Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, aku segera membereskan barang-barang di atas mejaku dan memasukkannya ke dalam tas. "Hyeri-ya! Aku duluan ya!" teriakku pada sahabatku yang masih berkutat dengan soal matematika di mejanya.
Hyeri mengangguk, "Bersenang-senanglah, Seonra!" jawabnya sebelum kembali berkutat dengan soal-soal yang menurutku menjijikkan itu. Aku berjalan keluar dari kelas dan seperti biasa... Cowok-cowok menyebalkan selalu menghalangi jalanku.
"Park Seonra! Aku menyukaimu!"
"Seonra Noona! Jadilah pacarku!"
"Seonra! Kamu cantik sekali hari ini!"
"Noona! Ayo kencan denganku!"
Aku berdecak kesal. Huh, mengganggu saja. Selalu seperti ini setiap hari. Teriakan-teriakan itu selalu mengikutiku kemana pun aku pergi. Aku mengabaikan teriakan orang-orang itu dan terus berjalan menuju lokerku.
Aku membuka pintu loker dan...
BRAKK
Cokelat berbagai rasa, mawar bermacam warna dan lusinan surat berwarna pink pun meluap dari lokerku. Aku mendengus dan mulai memasukkan semuanya satu persatu ke dalam tasku. 'Sudah saatnya semua surat ini dibuang.' pikirku. Ya, setiap hari aku mempunyai rutinitas untuk membuang semua surat cinta di lokerku.
Setelah itu, aku pun berjalan ke ruang Osis. Tempat yang memang sedari awal sudah menjadi tujuanku. Tanpa kusadari bibirku membentuk sebuah lengkungan.
"Jinhwan!" panggilku seraya membuka pintu ruang Osis. Lelaki yang sudah tiga bulan ini berstatus sebagai pacarku itu mendongak dari tumpukan kertas di hadapannya. Sebenarnya hal ini masih dirahasiakan dari publik sih. Yah, memang aku yang memintanya merahasiakan status kami. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Jinhwan jika hal ini tersebar.
"Hai." sapanya kalem, suaranya terdengar sangat lembut di gendang telingaku. Aku tersenyum dan berjalan mendekati tempat Jinhwan duduk. "Sedang apa?" tanyaku sambil menarik satu kursi yang menganggur dan memposisikannya tepat di samping Jinhwan.
"Hanya melihat-lihat berkas," jawabnya, matanya masih tertuju pada tumpukan kertas itu dengan serius.
"Wah, rajin sekali ketua Osis sekolah kita." godaku yang sukses membuatnya tertawa pelan.
"Pulang yuk," ajakku kemudian.
"Tunggu sebentar," jawabnya seraya membereskan kertas-kertas yang berserakan dan memasukkannya ke dalam laci.
"Ayo." ujarnya sambil bangkit dari kursi. Tangannya mengambil pergelangan tanganku dan menarikku berdiri.
Jinhwan sedikit lebih pendek dariku, tapi menurutku itu tidak masalah karena aku menyukainya apa adanya. Kami berjalan keluar dari ruang Osis setelah itu Jinhwan mengunci ruangan tersebut.
Kami berjalan beriringan di koridor sekolah yang ternyata sudah sangat sepi. "Kamu dikasih apa lagi sama fans-fans kamu itu?" tanya Jinhwan.
"Seperti biasa, cokelat, mawar dan surat." jawabku sambil menatap wajah Jinhwan.
"Kenapa kamu bertanya?" tanyaku penasaran. Tiba-tiba saja Jinhwan berhenti melangkah, membuatku refleks ikut berhenti di sampingnya. Aku mengernyit bingung, "Ada apa?" tanyaku lagi sambil menoleh ke kanan dan kiri.
GREP
Jinhwan menggenggam kedua pergelangan tanganku. Membuat jantungku berdetak tidak karuan. Sepertinya ada yang tidak beres dengan Jinhwan.
"K-kenapa?" tanyaku lagi sedikit terbata. Asal kalian tahu, aku sangat gugup sekarang. Jinhwan tidak pernah bertingkah aneh seperti ini sebelumnya.
"Park Seonra," Jinhwan mengucapkan namaku dengan lembut, aku dapat merasakan kehangatan pada suaranya.
"Sampai kapan kita akan begini?" wajah Jinhwan terlihat sedikit sedih ketika mengatakan itu.Aku terdiam sejenak, keningku berkerut tanda tak mengerti. "Apa maksudmu?" aku malah balik bertanya.
Jinhwan menghela napas pelan dan mulai mengendurkan pegangannya pada tanganku. "Lupakan saja, tidak penting." katanya sambil melanjutkan langkah. Ia terus melangkah tanpa melihatku yang masih berada jauh dibelakangnya.
'Apa maksudnya?' pikirku sedikit geram karena Jinhwan tidak mau menjelaskan maksud perkataanya. "Jinhwan!" teriakku seraya berlari mengejar langkahnya. Aku menangkap kedua bahunya. "Jelaskan!" perintahku.
"Jelaskan apa?" tanyanya, kali ini suara terdengar datar, seperti yang sudah kuduga, ia kesal.
"Yang baru saja kamu katakan tadi." ujarku.
Jinhwan kembali menghela napas sebelum melanjutkan, "Aku cemburu, Seonra." kata Jinhwan, yang lagi-lagi berhasil membuat jantungku berdetak berkali-kali lebih cepat dari biasanya.
Aku terdiam. Jinhwan cemburu? Benarkah? Aku tidak menyangka dia akan cemburu pada fans-fans ku. Selama ini aku mengira dia tidak peduli dengan fans-fans ku yang menyebalkan itu. Tapi... Sepertinya aku salah. Mungkin selama tiga bulan ini Jinhwan menyembunyikan perasaan cemburunya dan baru sekarang ia dapat mengungkapkannya.
"Kamu itu cantik dan manis, kamu juga sangat menarik di mata lelaki. Tidak hanya aku yang berpikir begitu, hampir semua lelaki di sekolah kita adalah penggemarmu. Bagaimana aku bisa tidak cemburu?" kedua obsidian Jinhwan memburu mataku, membuatku menunduk seketika.
'Seonra bodoh, dasar tidak peka.' rutukku pada diriku sendiri.
"Kita harus memberitahukan hubungan kita pada semua orang, Seonra." kata-kata Jinhwan spontan membuatku mendongak dan kedua mataku membulat.
"Tapi nanti kamu bisa-"
"Tidak masalah. Aku bisa menerima semua konsekuensinya asal kamu menjadi milikku seorang." kata Jinhwan sambil melemparkan senyum tulusnya.
Aku membalas senyuman itu. Detik berikutnya tanpa bisa kutahan lagi, aku menghambur ke dalam pelukannya. Tangannya yang hangat mengelilingi tubuhku. "Aku mencintaimu." kataku.
Jinhwan mendorong tubuhku pelan, melepaskan pelukan kami. Aku sedikit kecewa. Tapi tiba-tiba ia menangkup wajahku dengan kedua tangannya, menatap wajahku dalam jarak yang tak bisa dibilang jauh.
Ia terus mendekat, mempertipis jarak diantara kami, dan bibirnya yang kenyal pun menempel diatas bibirku. Hanya sebuah kecupan ringan, tapi mampu membuatku terbang ke atas awan.
"Aku juga mencintaimu, Park Seonra."
-fin.
.
.
.
.
.
Halooo.. Sangat jarang update yaa? Maaf yaa karena cuma bisa update setiap hari minggu.. Jadi susah hahah.-thzeyvraerin