak apa apa kok. Kasian cewek cakep kayak kamu jalan sendirian, nanti kalo ada apa apa gimana?."

"Oh iya ya. Haha. Cewek cakep ini kan cuma punya ray seorang."

"Aku mau masuk, mau ketemu calon mertua."

"Eits, kan tadi udah aku ceritain ray, bokap aku gitu orangnya mending kamu pulang aja deh."

"Oke deh. Nanti kalo udah waktunya aku akan ketemu calon mertua kamu."

Aku mengangguk.

Sore itu, aku melihat kepergian rayhan hingga hilang di perempatan lampu merah. Rumput rumput halaman rumahku terlihat basah yang selalu disiram setiap sore nya oleh ibuku. Aku menginjak jalan setapak yang dibuat dari batu kali, tujuh langkah dari gerbang aku sampai di pintu utama rumah. Terlihat sudah pintu itu sedang terbuka lebar lebar dan berarti seseorang yang ada di ruang tamu akan melihatku didepan rumah. Aku memasuki rumah dan selalu mengucapkan "assalamualaikum" dan ternyata tidak ada yang menjawab. Ruang tamu kosong tidak ada satu anggota keluarga pun yang duduk santai mendinginkan diri di hari yang panas ini. Dengan sigap aku berjalan menuju perapian dan tidak ada orang satupun disana, ku tengok dapur berada di samping perapian yang disekat oleh lemari hias itu dan ternyata tidak ada orang satupun. Aku berjalan naik ke lantai atas menginjak anak tangga satu per satu, berjalan menuju kamar mungilku lalu ku buka pintu itu. Semua orang ada disana, dari sepupu,
Paman dan tante semua keluarga besarku ada disana dan seorang pria berkaos putih yang kutemui tadi ditoko buku.

"HAPPY BIRTHDAY YANG KE 17, LIENNE." ucap mereka serentak yang dipimpin oleh ayahku yang memegang kue ulang tahun yang dibuat dari coklat leleh yang menjadi kesukaanku.

"Makasih semuanya udah dateng kesini."

"Make a wish dong lien biar afdol" ucap pria berkaos putih.

Aku semakin bingung ketika ia berkata seperti itu, tapi aku tidak menghiraukannya. Aku mengucapkan wish dengan khidmat dan bersemangat.

"Semoga papa dan mama panjang umur, dilancarkan rezekinya, semoga kaka senang melihat aku merayakan ulang tahun ini dan satu lagi ..."

Aku mengucapkan wish yang terakhir itu dalam hati yang terdalam agar ayah tidak mendengar semua ini. "Semoga hubunganku dengan ray dapat bertahan hingga maut memisahkan dan ayah diberi jalan agar aku bebas memilih masa depanku". Aku meniup lilin yang berbentuk angka satu dan tujuh dipasang diatas kue ulang tahunku.

After PainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang