"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" kepala ku pusing sekali, tinggal 10 menit lagi bell istirahat akan berbunyi. Bagaimana ini satu soal pun belum aku jawab, sudah datang telat, tidak belajar juga, bodoh bodoh bodoh. Bagaimana aku bisa lupa kalau hari ini akan ada ulangan.
Ahhh si bodoh itu, cihh. kenapa dia tidak mengingatkanku sih, padahal rumah kami bersebelahan. Menyebalkan sekali si bodoh itu, "Ya!! June!!"
"Sttt!!!!"
"Hei June..." Benar-benar si bodoh itu, sudah bodoh pelit pula, apasih yang dilihat oleh para perempuan di sekolah ini darinya, "June bantu aku sedikit saja."
"Sttt!"
"Benar-benar orang ini." Aku melempar penghapusku ke kepalanya yang sama kerasnya seperti batu.
"Pak, Seol meminta jawaban." JunHoe berdiri dan menunjukku dengan telunjuknya tepat di depan hidungku. berani sekali dia mengadukanku,
"Apa? Apa-apaan nih nuduh-nuduh orang." Aku mengecilkan suaraku sampai hanya kami berdua yang mendengarnya, "Mati kamu."
pak guru menggebrak meja, "Seol dan JunHoe kumpulkan ketas ulangan kalian sekarang juga!!"
"Ta-tapi... apa... beri aku waktu sebentar lagi pak tolong." Aku berdiri dan menolehkan kepalaku kepada JunHoe, "June kamu akan mati hari ini juga."
JunHoe mengambil kertas ulangannya dan membawanya ke meja guru, dia bahkan tidak menghiraukan tatapan sinisku. Demi segala dewa dan dewi yang ada di surga, setelah pulang sekolah nanti JunHoe tidak akan selamat, akan ku buat dia mati bertekuk lutut di hadapanku.
"Arghhh..." Aku juga mengumpulkan kertasku ke meja guru.
"Seol kamu belum mengerjakan apapun?" Pak guru mengangkat kertas ulangannya sampai seluruh kelas dapat melihatnya, "kamu jangan main-main dengan nilaimu, kamuinginn tinggal kelas?"
"Maaf pak, saya lupa kalau hari ini akaan aada ulangan." Aku menundukan kepalaku pura-pura menyesal, ini semua salah JunHoe, aku sangat kesal kpadanya hari ini.
.
.
"Yaa!! June, tunggu!!" Aku berlari mengejarnya di koridor sekolah, "Kamu sengaja ya?"
"Hmm..."
"Jawab aku!! kamu sengaja enggak ngingetin aku kalo hari ini ada ulangan?" Aku menggoyang-goyangkan kedua tangan JunHoe.
"Hmm..."
"Jawab!!!" Ya tuhan lama-lama aku bisa gila karena JunHoe.
"Kamu mau aku jawab apa?" jawab JunHoe santai.
lihat?! orang ini memang benar-benar memang apa salahnya sih cuma menjawab iya atau tidak, kenapa harus pakai bertanya segala, "Ya, jawab yang jujurlah. Ahhh.. sudahlah aku lelah bertengkar terus seperti ini denganmu."
"Yakin? baiklah, aku pergi."
Dasar idiot, tidak lihat apa aku kesal sama kamu? Mau ninggalin aku lagi. Oke!! aku juga gak peduli. Aku mengambil arah jalan yang berlawanan dengannya, biar saja aku harus berjalan jauh dan betisku menjadi semakin besar yang penting aku tidak harus melihatnya.
.
.
.
"June bodohhh... lihat kakiku ini, semuanya lecet. Apa kamu akan peduli?" Aku sudah lelah dan kesal, ingin rasanya aku duduk sebentar tapi sedikit lagi aku sampai rumah, "Seol kamu pasti bisa!! Ayo jalan."
Jalanan di dekat rumahku masih seperti biasanya, sepi tidak ada orang yang berkeliaran. Ada apa ini? kenapa aku merasa takut? June, aku takut biasanya aku tidak takut kalau pulang ditemanimu. Bulu kudukku menggelenyar seperti tertiup angin, aku takut.
"Seol."
Siapa? Ada yang memanggilku, siapa malam-malam seperti ini masih berkeliaran. mungkinkah penguntit? Ah, Seol itu gak mungkin, itu hanya khayalanmu.
"Seol.."
Lagi? kalau sekali lagi ada yang memanggilku, tandanya benar ada yang mengikutiku.
"Seol!!" Sebuah tangan yang besar menepuk pundakku.
"Aaaaaa!!!!!!!" Aku memukul orang yang menepuk pundakku itu memakaai tasku dengan keras, "Siapa kamu? Kamu penguntit ya, Tolong!! Siapa saja tolong aku."
"Hey.. Seol ini aku June.. Seol hentikan."
"June??" Aku menghentikan pukulanku, "Ngapain kamu malam-malam seperti ini masih di luar"
"kakimu lecet ya?" June menggendongku seperti karung.
"Apa-apaan sih! turunin aku sekarang juga!" Aku meronta-ronta.
"Tapi kakimu lecet, aku gak mau besok pagi harus ke sekolah kalau kamu gak sekolah."
Orang ini, June kenapasih kamuu pinter mengacak-acak hatiku. Terkadang kamu Jahat tapi nanti kamu baik baanget sama aku, "Uhh.. yasudah, cepat bawa aku sampai ke rumah."
"Kamu marah?"
Menurutmu?? masih saja bertanya, sudah bodoh, idiot. Apa besok dunia akan kiamat? "Apa? Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi."
"Maafkan aku."
June benar-benar meminta maaf, sekarang aku harus berkata apa? Aku sudah memaafkannya atauaku tidak memaafkannya, "jadi kamu benar-benar sengaja tidak mengingatkanku kalau hari ini ada ulangan?"
"Kalau aku bilang aku sudah mengingatkanmu kamu pasti tidak akan percayakan?"
"Yaaa.. Mungkin" kenapa dia bisa tau itu.
"kemaren malam aku sudah mengingatkanmu, tapi kamu tidak memperdulikanku dan bermain video game yang baru kamu beli , pagi tadi aku sudah membangunkanmu tapi kamu gak mau bangun, katamu kamu sakit perut jadi aku tidak membangunkanmu, dan Handphonemu tidak aktif."
Ahh... iya juga ya, aduh.. bagaimana ini aku malu sekali sudah memarahinya habis-habisan, "hmm.. itu, aku tidak mengingatnya."
"Mana mungkin aku bohong padamu, kamu tahu kan?" June menurunkanku di depang rumahku.
"Apa sih." Aku malu sekali, karena keteledoranku sendiri semua ini terjadi dan aku malah meenyalahkan June.
"Masuk sana, jangan tidur malam-malam lagi, aku tahu kamu lelahkan." June mengecup keningku, "Aku pulang dulu, kalau kamu besok tidak sekolah aku juga tidak sekolah. Good Night."
June mengecup keningku, June mengecup keningku? June? Apa aku baru saja bermimpi?
[fin]
.
.
.
.
haiiiii...... udah lama ya gue gak update maaf ya....
ini cerita tentang JunHoe pertama gue, sebenernya gue kurang suka sama JunHoe tapi yasudah siapa tahu nanti gue jadi suka hehehe
-Angls.xo